Jumat, 29 Juli 2016

PIDATO

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK










Prof. Drs. Muhaiban









Pidato Pengukuhan Guru Besar
dalam Bidang Pembelajaran Bahasa Arab
pada Fakultas Sastra
Disampaikan dalam Sidang Terbuka Senat
Universitas Negeri Malang (UM)
Tanggal 26 Oktober 2015 














KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
OKTOBER 2015







PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK

PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR
Prof. Drs. Muhaiban


Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu`alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Yang saya hormati,
Ketua Senat Universitas Negeri Malang
Rektor Universitas Negeri Malang
Ketua Komisi Guru Besar Universitas Negeri Malang
Ibu/Bapak  Anggota Senat Universitas Negeri Malang
Ibu/Bapak Pejabat Struktural Universitas Negeri Malang
Ibu/Bapak Pendidik dan Tenaga Kependidikan Universitas Negeri Malang
Para Undangan dan Hadirin semuanya

            Pertama-tama saya bersyukur dan memuji kebesaran Allah swt atas segala rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada kita semua sampai pada hari ini. Saya bersyukur dan merasa berbahagia bahwa pada hari ini saya memeroleh kesempatan untuk menyampaikan pidato pengukuhan sebagai guru besar dalam bidang pembelajaran bahasa Arab di depan sidang terbuka Senat Guru Besar Universitas Negeri Malang yang terhormat.
            Melalui pidato pengukuhan yang berjudul Pembelajaran Bahasa Arab untuk Anak atau Al`arabiyyah lil Athfal yang selanjutnya disingkat ALA ini, saya berharap dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan pembelajaran bahasa Arab pada umumnya dan pembelajaran bahasa Arab untuk anak secara khusus. Saya berdo`a semoga pidato pengukuhan ini diberkahi  oleh Allah swt.
            Dalam pidato ini secara berurutan dipaparkan (a) pendahuluan, (b) landasan teori pembelajaran ALA (c) prinsip-prinsip pembelajaran ALA, (d) kompetensi guru ALA, dan (e)  pengembangan pembelajaran ALA.

PENDAHULUAN
Pembelajaran ALA dalam bentuk verbal yang bertujuan mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an dan do’a-do’a berbahasa Arab, serta bacaan-bacaan shalat telah lama berlangsung di Indonesia. Kegiatan pembelajaran bahasa Arab itu diperkirakan telah berlangsung sejak awal masuknya agama Islam ke Indonesia yaitu pada abad ke 12. Pembelajaran ALA seperti itu dilaksanakan di rumah-rumah keluarga muslim, di masjid, mushalla, madrasah diniyah, atau di taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) (Effendy, 2001). Juga pada lembaga pendidikan formal seperti Madrasah Ibtidaiyyah (MI), atau Sekolah Dasar Islam (SDI).
Pembelajaran ALA menduduki tempat yang strategis dalam konteks pembelajaran bahasa Arab secara umum di Indonesia. Di samping karena anak-anak pada usia pra sekolah dan pendidikan dasar tersebut pada dasarnya cenderung mudah belajar bahasa terutama yang terkait dengan oral skill juga karena jumlah lembaga pendidikan dasar dan pra sekolah -baik formal maupun non-formal- relatif besar.
Menurut data Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, jumlah Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) di Jawa Timur saja pada tahun 2011/2012 sebanyak 146 madrasah, sedangkan jumlah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) mencapai 6.740 madrasah. Sementara itu, jumlah Taman Kanak-kanak (TK) Islam Raudlatul Athfal (RA), Bustanul Athfal (BA), atau Tarbiyatul Athfal (TA) mencapai 6.305. Sedangkan jumlah Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) mencapai 38.895.
Jumlah lembaga pendidikan dasar dan pra sekolah yang besar tersebut merupakan modal bagi pengembangan pembelajaran ALA pada saat ini dan pada masa-masa mendatang, terutama pengembangan yang terkait dengan kompetensi guru, tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode, dan media pembelajaran. Di samping itu, jumlah yang besar itu juga dapat menjadi lahan pengabdian bagi para guru dan dosen bahasa Arab dalam mengembangkan pembelajaran bahasa Arab di negeri ini.  Sayangnya, pengembangan pembelajaran bahasa Arab, khususnya pembelajaran ALA pada lembaga pendidikan dasar dan pra sekolah tersebut belum banyak mendapat perhatian, baik dari pemerintah maupun dari perguruan tinggi.
Selama ini tujuan pembelajaran ALA adalah untuk mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an dan menulis huruf Arab dalam lingkup terbatas. Sedangkan metode yang dipakai adalah metode hapalan. Untuk pengenalan huruf Arab dipakai metode eja atau thariqah hajaiyyah. Pada tahun delapan puluhan dikembangkan metode baru yang berbasis pengenalan bunyi yang dikenal dengan thariqah shautiyyah tahliliyyah tarkibiyyah (Effendy, 2001). Pada saat ini terdapat sejumlah MI dan TPQ yang berupaya mengembangkan pembelajaran ALA tersebut. Pengembangan diarahkan pada pembelajaran kemampuan dasar bahasa Arab. Dalam pelaksanaan pengembangan pembelajaran ALA tersebut ditemui beberapa problem, antara lain  menyangkut kompetensi guru, penguasaan materi oleh guru, metode, dan media pembelajaran. Ini merupakan tantangan bagi pihak-pihak yang selama ini memiliki tanggung jawab mengembangkan pembelajaran bahasa Arab di negeri ini, untuk bergerak dan melakukan kegiatan yang kongkrit untuk memecahkan masalah pengembangan pembelajaran bahasa Arab tersebut.


LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN ALA

Pepatah Arab kuno mengatakan Al-`ilmu fish shighari kannaqsyi `alal hajari, belajar pada saat masih kanak-kanak itu seperti mengukir pada batu. Artinya, ilmu yang diajarkan akan mudah diserap dan bertahan lama, tidak mudah hilang dari  memori anak. Demikian juga dalam hal belajar bahasa kedua atau bahasa asing. Belajar bahasa kedua akan lebih baik apabila dimulai lebih awal, kata Hammerly (1982:265).

Menurut teori perkembangan, anak pada usia 2—7 tahun berada pada tahap marhalah ma qablat tasyghil atau preoperational stage (Jean Piaget, 1896—1980, dalam Syah, 1997:67). Anak-anak pada satuan pendidikan pra sekolah dan tingkat dasar pada umumnya belajar masih terbatas tentang lingkungan tempat mereka berada: rumah, kedua orang tua, saudara, barang-barang mainan, hewan piaraan, kendaraan keluarga, dan teman bermain. Mereka juga senang berbicara tentang diri mereka sendiri dan lingkungannya itu. Mereka belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar, dengan melakukan atau mempraktekkan apa yang mereka pelajari, seperti bernyanyi, bermain, menggambar, mewarnai, dan menggunting gambar. Dalam proses belajar sambil bermain dan bersosialisasi tersebut, mereka  cenderung senang bertanya. Hal itu dalam rangka mengembangkan berbagai karakteristik yang mereka miliki untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 

Krashen (1981), mengemukakan beberapa karakteristik anak dalam pembelajaran bahasa: (1) anak-anak suka bermain dan bersenang-senang, (2) mereka dapat memahami apa yang ada di sekelilingnya secara kulliy (holistic), tidak secara tahliyliy (analytic), (3) mereka belajar bahasa melewati suatu masa yang disebut dengan fatratush shumt (silent period). Pada awal belajar bahasa, ”kegiatan” anak-anak terbatas pada mendengarkan, mereka belum dapat berbicara; (4) mereka cenderung belajar bahasa melalui iktisab, (acquisition), pemerolehan. Kemampuan berbahasa diperoleh secara alami, tidak melalui cara formal (ta`allum) dengan mempelajari kaidah-kaidah bahasa; (5) pada umumnya anak-anak pada usia sekolah dasar berada pada tahap berpikir secara kongkrit.

Sementra itu, Scott dan Ytreberg (1990) mengemukakan bahwa anak-anak (1)  dapat mengutarakan sesuatu yang telah mereka kerjakan dan mereka dengarkan, (2)  belajar sambil “bekerja” (atta`allum bil mumarasah/learning by doing), (3) memeroleh pemahaman melalui gerakan tangan dan mata (al-isyarah), (4) suka bermain dan memelajari sesuatu yang disenangi, (5) sudah bisa “berargumentasi” (taqdimul khujjah), (6) belum bisa memahami ungkapan yang biasa digunakan oleh orang dewasa, karena kosa kata mereka tidak sama dengan kosa kata orang dewasa, (7) lebih cepat memahami situasi dari pada memahami bahasa yang digunakan, dan (8) mereka dapat bekerjasama dengan orang dewasa.

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN ALA
Salah satu prinsip umum pembelajaran adalah bahwa pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan mempertimbangkan karakteristik individual anak yang menyangkut perkembangan emosional, perkembangan intelektual, kondisi sosial,  dan lingkungan budaya.

Pembelajaran bahasa untuk anak berpijak pada dunia anak. Dunia anak berkisar pada keluarga, rumah,  sekolah, mainan, dan teman bermain. Pembelajaran hendaknya  berangkat dari sesuatu yang sudah diketahui dan dekat atau mudah   dijangkau oleh anak,  ke sesuatu yang belum diketahui atau jauh dari jangkauan  mereka. Misalnya dari  lingkungan rumah  ke lingkungan luar rumah, dilanjutkan ke lingkungan teman sejawat, kemudian ke lingkungan sekolah. Di samping pembelajaran  itu harus dikaitkan dengan hal-hal yang menjadi interes anak, pokok-pokok pembelajaran yang disajikan hendaknya berangkat dari  pengetahuan yang telah mereka miliki, dan tugas-tugas diorientasikan kepada aktivitas atau kegiatan yang disesuaikan dengan usia anak.

Terkait dengan materi pembelajaran, dikatakan bahwa materi pembelajaran merupakan kombinasi antara sesuatu yang bersifat fiksi dan non-fiksi/konkrit, dan diorentasikan kepada pelaksanaan silabus dan pengembangan dua komponen bahasa (kosa kata dan struktur) dan empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Di samping itu, budaya nasional dan asing dikenalkan secara bertahap.

Untuk memilih dan menentukan strategi pembelajaran ALA, guru hendaknya terlebih dahulu memahami dengan baik prinsip-prinsip pembelajaran ALA  dan karakteristik anak yang akan belajar. Karakteristik anak tersebut antara lain seperti yang telah disebutkan terdahulu, misalnya siswa (1) masih belajar dan senang berbicara tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang mempraktekkan sesuatu yang baru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung senang bertanya, (5) cenderung senang mendapatkan penghargaan, dan (6) cenderung mau melakukan sesuatu karena dorongan dari luar. Berdasarkan beberapa karakteristik tersebut, guru dapat memilih strategi pembelajaran ALA yang sesuai. Berikut ini dikemukakan strategi pembelajaan ALA secara umum.

Salah satu karakteristik anak adalah bahwa pengetahuan mereka masih terbatas pada lingkungan hidup mereka sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka materi pelajaran sebaiknya dipilihkan hal-hal yang terkait dengan lingkungan mereka. Misalnya tentang diri mereka sendiri, orang tua (bapak/ibu), saudara kandung, rumah dan isinya, binatang piaraan, mainan, lingkungan sekolah, dan teman bermain.

            Di muka telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik anak adalah senang bertanya. Hal tersebut perlu dijadikan pertimbangan oleh guru dalam memilih strategi pembelajaran. Dalam memulai kegiatan pembelajaran misalnya, guru dapat merangsang lahirnya keingintahuan siswa. Dengan demikian akan timbul pertanyaan atau komentar dari siswa yang mengarah pada substansi materi. Dengan lahirnya pertanyaan dari siswa tersebut sangat memungkinkan terjadinya interaksi dan kominaksi multi arah.

Dalam memilih metode atau teknik pembelajaran ALA, guru juga perlu melihat salah satu karakteristik yang menonjol pada anak, yaitu bahwa mereka senang bermain. Melihat karakteristik seperti itu, maka metode yang relevan untuk pembelajaran ALA adalah metode bermain dengan berbagai tekniknya. Bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain mungkin lebih relevan bagi mereka karena pada dasarnya mereka cenderung menyukai aktivitas. Guru hendaknya dapat mengemas aktivitas tersebut dalam permainan dan sekaligus pembelajaran. 
Permainan yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Arab bervariasi. Permainan itu berupa permaian bahasa yang telah umum diketahui oleh guru dan anak, maupun permaian yang dikembangkan sendiri oleh guru dari permainan tradisional yang sudah akrab dengan anak.

KOMPETENSI GURU ALA
Guru dalam pembelajaran menduduki peran yang penting, terlebih lagi pada pendidikan pra sekolah dan tingkat dasar. Dalam konteks pembelajaran ALA, di samping dituntut memiliki kemampuan bahasa Arab yang baik, guru ALA hendaknya juga memiliki sifat dan sikap aktif, kreatif, menyenangkan, dan terbuka.
Sebagai pendidik profesional, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sebagaimana  tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kompetensi tersebut terangkum dalam 4 (empat) komponen, yaitu: (1)  kompetensi pedagogik, (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian (Kemendikbud, 2012). Di antara 4 (empat) kompetensi  tersebut, yang secara langsung terkait dengan kegiatan pembelajaran adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.  Kompetensi pedagogik menuntut guru untuk menguasai aspek-aspek pembelajaran seperti teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,  menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang studi yang diampu, dan memahami karakteristik peserta didik dari berbagai aspeknya. Sementara itu, kompetensi profesional menuntut guru untuk antara lain menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, di samping menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran tersebut. 
Berdasarkan hal itu, guru profesional bahasa Arab, terutama guru bahasa Arab pada jenjang pra sekolah dan tingkat dasar juga dituntut untuk memiliki semua kompetensi tersebut. Berikut dikemukakan 2 (dua) dari 4 (empat) kompetensi yang digariskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang sekaligus menjadi karakteristik yang perlu dimiliki oleh guru, termasuk guru bahasa Arab. Kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.

Kompetensi Pedagogik
            Kompetensi pedagogik menyangkut penguasaan teori belajar dan pembelajaran serta mengenal peserta didik secara mendalam. Jabaran kompetensi itu meliputi: (1) memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; (2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, (4) terampil melakukan kegiatan pengembangan yang mendidik, (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, (6) memasilitasi pengembangan potensi peserta didik, (7) berkomunikasi secara efektif, impatik, dan santun dengan peserta didik; (8) terampil melakukan penilaian  dan ervaluasi proses dan hasil belajar, (9) memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, dan (10) melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Kemendikbud, 2012).

Kompetensi Profesional
            Kompetensi profesional menyangkut penguasaan bidang ilmu yang diampu. Kompetensi ini dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, (3) mengembangkan secara kreatif materi pembelajaran yang diampu, (4) mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, (5) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembagkan diri (Kemendikbud, 2012).

Kompetensi Guru ALA di Lapangan
Permasalahan pembelajaran ALA muncul ketika kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru bahasa Arab pada jenjang pra sekolah dan tingkat dasar  (TK/TPQ/SDI/MI) tidak dipersiapkan secara khusus atau tidak memiliki kualifikasi untuk mengajar bahasa Arab pada satuan pendidikan tersebut. Pada umumnya mereka tidak memiliki latar belakang pendidikan bahasa Arab yang relevan dan tidak memiliki keterampilan berbahasa Arab.
Data pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI tahun 2011/2012 menunjukkan bahwa jumlah guru MI di Jawa Timur mencapai 23.977 orang. Dari jumlah tersebut yang berpendidikan di bawah S1 (Diploma atau SLTA) sebanyak  21.536 orang, dengan status guru non-PNS. Sedangkan guru MI yang berpendidikan S1 sebanyak 2.317 orang atau 9,66%. Dari data tersebut diketahui bahwa sebanyak 89,81% guru (21.536 orang) tidak memenuhi kualifikasi sebagai guru MI karena mereka umumnya lulusan SLTA/MA atau D1. Memang masih perlu penelitian tentang penguasaan bahasa Arab dan keterampilan mengajar yang mereka miliki, tetapi melihat latar belakang pendidikan mereka, bisa dibayangkan bagaimana pembelajaran ALA tersebut berlangsung.  
Survey yang dilakukan oleh para mahasiswa peserta mata kuliah ALA Jurusan Sastra Arab FS UM pada tahun 2013/2014 di 20 MI dan TK/TPQ di Kota Malang  menunjukkan bahwa para guru pengampu ALA di lembaga pendidikan jenjang pra sekolah dan sekolah dasar tersebut umumnya lulusan S1 nonpendidikan bahasa Arab. Mereka yang pernah mengikuti pelatihan tentang pembelajaran bahasa Arab jumlahnya juga relatif  kecil.
Implikasi dari kenyataan tersebut antara lain adalah rendahnya motivasi anak untuk belajar bahasa Arab, bahasa Arab dikesani sebagai mata pelajaran yang sulit, dan pencapaian tujuan pendidikan tidak maksimal. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk memperluas wawasan guru bahasa Arab dan meningkatkan keterampilan berbahasa Arab mereka melalui pelatihan yang intensif mengenai: teori dan prinsip-prinsip pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, disertai praktek mengajar.

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN ALA
            Upaya pengembangan pembelajaran ALA sudah mulai dilakukan sejak tahun 2002 oleh Program Studi Pendikan Bahasa Arab, Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Hal itu dilakukan dengan mengembangkan kurikulum Jurusan Sastra Arab. Hasil pengembangan itu antara lain berupa kurikulum baru tahun 2002 yang di dalamnya terdapat Paket Al-`Arabiyyah lil Athfal atau ALA. Paket ALA masuk dalam kelompok mata kuliah Pilihan Keahlian Khusus yang berbobot 13 sks dengan 6 (enam) matakuliah yang meliputi: (1) Pembelajaran Baca-tulis Huruf Arab, (2) Strategi Pembelajaran ALA, (3) Pengembangan Materi ALA, (4) Permainan, Lagu, dan Cerita untuk ALA, (5) Pengembangan Media ALA, dan (6) Psikologi Anak (Katalog Jurusan Sastra Arab, 2003).
            Sebagai mata kuliah pilihan baru, paket ALA menjadi tantangan bagi para dosen untuk melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat disamping mengembangkan perangkat, materi, dan media pembelajaran yang terkait dengan ALA.   Tantangan itu gayung bersambut. Tidak saja oleh para dosen, tetapi juga oleh para mahasiswa. Maka terbitlah buku ajar-buku ajar ALA yang ditulis oleh para dosen, media interaktif pembelajaran sebagai hasil penelitian pengembangan oleh mahasiswa, dan media nonproyeksi yang dikembangkan oleh mahasiswa sebagai tugas dalam mata kuliah Pengembangan Media ALA.
Penulis sebagai dosen yang diberi tugas oleh jurusan untuk mengampu mata kuliah Permainan, Lagu, dan Cerita (PLC) untuk ALA, juga merasa tertantang untuk mengembangkan pembelajaran untuk mata kuliah tersebut. Semua berangkat dari masalah. Masalah pertama yang muncul ketika perencanaan pembelajaran adalah sulitnya  mencari lagu anak-anak berbahasa Arab yang relevan dengan tujuan pembelajaran dan sesuai dengan karakteristik anak. Di pasaran memang banyak lagu berbahasa Arab, tetapi lagu tersebut pada umumnya syairnya relatif panjang, dan bahasanya sulit. Meskipun isinya baik, mengandung pendidikan, tetapi umumnya tidak terkait dengan materi pembelajaran ALA. Di samping itu, lagu-lagu di pasaran tersebut memang tidak dirancang secara khusus untuk pembelajaran. Maka dilakukanlah upaya untuk mewujudkan lagu anak berbahasa Arab yang sesuai dengan karakteristik anak.
Di antara kriteria lagu yang baik untuk pembelajaran bahasa pada anak adalah: (1) tema lagu seputar dunia anak, (2) lagu memiliki keterkaitan dengan materi yang diajarkan, (3) bahasa yang digunakan  dalam lagu tidak terlalu sulit, dan (4) syair lagu tidak terlalu panjang (Nurhidayati, 2014:101). Berdasarkan kenyataan yang ada dan kriteria yang harus dipenuhi bagi lagu yang baik, dilakukanlah ”penelitian” sederhana tentang lagu anak-anak Indonesia dan kemungkinannya untuk diterjemahkan kedalam bahasa Arab sebagai materi sekaligus media pembelajaran ALA. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sejumlah lagu anak-anak Indonesia dapat diterjemahkan kedalam bahasa Arab dan dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran ALA. Hal itu karena lagu-lagu tersebut relatif memenuhi kriteria sebagai lagu yang baik untuk pembelajaran ALA.
Misalnya lagu  yang berjudul Khomsu Balunat (Balonku) atau Qausu Qazakh (Pelangi). Kedua lagu tersebut dapat dipilih    untuk mengajarkan warna dalam bahasa Arab. Kedua lagu tersebut relatif pendek, kosa katanya relatif mudah diucapkan, temanya relevan dengan dunia anak, dan iramanya dinamis. Atau, lagu yang berjudul Arkham Ummi (Sayang Ibu). Lagu ini relevan untuk pembelajaran materi bertema keluarga.  
Di antara kelebihan lagu-lagu tersebut dalam pembelajaran ALA, disamping karena tema lagu-lagu itu relevan dengan dunia anak dan karakteristik mereka, juga karena lagu-lagu tersebut dalam versi bahasa Indonesia sudah akrab dan dihafal oleh umumnya anak Indonesia. Sehingga ketika diperdengarkan rekaman lagu versi Arab kepada mereka, mereka cepat “nyambung” dan tanpa kesulitan dapat menyanyikannya dengan lancar.
Pengembangan tersebut menghasilkan buku kecil yang berisi 20 (dua puluh) lagu anak berbahasa Arab yang merupakan terjemahan dari lagu anak Indonesia, di samping CD MP3 yang berisi rekaman ke 20 (dua puluh) lagu tersebut yang juga diiringi dengan musik. Kumpulan lagu yang berjudul “Tarnimatul Athfal” ini telah digunakan sebagai bahan dan sekaligus media pembelajaran ALA di sejumlah TK dan TPQ di berbagai daerah di Indonesia.
Penggunaan lagu anak-anak berbahasa Arab dalam pembelajaran ALA antara lain bertujuan untuk: (1) menumbuhkan sensitifitas anak terhadap bunyi, irama, dan nada dalam bahasa Arab; (2) melatih pengucapan kosa kata atau ungkapan sederhana dalam bahasa Arab, (3) mengembangkan permainan dengan bunyi-bunyi atau ujaran-ujaran dalam bahasa Arab, (4) memperkenalkan ejaan, kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah, dan (5) menghafalkan kosa kata (Hasimi, 2012)
            Di samping lagu-lagu tersebut, penulis juga mengembangkan permainan anak. Pengembangan permainan ini dilakukan dengan berkolaborasi dengan mahasiswa. Permainan anak yang biasa disebut dengan dolanan yang dikembangkan tersebut relatif sudah jarang dimainkan oleh anak-anak zaman sekarang, kecuali oleh anak-anak yang hidup di pedesaan. Pengembangan dolanan ini disamping bertujuan untuk pembelajaran, juga dimaksudkan untuk melestarikan permainan yang hampir lenyap dari kalangan anak-anak.  Misalnya permainan Engklek, Kelereng, Petak Umpet, dan Gasingan.
            Dolanan anak ini dirasa penting dikembangkan untuk pembelajaran ALA, disamping karena salah satu karakteristik anak yang menonjol adalah suka bermain, juga karena permainan banyak memiliki manfaat dalam pembelajaran. Manfaat permainan tersebut antara lain: (1) dapat menghilangkan kebosanan belajar, (2) memberikan tantangan kepada anak untuk memecahkan masalah dalam suasana gembira, (3) menumbuhkan semangat kerja sama dan persaingan sehat, dan (4) membantu anak yang lamban dan kurang mampu untuk bisa aktif dan kreatif (Hidayat dan Tatang, 1980).
            Hasil pengembangan dolanan anak ini berupa video yang berisi 12 permainan tradisional anak, yang dapat digunakan oleh guru ALA sebagai model permainan untuk membantu anak memahami dan menghafal kosa kata bahasa Arab. Hasil pengembangan berupa video ini belum diproduksi secara masal.
            Pengembangan yang disebutkan di atas merupakan pengembangaan yang lebih banyak terkait dengan perangkat, materi, dan media pembelajaran ALA. Ini bukan berarti pengembangan yang terkait dengan kualitas dan kompetensi guru ALA tidak mendapat perhatian. Pengembangan kompetensi dan kemampuan bahasa Arab guru ALA dilakukan oleh para dosen Jurusan Sastra Arab melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan yang dikemas dalam pengabdian kepada masyarakat tersebut berupa pelatihan atau workshop tentang perangkat pembelajaran, metode, materi, dan media pembelajaran ALA, yang diikuti oleh para guru TK, TPQ, dan MI.


PENUTUP
Pembelajaran ALA pada satuaan pendidikan tingkat dasar dan pra sekolah yang selama ini terbatas bertujuan mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an dan menulis huruf Arab perlu dikembangkan kearah pembelajaran kemampuan dasar bahasa Arab. Untuk keperluan itu, kemampuan dan kompetensi guru perlu ditingkatkan. Terutama kompetensi pedagogik yang menyangkut penguasaan aspek-aspek pembelajaran, penguasaan kurikulum, dan pemahaman terhadap karakteristik anak; dan kompetensi profesional yang terkait dengan penguasaan materi dan keterampilan berbahasa Arab. 
            Untuk meningkatkan kedua kompetensi guru tersebut perlu dirancang pelatihan yang bagus dengan melibatkan para ahli pembelajaran dan ahli bahasa Arab dari perguruan tinggi sebagai nara sumber dan pendamping. Pelatihan tersebut sebaiknya diorientasikan pada kegiatan praktek yang intensif, baik praktek pembelajaran maupun praktek kemahiran berbahasa Arab.    
            Di samping itu, hasil-hasil penelitian pengembangan yang terkait dengan pembelajaran ALA dari para dosen perlu disosialisasikan kepada para guru untuk dapat dimanfaatkan  dalam pembelajaran. Hasil penelitian pengembangan tersebut juga dapat ditindaklanjuti dengan pengabdian kepada masyarakat dengan sasaran para guru ALA.
            Peran Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang dalam  pengembangan pembelajaran ALA ini perlu ditingkatkan. Perlu dilakukan kerja sama antara jurusan di satu pihak, dan lembaga-lembaga pendidikan jenjang para sekolah dan tingkat dasar, atau instansi yang menaungi lembaga pendidikan tersebut dipihak lain.
           
DAFTAR PUSTAKA
Anugerahwati. 2000. Material Selection and Development: Games, Songs, and
Stories. Makalah tidak diterbitkan. Malang: State University of Malang.
Effendy. 2001. Peta Pembelajaran Bahasa Aeab di Indonesia. Jurnal Bahasa dan Seni.
Malang: Fakultasa Sastra UM.
E. Suyanto. 2000. Background Knowledge on EYL: Polycy, curricullum, teacher and
Students’ Characteristics. Makalah tidak diterbitkan. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Hammerly, H. 1982. Synthesis in Second Language Teaching. Blaine : Second Language.
Hasimi. 2012. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab untuk Anak Usia SD Melalui
Nyanyian. (http://www.bahasaarabsdit.com) Diakses tanggal 9 Oktober 2015.
Hidayat dan Tatang. 1980. Permainan, Simulasi, Main Peran Dalam Pengajaran Bahasa.
Jakarta : P3G Depdikbud.
Kemenag. 2008. Data Madrasah Ibtidaiyyah di Indonesia, (Online),
(Bagian Perencanaan dan Data Setditjen Pendidikan Islam). Diakses tanggal 9
Oktober 2015).
Kemendikbud. 2012. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : BPSDMPK-PMP

Kemendiknas.2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Kemendiknas
Krashen, Stephen D. 1981. Second Language Acquisition and Second Language
Learning. New York: Pergamon Press.
Muhaiban .2010. Tarnimatul Athfal: Lagu-lagu Berbahasa Arab utuk siswa TK dan
MI. Malang: Markaz at-Ta`allum Adz-Dzaty, JSA FS UM.
Rachmayanti. 2000. Material Selection and Development: Vocabulary, Structure, and
Text. Makalah tidak diterbitkan. Malang: State University of Malang.
Scott, Wendy A dan Ytreberg, Lisbeth H. 1990. Teaching English to Children. New
York: Longman.
Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar