PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK
Prof. Drs. Muhaiban
Pidato Pengukuhan Guru Besar
dalam Bidang Pembelajaran Bahasa Arab
pada Fakultas Sastra
Disampaikan dalam Sidang Terbuka Senat
Universitas Negeri Malang (UM)
Tanggal 26 Oktober 2015
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
OKTOBER 2015
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK
PIDATO PENGUKUHAN GURU BESAR
Prof. Drs. Muhaiban
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu`alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Yang saya hormati,
Ketua Senat Universitas Negeri Malang
Rektor Universitas Negeri Malang
Ketua Komisi Guru Besar Universitas Negeri Malang
Ibu/Bapak Anggota
Senat Universitas Negeri Malang
Ibu/Bapak Pejabat Struktural Universitas Negeri Malang
Ibu/Bapak Pendidik dan Tenaga Kependidikan Universitas
Negeri Malang
Para Undangan dan Hadirin semuanya
Pertama-tama saya
bersyukur dan memuji kebesaran Allah swt atas segala rahmat dan karunia yang
telah dilimpahkan kepada kita semua sampai pada hari ini. Saya bersyukur dan
merasa berbahagia bahwa pada hari ini saya memeroleh kesempatan untuk
menyampaikan pidato pengukuhan sebagai guru besar dalam bidang pembelajaran
bahasa Arab di depan sidang terbuka Senat Guru Besar Universitas Negeri Malang
yang terhormat.
Melalui pidato pengukuhan yang
berjudul Pembelajaran Bahasa Arab untuk Anak atau Al`arabiyyah lil
Athfal yang selanjutnya disingkat ALA ini, saya berharap
dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan pembelajaran bahasa Arab
pada umumnya dan pembelajaran bahasa Arab untuk anak secara khusus. Saya berdo`a
semoga pidato pengukuhan ini diberkahi
oleh Allah swt.
Dalam pidato ini secara
berurutan dipaparkan (a) pendahuluan, (b) landasan teori pembelajaran ALA (c) prinsip-prinsip
pembelajaran ALA, (d) kompetensi guru ALA, dan (e) pengembangan pembelajaran ALA.
PENDAHULUAN
Pembelajaran ALA dalam bentuk verbal
yang bertujuan mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an dan do’a-do’a berbahasa
Arab, serta bacaan-bacaan shalat telah lama berlangsung di Indonesia. Kegiatan
pembelajaran bahasa Arab itu diperkirakan telah berlangsung sejak awal masuknya
agama Islam ke Indonesia yaitu pada abad ke 12. Pembelajaran ALA seperti itu
dilaksanakan di rumah-rumah keluarga muslim, di masjid, mushalla, madrasah
diniyah, atau di taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) (Effendy, 2001). Juga pada lembaga pendidikan formal
seperti Madrasah Ibtidaiyyah (MI), atau Sekolah Dasar Islam (SDI).
Pembelajaran ALA
menduduki tempat yang strategis dalam konteks pembelajaran bahasa Arab secara
umum di Indonesia. Di samping karena anak-anak pada usia pra sekolah dan pendidikan
dasar tersebut pada dasarnya cenderung mudah belajar bahasa terutama yang
terkait dengan oral skill juga karena jumlah lembaga pendidikan dasar
dan pra sekolah -baik formal maupun non-formal- relatif besar.
Menurut data Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia, jumlah Madrasah
Ibtidaiyah Negeri (MIN) di Jawa Timur saja pada tahun 2011/2012 sebanyak 146
madrasah, sedangkan jumlah Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) mencapai 6.740
madrasah. Sementara itu, jumlah Taman Kanak-kanak (TK) Islam Raudlatul Athfal
(RA), Bustanul Athfal (BA), atau Tarbiyatul Athfal (TA) mencapai 6.305.
Sedangkan jumlah Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) mencapai 38.895.
Jumlah lembaga
pendidikan dasar dan pra sekolah yang besar tersebut merupakan modal bagi
pengembangan pembelajaran ALA pada saat ini dan pada masa-masa mendatang,
terutama pengembangan yang terkait dengan kompetensi guru, tujuan pembelajaran,
strategi pembelajaran, metode, dan media pembelajaran. Di samping itu, jumlah yang besar itu juga
dapat menjadi lahan pengabdian bagi para guru dan dosen bahasa Arab dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab di negeri ini. Sayangnya, pengembangan pembelajaran bahasa
Arab, khususnya pembelajaran ALA pada lembaga pendidikan dasar dan pra sekolah
tersebut belum banyak mendapat perhatian, baik dari pemerintah maupun dari
perguruan tinggi.
Selama ini
tujuan pembelajaran ALA adalah untuk mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an
dan menulis huruf Arab dalam lingkup terbatas. Sedangkan metode yang dipakai
adalah metode hapalan. Untuk pengenalan huruf Arab dipakai metode eja atau thariqah
hajaiyyah. Pada tahun delapan puluhan dikembangkan metode baru yang
berbasis pengenalan bunyi yang dikenal dengan thariqah shautiyyah
tahliliyyah tarkibiyyah (Effendy, 2001). Pada saat ini terdapat sejumlah MI
dan TPQ yang berupaya mengembangkan pembelajaran ALA tersebut. Pengembangan
diarahkan pada pembelajaran kemampuan dasar bahasa Arab. Dalam pelaksanaan
pengembangan pembelajaran ALA tersebut ditemui beberapa problem, antara lain menyangkut kompetensi guru, penguasaan materi
oleh guru, metode, dan media pembelajaran. Ini merupakan tantangan bagi pihak-pihak
yang selama ini memiliki tanggung jawab mengembangkan pembelajaran bahasa Arab
di negeri ini, untuk bergerak dan melakukan kegiatan yang kongkrit untuk
memecahkan masalah pengembangan pembelajaran bahasa Arab tersebut.
LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN ALA
Pepatah Arab
kuno mengatakan Al-`ilmu fish shighari kannaqsyi `alal hajari, belajar
pada saat masih kanak-kanak itu seperti mengukir pada batu. Artinya,
ilmu yang diajarkan akan mudah diserap dan bertahan lama, tidak mudah hilang
dari memori anak. Demikian juga dalam
hal belajar bahasa kedua atau bahasa asing. Belajar bahasa kedua akan lebih
baik apabila dimulai lebih awal, kata Hammerly (1982:265).
Menurut teori perkembangan, anak pada usia 2—7 tahun berada pada tahap marhalah ma qablat tasyghil atau preoperational stage (Jean Piaget, 1896—1980, dalam Syah, 1997:67). Anak-anak pada satuan pendidikan pra sekolah dan tingkat dasar pada umumnya belajar masih terbatas tentang lingkungan tempat mereka berada: rumah, kedua orang tua, saudara, barang-barang mainan, hewan piaraan, kendaraan keluarga, dan teman bermain. Mereka juga senang berbicara tentang diri mereka sendiri dan lingkungannya itu. Mereka belajar sambil bermain atau bermain sambil belajar, dengan melakukan atau mempraktekkan apa yang mereka pelajari, seperti bernyanyi, bermain, menggambar, mewarnai, dan menggunting gambar. Dalam proses belajar sambil bermain dan bersosialisasi tersebut, mereka cenderung senang bertanya. Hal itu dalam rangka mengembangkan berbagai karakteristik yang mereka miliki untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Krashen (1981),
mengemukakan beberapa karakteristik anak dalam pembelajaran bahasa: (1) anak-anak suka bermain dan
bersenang-senang, (2) mereka dapat memahami apa yang ada di sekelilingnya
secara kulliy (holistic), tidak secara tahliyliy (analytic),
(3) mereka belajar bahasa melewati suatu masa yang disebut dengan fatratush
shumt (silent period). Pada awal belajar bahasa, ”kegiatan” anak-anak
terbatas pada mendengarkan, mereka belum dapat berbicara; (4) mereka cenderung
belajar bahasa melalui iktisab, (acquisition), pemerolehan.
Kemampuan berbahasa diperoleh secara alami, tidak melalui cara formal (ta`allum)
dengan mempelajari kaidah-kaidah bahasa; (5) pada umumnya anak-anak pada usia
sekolah dasar berada pada tahap berpikir secara kongkrit.
Sementra
itu, Scott dan Ytreberg (1990) mengemukakan bahwa anak-anak (1) dapat mengutarakan sesuatu yang telah mereka
kerjakan dan mereka dengarkan, (2) belajar sambil “bekerja” (atta`allum bil
mumarasah/learning by doing), (3) memeroleh pemahaman melalui
gerakan tangan dan mata (al-isyarah), (4) suka bermain dan memelajari
sesuatu yang disenangi, (5) sudah bisa “berargumentasi” (taqdimul khujjah),
(6) belum bisa memahami ungkapan yang biasa digunakan oleh orang dewasa, karena
kosa kata mereka tidak sama dengan kosa kata orang dewasa, (7) lebih cepat
memahami situasi dari pada memahami bahasa yang digunakan, dan (8) mereka dapat
bekerjasama dengan orang dewasa.
PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN ALA
Salah satu prinsip umum pembelajaran adalah bahwa
pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan mempertimbangkan karakteristik
individual anak yang menyangkut perkembangan emosional, perkembangan
intelektual, kondisi sosial, dan
lingkungan budaya.
Pembelajaran bahasa untuk anak berpijak pada dunia anak. Dunia anak berkisar pada keluarga, rumah, sekolah, mainan, dan teman bermain. Pembelajaran hendaknya berangkat dari sesuatu yang sudah diketahui dan dekat atau mudah dijangkau oleh anak, ke sesuatu yang belum diketahui atau jauh dari jangkauan mereka. Misalnya dari lingkungan rumah ke lingkungan luar rumah, dilanjutkan ke lingkungan teman sejawat, kemudian ke lingkungan sekolah. Di samping pembelajaran itu harus dikaitkan dengan hal-hal yang menjadi interes anak, pokok-pokok pembelajaran yang disajikan hendaknya berangkat dari pengetahuan yang telah mereka miliki, dan tugas-tugas diorientasikan kepada aktivitas atau kegiatan yang disesuaikan dengan usia anak.
Terkait dengan materi pembelajaran, dikatakan bahwa materi pembelajaran merupakan kombinasi antara sesuatu yang bersifat fiksi dan non-fiksi/konkrit, dan diorentasikan kepada pelaksanaan silabus dan pengembangan dua komponen bahasa (kosa kata dan struktur) dan empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis). Di samping itu, budaya nasional dan asing dikenalkan secara bertahap.
Untuk memilih dan menentukan strategi pembelajaran
ALA, guru hendaknya terlebih dahulu memahami dengan baik prinsip-prinsip
pembelajaran ALA dan karakteristik anak
yang akan belajar. Karakteristik anak tersebut antara lain seperti yang telah
disebutkan terdahulu, misalnya siswa (1) masih belajar dan senang berbicara
tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang mempraktekkan sesuatu
yang baru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung senang bertanya, (5) cenderung
senang mendapatkan penghargaan, dan (6) cenderung mau melakukan sesuatu karena
dorongan dari luar. Berdasarkan beberapa karakteristik tersebut, guru dapat
memilih strategi pembelajaran ALA yang sesuai. Berikut ini dikemukakan strategi
pembelajaan ALA secara umum.
Salah satu
karakteristik anak adalah bahwa pengetahuan mereka masih terbatas pada
lingkungan hidup mereka sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka materi
pelajaran sebaiknya dipilihkan hal-hal yang terkait dengan lingkungan mereka.
Misalnya tentang diri mereka sendiri, orang tua (bapak/ibu), saudara kandung,
rumah dan isinya, binatang piaraan, mainan, lingkungan sekolah, dan teman
bermain.
Di
muka telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik anak adalah senang
bertanya. Hal tersebut perlu dijadikan pertimbangan oleh guru dalam memilih
strategi pembelajaran. Dalam memulai kegiatan pembelajaran misalnya, guru dapat
merangsang lahirnya keingintahuan siswa. Dengan demikian akan timbul pertanyaan
atau komentar dari siswa yang mengarah pada substansi materi. Dengan lahirnya
pertanyaan dari siswa tersebut sangat memungkinkan terjadinya interaksi dan kominaksi
multi arah.
Dalam
memilih metode atau teknik pembelajaran ALA, guru juga perlu melihat salah satu
karakteristik yang menonjol pada anak, yaitu bahwa mereka senang bermain.
Melihat karakteristik seperti itu, maka metode yang relevan untuk pembelajaran
ALA adalah metode bermain dengan berbagai tekniknya. Bermain sambil belajar dan
belajar sambil bermain mungkin lebih relevan bagi mereka karena pada dasarnya
mereka cenderung menyukai aktivitas. Guru hendaknya dapat mengemas aktivitas
tersebut dalam permainan dan sekaligus pembelajaran.
Permainan
yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Arab bervariasi.
Permainan itu berupa permaian bahasa yang telah umum diketahui oleh guru dan anak,
maupun permaian yang dikembangkan sendiri oleh guru dari permainan tradisional
yang sudah akrab dengan anak.
KOMPETENSI GURU ALA
Guru
dalam pembelajaran menduduki peran yang penting, terlebih lagi pada pendidikan pra
sekolah dan tingkat dasar. Dalam konteks pembelajaran ALA, di samping dituntut memiliki
kemampuan bahasa Arab yang baik, guru ALA hendaknya juga memiliki sifat dan
sikap aktif, kreatif, menyenangkan, dan terbuka.
Sebagai
pendidik profesional, guru dituntut untuk memiliki kompetensi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Kompetensi tersebut terangkum dalam 4 (empat) komponen, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi
profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian
(Kemendikbud, 2012). Di antara 4 (empat) kompetensi tersebut, yang secara langsung terkait dengan
kegiatan pembelajaran adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi
profesional. Kompetensi pedagogik
menuntut guru untuk menguasai aspek-aspek pembelajaran seperti teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,
menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang studi yang diampu, dan
memahami karakteristik peserta didik dari berbagai aspeknya. Sementara itu,
kompetensi profesional menuntut guru untuk antara lain menguasai materi,
struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu,
di samping menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
tersebut.
Berdasarkan hal itu, guru profesional bahasa Arab, terutama guru bahasa
Arab pada jenjang pra sekolah dan tingkat dasar juga dituntut untuk memiliki
semua kompetensi tersebut. Berikut
dikemukakan 2 (dua) dari 4 (empat) kompetensi yang digariskan dalam PP Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang sekaligus menjadi
karakteristik yang perlu dimiliki oleh guru, termasuk guru bahasa Arab.
Kompetensi tersebut adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi pedagogik menyangkut
penguasaan teori belajar dan pembelajaran serta mengenal peserta didik secara
mendalam. Jabaran kompetensi itu meliputi: (1) memahami karakteristik peserta
didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual;
(2) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3)
menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu, (4) terampil
melakukan kegiatan pengembangan yang mendidik, (5) memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan
pengembangan yang mendidik, (6) memasilitasi pengembangan potensi peserta didik,
(7) berkomunikasi secara efektif, impatik, dan santun dengan peserta didik; (8)
terampil melakukan penilaian dan
ervaluasi proses dan hasil belajar, (9) memanfaatkan hasil penilaian dan
evaluasi untuk kepentingan pembelajaran, dan (10) melakukan tindakan reflektif
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Kemendikbud, 2012).
Kompetensi
Profesional
Kompetensi profesional menyangkut
penguasaan bidang ilmu yang diampu. Kompetensi ini dapat dijabarkan sebagai
berikut: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu; (2) menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, (3) mengembangkan
secara kreatif materi pembelajaran yang diampu, (4) mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, (5) memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembagkan diri
(Kemendikbud, 2012).
Kompetensi Guru ALA
di Lapangan
Permasalahan
pembelajaran ALA muncul ketika kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian
besar guru bahasa Arab pada jenjang pra sekolah dan tingkat dasar (TK/TPQ/SDI/MI) tidak dipersiapkan secara
khusus atau tidak memiliki kualifikasi untuk mengajar bahasa Arab pada satuan
pendidikan tersebut. Pada umumnya mereka tidak memiliki latar belakang
pendidikan bahasa Arab yang relevan dan tidak memiliki keterampilan berbahasa
Arab.
Data
pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI tahun 2011/2012
menunjukkan bahwa jumlah guru MI di Jawa Timur mencapai 23.977 orang. Dari
jumlah tersebut yang berpendidikan di bawah S1 (Diploma atau SLTA) sebanyak 21.536 orang, dengan status guru non-PNS.
Sedangkan guru MI yang berpendidikan S1 sebanyak 2.317 orang atau 9,66%. Dari
data tersebut diketahui bahwa sebanyak 89,81% guru (21.536 orang) tidak
memenuhi kualifikasi sebagai guru MI karena mereka umumnya lulusan SLTA/MA atau
D1. Memang masih perlu penelitian tentang penguasaan bahasa Arab dan
keterampilan mengajar yang mereka miliki, tetapi melihat latar belakang pendidikan
mereka, bisa dibayangkan bagaimana pembelajaran ALA tersebut berlangsung.
Survey yang
dilakukan oleh para mahasiswa peserta mata kuliah ALA Jurusan Sastra Arab FS UM
pada tahun 2013/2014 di 20 MI dan TK/TPQ di Kota Malang menunjukkan bahwa para guru pengampu ALA di
lembaga pendidikan jenjang pra sekolah dan sekolah dasar tersebut umumnya
lulusan S1 nonpendidikan bahasa Arab. Mereka yang pernah mengikuti pelatihan
tentang pembelajaran bahasa Arab jumlahnya juga relatif kecil.
Implikasi dari kenyataan
tersebut antara lain adalah rendahnya motivasi anak untuk belajar bahasa Arab, bahasa
Arab dikesani sebagai mata pelajaran yang sulit, dan pencapaian tujuan
pendidikan tidak maksimal. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk
memperluas wawasan guru bahasa Arab dan meningkatkan keterampilan berbahasa
Arab mereka melalui pelatihan yang intensif mengenai: teori dan prinsip-prinsip
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan, disertai praktek mengajar.
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN ALA
Upaya pengembangan
pembelajaran ALA sudah mulai dilakukan sejak tahun 2002 oleh Program Studi
Pendikan Bahasa Arab, Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri
Malang. Hal itu dilakukan dengan mengembangkan kurikulum Jurusan Sastra Arab.
Hasil pengembangan itu antara lain berupa kurikulum baru tahun 2002 yang di
dalamnya terdapat Paket Al-`Arabiyyah lil Athfal atau ALA. Paket ALA
masuk dalam kelompok mata kuliah Pilihan Keahlian Khusus yang berbobot 13 sks
dengan 6 (enam) matakuliah yang meliputi: (1) Pembelajaran Baca-tulis Huruf
Arab, (2) Strategi Pembelajaran ALA, (3) Pengembangan Materi ALA, (4)
Permainan, Lagu, dan Cerita untuk ALA, (5) Pengembangan Media ALA, dan (6)
Psikologi Anak (Katalog Jurusan Sastra Arab, 2003).
Sebagai mata kuliah
pilihan baru, paket ALA menjadi tantangan bagi para dosen untuk melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat disamping mengembangkan perangkat,
materi, dan media pembelajaran yang terkait dengan ALA. Tantangan
itu gayung bersambut. Tidak saja oleh para dosen, tetapi juga oleh para
mahasiswa. Maka terbitlah buku ajar-buku ajar ALA yang ditulis oleh para dosen,
media interaktif pembelajaran sebagai hasil penelitian pengembangan oleh
mahasiswa, dan media nonproyeksi yang dikembangkan oleh mahasiswa sebagai tugas
dalam mata kuliah Pengembangan Media ALA.
Penulis sebagai dosen yang diberi tugas oleh jurusan
untuk mengampu mata kuliah Permainan, Lagu, dan Cerita (PLC) untuk ALA,
juga merasa tertantang untuk mengembangkan pembelajaran untuk mata kuliah
tersebut. Semua berangkat dari masalah. Masalah pertama yang muncul ketika
perencanaan pembelajaran adalah sulitnya
mencari lagu anak-anak berbahasa Arab yang relevan dengan tujuan
pembelajaran dan sesuai dengan karakteristik anak. Di pasaran memang banyak
lagu berbahasa Arab, tetapi lagu tersebut pada umumnya syairnya relatif panjang,
dan bahasanya sulit. Meskipun isinya baik, mengandung pendidikan, tetapi
umumnya tidak terkait dengan materi pembelajaran ALA. Di samping itu, lagu-lagu
di pasaran tersebut memang tidak dirancang secara khusus untuk pembelajaran.
Maka dilakukanlah upaya untuk mewujudkan lagu anak berbahasa Arab yang sesuai
dengan karakteristik anak.
Di antara kriteria lagu yang baik untuk pembelajaran
bahasa pada anak adalah: (1) tema lagu seputar dunia anak, (2) lagu memiliki keterkaitan dengan materi yang diajarkan, (3) bahasa yang digunakan dalam lagu tidak terlalu sulit, dan (4) syair lagu tidak terlalu panjang (Nurhidayati, 2014:101).
Berdasarkan kenyataan yang ada dan kriteria yang harus dipenuhi bagi lagu yang
baik, dilakukanlah ”penelitian” sederhana tentang lagu anak-anak Indonesia dan
kemungkinannya untuk diterjemahkan kedalam bahasa Arab sebagai materi sekaligus
media pembelajaran ALA. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sejumlah
lagu anak-anak Indonesia dapat diterjemahkan kedalam bahasa Arab dan
dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran ALA. Hal itu karena lagu-lagu tersebut
relatif memenuhi kriteria sebagai lagu yang baik untuk pembelajaran ALA.
Misalnya lagu yang
berjudul Khomsu Balunat (Balonku) atau Qausu Qazakh (Pelangi).
Kedua lagu tersebut dapat dipilih untuk
mengajarkan warna dalam bahasa Arab. Kedua lagu tersebut relatif pendek, kosa
katanya relatif mudah diucapkan, temanya relevan dengan dunia anak, dan iramanya
dinamis. Atau, lagu yang berjudul Arkham Ummi (Sayang Ibu). Lagu ini
relevan untuk pembelajaran materi bertema keluarga.
Di antara kelebihan lagu-lagu tersebut dalam pembelajaran
ALA, disamping karena tema lagu-lagu itu relevan dengan dunia anak dan
karakteristik mereka, juga karena lagu-lagu tersebut dalam versi bahasa Indonesia
sudah akrab dan dihafal oleh umumnya anak Indonesia. Sehingga ketika
diperdengarkan rekaman lagu versi Arab kepada mereka, mereka cepat “nyambung”
dan tanpa kesulitan dapat menyanyikannya dengan lancar.
Pengembangan tersebut menghasilkan buku kecil yang berisi
20 (dua puluh) lagu anak berbahasa Arab yang merupakan terjemahan dari lagu
anak Indonesia, di samping CD MP3 yang berisi rekaman ke 20 (dua puluh) lagu
tersebut yang juga diiringi dengan musik. Kumpulan lagu yang berjudul “Tarnimatul
Athfal” ini telah digunakan sebagai bahan dan sekaligus media pembelajaran
ALA di sejumlah TK dan TPQ di berbagai daerah di Indonesia.
Penggunaan lagu
anak-anak berbahasa Arab dalam pembelajaran ALA antara lain bertujuan untuk: (1)
menumbuhkan sensitifitas anak terhadap bunyi, irama, dan
nada dalam bahasa Arab; (2) melatih pengucapan kosa kata atau ungkapan
sederhana dalam bahasa Arab, (3) mengembangkan permainan dengan bunyi-bunyi
atau ujaran-ujaran dalam bahasa Arab, (4) memperkenalkan ejaan, kalimat berita,
kalimat tanya, dan kalimat perintah, dan (5) menghafalkan kosa kata (Hasimi,
2012)
Di samping lagu-lagu
tersebut, penulis juga mengembangkan permainan anak. Pengembangan permainan ini
dilakukan dengan berkolaborasi dengan mahasiswa. Permainan anak yang biasa disebut
dengan dolanan yang dikembangkan tersebut relatif sudah jarang dimainkan
oleh anak-anak zaman sekarang, kecuali oleh anak-anak yang hidup di pedesaan. Pengembangan
dolanan ini disamping bertujuan untuk pembelajaran, juga dimaksudkan untuk
melestarikan permainan yang hampir lenyap dari kalangan anak-anak. Misalnya permainan Engklek, Kelereng,
Petak Umpet, dan Gasingan.
Dolanan anak ini
dirasa penting dikembangkan untuk pembelajaran ALA, disamping karena salah satu
karakteristik anak yang menonjol adalah suka bermain, juga karena permainan
banyak memiliki manfaat dalam pembelajaran. Manfaat permainan tersebut antara
lain: (1) dapat menghilangkan kebosanan belajar, (2) memberikan tantangan
kepada anak untuk memecahkan masalah dalam suasana gembira, (3) menumbuhkan
semangat kerja sama dan persaingan sehat, dan (4) membantu anak yang lamban dan
kurang mampu untuk bisa aktif dan kreatif (Hidayat dan Tatang, 1980).
Hasil pengembangan dolanan
anak ini berupa video yang berisi 12 permainan tradisional anak, yang dapat
digunakan oleh guru ALA sebagai model permainan untuk membantu anak memahami
dan menghafal kosa kata bahasa Arab. Hasil pengembangan berupa video ini belum
diproduksi secara masal.
Pengembangan yang
disebutkan di atas merupakan pengembangaan yang lebih banyak terkait dengan perangkat,
materi, dan media pembelajaran ALA. Ini bukan berarti pengembangan yang terkait
dengan kualitas dan kompetensi guru ALA tidak mendapat perhatian. Pengembangan
kompetensi dan kemampuan bahasa Arab guru ALA dilakukan oleh para dosen Jurusan
Sastra Arab melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan yang
dikemas dalam pengabdian kepada masyarakat tersebut berupa pelatihan atau
workshop tentang perangkat pembelajaran, metode, materi, dan media pembelajaran
ALA, yang diikuti oleh para guru TK, TPQ, dan MI.
PENUTUP
Pembelajaran ALA pada satuaan pendidikan tingkat
dasar dan pra sekolah yang selama ini terbatas bertujuan mengajarkan
keterampilan membaca Al-Qur’an dan menulis huruf Arab perlu dikembangkan kearah
pembelajaran kemampuan dasar bahasa Arab. Untuk keperluan itu, kemampuan dan
kompetensi guru perlu ditingkatkan. Terutama kompetensi pedagogik yang menyangkut penguasaan
aspek-aspek pembelajaran, penguasaan kurikulum, dan pemahaman terhadap
karakteristik anak; dan kompetensi profesional yang terkait dengan penguasaan
materi dan keterampilan berbahasa Arab.
Untuk meningkatkan kedua kompetensi guru tersebut perlu dirancang pelatihan
yang bagus dengan melibatkan para ahli pembelajaran dan ahli bahasa Arab dari
perguruan tinggi sebagai nara sumber dan pendamping. Pelatihan tersebut
sebaiknya diorientasikan pada kegiatan praktek yang intensif, baik praktek
pembelajaran maupun praktek kemahiran berbahasa Arab.
Di samping itu, hasil-hasil
penelitian pengembangan yang terkait dengan pembelajaran ALA dari para dosen perlu
disosialisasikan kepada para guru untuk dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran. Hasil penelitian pengembangan
tersebut juga dapat ditindaklanjuti dengan pengabdian kepada masyarakat dengan
sasaran para guru ALA.
Peran Jurusan Sastra Arab
Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang dalam pengembangan pembelajaran ALA ini perlu
ditingkatkan. Perlu dilakukan kerja sama antara jurusan di satu pihak, dan
lembaga-lembaga pendidikan jenjang para sekolah dan tingkat dasar, atau
instansi yang menaungi lembaga pendidikan tersebut dipihak lain.
DAFTAR PUSTAKA
Anugerahwati. 2000. Material Selection
and Development: Games, Songs, and
Stories. Makalah tidak diterbitkan. Malang : State University of Malang .
Effendy.
2001. Peta Pembelajaran Bahasa Aeab di Indonesia. Jurnal Bahasa dan Seni.
Malang:
Fakultasa Sastra UM.
E.
Suyanto. 2000. Background Knowledge on EYL: Polycy, curricullum, teacher and
Students’ Characteristics. Makalah tidak
diterbitkan. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Hammerly, H. 1982. Synthesis in Second
Language Teaching. Blaine : Second Language.
Hasimi. 2012. Strategi Pembelajaran
Bahasa Arab untuk Anak Usia SD Melalui
Nyanyian. (http://www.bahasaarabsdit.com)
Diakses tanggal 9 Oktober 2015.
Hidayat dan Tatang. 1980. Permainan, Simulasi,
Main Peran Dalam Pengajaran Bahasa.
Jakarta :
P3G Depdikbud.
Kemenag. 2008. Data Madrasah
Ibtidaiyyah di Indonesia, (Online),
(Bagian Perencanaan
dan Data Setditjen Pendidikan Islam). Diakses tanggal 9
Oktober 2015).
Kemendikbud. 2012. Kebijakan
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : BPSDMPK-PMP
Kemendiknas.2005. Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional
Pendidikan. Jakarta:
Kemendiknas
Krashen, Stephen D. 1981. Second Language
Acquisition and Second Language
Learning. New
York: Pergamon Press.
Muhaiban .2010. Tarnimatul
Athfal: Lagu-lagu Berbahasa Arab utuk siswa TK dan
MI. Malang: Markaz at-Ta`allum Adz-Dzaty, JSA FS UM.
Rachmayanti.
2000. Material Selection and Development: Vocabulary, Structure, and
Text. Makalah tidak diterbitkan. Malang :
State University
of Malang .
Scott,
Wendy A dan Ytreberg, Lisbeth H. 1990. Teaching English to Children. New
York: Longman.
Syah, Muhibbin. 1997. Psikologi Pendidikan
Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar