PENYIAPAN LOMBA
KHATABAH,
IMATHAH, DAN MUNATHARAH
Makalah
Disajikan pada Training
of Trainer
Lomba Khatabah,
Imathah, dan Munatharah
yang
Diselenggarakan oleh MGMP Bahasa Arab Jombang
pada
Tanggal 22 Oktober 2013
di MAN
Tambakberas Jombang
Oleh
MUHAIBAN
KEMENTERIAN AGAMA RI
MADRASAH ALIYAH NEGERI KABUPATEN JOMBANG
MUSYAWARAH GURU
MATA PELAJARAN (MGMP) BAHASA ARAB
KABUPATEN
JOMBANG
OKTOBER, 2013
PENYIAPAN LOMBA
KHATABAH,
IMATHAH,DANMUNATHARAH
PENDAHULUAN
Salah satu upaya yang banyak
dilakukan oleh sekolah/madrasah atau lembaga pendidikan lain untuk memotivasi
dan meningkatkan kemampuan bahasa Arab para siswa adalah dengan
menyelenggarakan musabaqah atau lomba berbahasa Arab dengan berbagai
nama dan bentuknya.Lomba tersebut umumnya menyangkut 4 (empat) keterampilan berbahasa Arab yaitu istima`,
kalam, qiraah dan kitabah. Disamping itu, juga menyangkut
ilmu bahasa Arab yaitu Nahwu dan Sharaf.Penguasaan mufradat
juga menjadi bagian dari materi lomba tersebut.Maka muncullah berbagai cabang
lomba bahasa Arab, mulai dari lomba kaligrafi Arab (al-khath al-`arabiy),
cerdas cermat bahasa Arab (imathah), pidatoberbahasa Arab (khatabah),
debat berbahasa Arab (munatharah/jidal), bercerita dalam bahasa Arab (taqdimul
qishshah), menulis cerpen berbahasa Arab (kitabatu qishshah qashirah),
membaca berita berbahasa Arab (qiraatul akhbar), sampai pada drama
berbahasa Arab (tamtsiliyyah/mashrakhiyyah).
Kenyataan di lapangan menunjukkan
bahwa menjadi juara dalam lomba berbahasa Arab tersebut tidaklah mudah.
Meskipun “menjadi juara” bukanlah tujuan utama, karena tujuan utamanya adalah
memotivasi, menyalurkan bakat, minat, dan mengembangkan kemampuan siswa dalam
berbahasa Arab, raihan kejuaraan tersebut
tetap saja diburu para peserta lomba maupun lembaga yang mengirimkan
peserta.Hal itu bisa dimaklumi karena raihan kejuaraan merupakan bagian dari
motivasi siswa dan lembaga. Disamping itu, raihan kejuaraan dapat
dijadikan barometer prestasi dan kompetensi,
sekaligus prestise.
Kesulitan meraih kejuaraan dalam
berbagai lomba berbahasa Arab tersebut bisa jadi karena peserta kurang
mempersiapkan diri dengan baik karena tidak tahu bagaimana cara
mempersiapkannya, atau karena panitia lomba terlalu tinggi mematok kriteria
kejuaraan, atau soal yang disusun relatif sulit dan tidak sesuai dengan latar
belakang kemampuan berbahasa Arab peserta. Yang terakhir ini bisa terjadi
mungkin karena kriteria kejuaraan ditetatapkan dengan sembarangan, atau
soal-soal dalam lomba disusun tanpa kisi-kisi yang jelas.
Makalah ringkas ini berupaya
menyajikan hal-hal yang terkait dengan penyiapan 3 (tiga) jenis lomba berbahasa
Arab yaitu khatabaah, imathah, dan munatharah, baik dari sisi calon
panitia penyelenggara lomba, maupun dari sisi calon peserta lomba. Diharapkan
makalah ringkas ini dapat memberikan pemahaman yang bermakna bagi peserta workshop
mengenai pengembangan kemampuan berbahasa Arab siswa secara umum, maupun
mengenai penyiapan 3 (tiga) jenis lomba tersebut.Semoga.
PENYIAPAN LOMBA KHATABAH,
IMATHAH,DAN MUNATHARAH
KHATABAH
Pengertian
Khatabah
Khatabahatau pidato adalah penyampaian dan penanaman pikiran, informasi,
atau gagasan dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan mempengaruhi mereka
agar dengan suka rela mau mengikuti atau memahami pikiran yang disampaikan.
Menulis Naskah
Khatabah
Menulis naskah khatabah
dapat dilakukan melalui tiga kegiatan yaitu, (1) mengumpulkan bahan, (2) membuat kerangka, dan (3) menguraikan isi naskah khatabah
secara rinci.
Mengumpulkan bahan
Sebelum
bahan dikumpulkan, perlu diketahui terlebih dahulu persoalan/masalah
yang terkait dengan topikkhatabah. Kemudian,dirurumuskan tujuan khatabah
serta dilakukan analisis pendengar/audien. Setelah itu, penulisan naskah khatabahsiap
dilakukan. Penulisan naskah dapat dilakukaan
denganmemanfaatkan hal-hal yang
telah diketahui mengenai persoalan yang
akan dibicarakan/disampaikan. Jika hal
ini dianggap belum cukup, perlu dicari bahan-bahan tambahan yang berupa
fakta, ilustrasi, cerita, atau hal-hal penting yang konkret untuk mengembangkan khatabah.
Tidak ada salahnya ditanyakan kepada
orang/pihak yang mengetahui persoalan yang akan dibicarakan. Buku-buku, perturan-peraturan,
majalah-majalah, dan surat kabar, serta laman internet merupakan sumber informasi yang kaya yang
dapat digunakan sebagai bahan dalam rangka menguraikan isi khatabah.
Membuat kerangka
khatabah
Kerangka
dasar dapat dibuat sebelum bahan-bahan
dikumpulkan, yaitu dengan menentukan pokok-pokok yang akan dibicarakan. Sedangkan
kerangka yang lebih rinci baru dapat disusun setelah bahan-bahan selesai dikumpulkan. Dengan bahan-bahan itu dapatdisusun
pokok-pokok yang paling penting dalam tata urut yang baik, di bawah pokok-pokok
utama. Kerangka ini hendaknya dapat menggambarkan adanya kesatuan dan koherensi
antarbagian.Kerangka khatabah secara umum terdiri atas tiga hal, yaitu
(1) pendahuluan, (2) isi, dan (3) penutup. Bagian pendahuluan memuat salam
pembuka, iftitakh, ucapan terima kasih (bila perlu), dan kata pengantar
untuk menuju kepada isi khatabah. Bagian isi memuat uraian pokok yang
terdiri atas topik utama dan sub-subtopik yang memperjelas atau menghubungkan
dengan topik utama.Sedangkan bagian
penutup memuat kesimpulan, harapan/doa, dan salam penutup.
Menguraikan isi
khatabah
Dengan
kerangka yang telah dibuat, ada dua hal
yangdapat dilakukan, yaitu (1) menggunakan
kerangka tersebut untuk menyampaikan khatabah, yaitu berkhatabah
dengan menggunakan metode ekstemporan atau irtijaliyyan, dan (2)
menulis atau meyusun naskah khatabah secara lengkap yang akan dibacakan
atau dihafalkan.Bagian-bagian yang terdapat dalam kerangka khatabah di
atas dijelaskan lebih lanjut pada uraian berikut ini.
Pendahuluan
Bagian
pendahuluan, seperti dikemukakan di atas, memuat salam pembuka, iftitakh
yang berisi basmalah, khamdalah dan
shalawat; ucapan terima kasih (bila perlu), dan kata pengantar untuk
menuju kepada isi khatabah.Dalam pendahuluan ini, setelah shalawat,
dapat dimuat ayat Al-Qur`an, atau Hadits, atau kata-kata hikmah yang sesuai
dengan topik khatabah.Contoh iftitakh dapat dilihat pada lampiran
1.
Isi khatabah
Khatabah memiliki struktur isi, yaitu rangkaian isi khatabah dari
awal hingga akhir. Rangkaian ini disusun agar khatabahdapat
disampaikan denganmenarik dan tujuan khatabahdapat
tercapai. Ada 2 (dua) cara merangkai isi
khatabah, yaitu (1) mengikuti alur dasar khatabah, dan (2)
mengikuti pola organisasi khatabah.
Alur
dasar khatabah, yaitu rangkaian isi khatabah yang mengikuti alur yang bergerak
melalui 3 (tiga) tahap, yaitu (a) tahap perhatian yang merupakan
tahap pertama yang dilakukan pembicara untuk menarik perhatian audien;
(b) tahap kebutuhan, yaitu tahap yang dilakukan pembicara untuk menjelaskan
pentingnya masalah yang dibicarakan sehingga pendengar akan berusaha memahami
masalah atau hal-hal penting yang disampaikan pembicara;dan (c) tahap
penyajian, yaitu merupakan tahap pembicara menyajikan materi khatabah
yang telah dipersiapkan melalui naskah kerangka khatabah.
Pola
organisasi khatabahdapat digolongkan kedalam 3 (tiga) tipe besar, yaitu (a)
pola uraian; (b) pola sebab, dan (c) pola topik.
Pola
uraianmemilikidua macam urutan yang digunakan
untuk menyusun/menulis isi khatabah, yaitu: urutan kronologis dan urutan
ruang. Urutan kronologisadalah susunan isi yang dimulai dari periode atau data
tertentu, bergerak maju atau mundur secara sistematis dan kronologis. Sementara
itu, urutan ruang adalah susunan isi yang berurutan berdasarkan kedekatan fisik
sesuatu dengan yang lainnya.
Pola
sebab, sebagaimana terlihat dari namanya
adalah khatabah yang menggunakan pola sebab yang bergerak dari satu
analisis sebab di saat ini dan bergerak
ke arah analisis akibat di masa yang akan datang, atau dari deskripsi kondisi
di saat ini yang bergerak ke arah analisis sebab-sebab yang memunculkannya.
Pola
topik adalahkhatabah yang materinya lebih dari satu periode atau
kelompok. Oleh Karena itu, di dalam isi khatabahakan terdapat beberapa
subtopik atau sub-sub topik.
Teknik Menulis
Naskah Khatabah
Ada beberapa
tahap yang bisa dilakukan dalam menulis
naskah khatabah yaitu (1) memilih
subjek dan membatasi tujuan umum khatabah,
(2) membatasi subjek untuk mencocokkan waktu yang tersedia, menjaga kesatuan
dan kepaduan khatabah, (3) menyusun ide pokok menurut tahap-tahap urutan
alur dasar khatabah (perhatian, kebutuhan, penyajian) atau menurut salah satu
pola organisasi, (4) memasukkan dan menyusun submateri yang berhubungan dengan
topik, (5) mengisi materi pendukung yang dapat memperkuat atau membuktikan ide,
(6) memeriksa draft kasar untuk meyakinkan bahwa subjek telah cukup terekam dan
mencerminkan tujuan khusus khatabah.
Menyampaikan
Khatabah
Untuk
menyampaikan khatabah, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu
(1) metode hafalan/thariqatul khifthi, (2) metode naskah/thariqatun
nushush, dan (3) metode ekstemporan/thariqah irtijaliyyah.Metode hafalan/thariqatul
khifthidapat digunakan untuk khatabah pendek dalam situasi yang
resmi.Metode ini sedikit merepotkan karena pembicara harus menghafalkan teks khatabahkata
demi kata. Kelemahan dari metode ini adalah ketika pembicara lupa akankalimat
yang harus dikemukakan. Apalagi kalau kemudian pembicara lupa akanide pokok
yang harus disampaikan dengan kalimat tersebut. Lebih runyam lagi kalau
pembicara “terlalu percaya diri” sehingga tidak membawa catatan yang berisi
kerangka isi khatabah. Kalau hal itu terjadi, maka pembicara akan
mengalami kepanikan dan khatabah mencadi kacau.
Metode
naskah/thariqatun nushushdilakukan dengan pembacaan naskahkhatabah. Kelemahan metode ini akan tampak kalau pembicara
belum terbiasa membaca naskah khatabah. Khatabahakan berjalan
monoton dan dirasakan oleh audiens sebagai khatabah yang membosankan. Apalagi
jika pandangan mata pembicara terfokus hanya pada naskah, sedangkan pendengar
terabaikan, maka khatabah menjadi tidak menarik.
Metode
ekstemporan/thariqah irtijaliyyahdianggap metode yang ideal. Dalam
metode ini pembicara menyiapkan sebuah naskah yang lengkapuntuk disampaikan
dalam pidato, akan tetapi pada pelaksanaannya naskah tersebut tidak dibaca
seperti pada metode naskah/thariqatun nushush, akan tetapi pembicara
cukup membawa catatan berupa kerangka isi naskah khatabah dan catatan
penting lain yang diperlukan. Dalam konteks ini naskah pidato berfungsi sebagai
catatan materi yang disampaikan.
Penilaian
Untuk dapat memberikan apresiasi dan
penghargaan secara tepat kepada peserta
yang berkualitas, perlu ditetapkan juara dalam lomba khatabah. Untuk itu, perlu dilakukan penilaian yang
adil dan obyektif.Agar penilaian adil dan obyektif perluan disusun dan ditetapkan
aspek-aspek khatabahyang dinilai
dan kriteria penilaiannya.
Aspek-aspek khatabah yang
dinilai pada umumnya adalah al-madhmun/isi khatabah yang
meliputi kebaruan tema, relevansi ide
dengan tema atau topik khatabah; al-lughah/bahasa yang digunakan,
yang meliputi uslub/gaya bahasa, retorika, dan kesakhikan; al-hindam/gaya penyampaian, yang
meliputi suara, mimik, dan bahasa tubuh; danal-adab/adab.
Apabila aspek-aspek khatabah
yang dinilai telah ditetapkan, perlu ditetapkan pula bobot setiap aspek.Isi dan
bahasa biasanya diberi bobot tinggi.Berapapun bobot setiap aspek, jumlah skor
dari masing-masing aspek tersebut adalah 100 (seratus). Apabila
penilai/juri lebih dari 2 (dua) orang,
maka skor akhir dari masing-masing juri tersebut digabung dan dibagi dengan
jumlah juri. Apabila jumlah juri terbatas 2 (dua) orang, biasanya gabungan skor
dari mereka tidak perlu dibagi dua, cukup dijumlahkan.Contoh format penilaian
dapat dilihat pada lampiran 2.
IMATHAH
Pengertian
Imathah adalah jenis lomba yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama
Cerdas Cermat. Disebut imathah, yang berarti memungut, karena biasanya
dalam lomba itu peserta diminta untuk mengambil atau memungut amplop yang
berisi soal yang harus dijawab oleh peserta. Sebagaimana Cerdas Cermat, Imathah
juga berisi berbagai bentuk pertanyaan dan permintaan yang harus dijawab oleh
peserta.
Menyusun Soal
Imathah
Menyusun
naskah soal imathahdapat dilakukan melalui tiga kegiatan yaitu, (1)
mengumpulkan bahan, (2) membuat
kisi-kisi soal, dan (3) merumuskan soal.
Mengumpulkan bahan
Kegiatan mengumpulkan bahan imathahdimulai
dari studi literatur atau referensi berupa kurikulum dan bahan ajar dari satuan
pendidikan yang menjadi subyek lomba imathah.Dalam konteks ini adalah
kurikulum dan bahan ajar Madrasah Aliyah (MA). Dari kurikulum dan bahan ajar
tersebut dapat diidentifikasi bahan dasar yang akan diolah menjadi soal-soal imathah.
Identifikasi tersebut dilakukan dengan mengelompokkan bahan berdasarkan 4
(empat) keterampilan berbahasa, ilmu bahasa, serta kosa kata.Disamping itu,
bahan imathah juga dapat diambil dari suplemen materi yang tidak
tertuang dalam kurikulum maupun bahan ajar, tetapi merupakan bagian atau tema
penting bahasa Arab yang harus dikuasai siswa.Misalnya menyangkut tema ayyamul
usbu` dan syuhurussanah, a`dha-ul jism, attakhiyyat wal
mujamalat,allibas waz zinah.Pola kalimat/anmathul jumal dan
ungkapan khusus bahasa Arab juga dapat menjadi bahan imathah.
Membuat kisi-kisi
Kisi-kisi perlu dibuat untuk
mengetahui sebaran soal dari segi kompetensi, jenis materi, indikator soal,
jenis soal, jumlah soal, dan tingkat kesukaran soal.Dengan kisi-kisi ini dapat
dihindari penumpukan kesulitan atau jumlah soal pada suatu aspek bahasa
tertentu.Di samping itu, dengan kisi-kisi dapat dihindari bentuk atau jenis
soal yang monoton.Dengan kisi-kisi dapat dirancang berbagai bentuk variasi
soal.
Kisi-kisi imathah ini hampir
sama dengan kisi-kisi soal ujian sekolah yang sering dibuat oleh guru.
Kisi-kisi imathah bahasa Arab ini ditampilkan dalam bentuk tabel yang
berisi keterampilan berbahasa, materi pokok, indikator soal, jenis soal,
tingkat kesulitan, dan nomor soal.Kisi-kisi tersebut dapat disederhanakan untuk
memudahkan dan mempercepat penyelesaian penulisan soal.Contoh kisi-kisi imathah
dapat dilihat pada lampiran 3.
Menyusun Soal
Setelah
bahan imathah terkumpul dan kisi-kisi penyusunan soal siap, maka
kegiatan berikutnya adalah menyusun soal.Soal disusun berdasarkan kisi-kisi
tersebut.Dalam menyusun soal perlu diperhatikan kejelasan pertanyaan atau perintah
sehingga tidak menimbulkan multi tafsir pada para peserta lomba.Tingkat
kesulitan soal dan variasi jenis dan bentuk soal hendaknya selalu terjaga,
sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat.
Dalam menyusun soal, kesulitan
bahasa perlu dipertimbangkan sesuai dengan pengetahuan bahasa Arab
peserta.Digunakan bahasa Arab yang lugas sehingga soal mudah difahami oleh
peserta. Perlu dihindari pertanyaan yang terlalu panjang dan bercabang, karena
hal itu akan relatif sulit dicerna dalam waktu yang singkat.
Aturan
Pelaksanaan
Agar
lomba imathah dapat berjalan dengan tertib, perlu dibuat aturan pelaksanaan
lomba imathah.Aturan tersebut berisi tata tertib, ketentuan lomba, waktu
technical meeting, waktu pelaksanaan, ketentuan hadiah, dan waktu serta
tempat pendaftaran.Aturan pelaksanaan lomba ini disosialisasikan bersamaan
dengan pengumuman pendaftaran lomba.
MUNATHARAH
Pengertian
Munatharah, yang dalam bahasa Indonesia berarti debat, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2002:242) adalah pembahasan atau pertukaran pendapat mengenai
suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat
masing-masing. Dipodjojo (1982:59) mendefinisikan debat sebagai proses
komunikasi lisan yang dinyatakan dengan bahasa untuk mempertahankan pendapat.
Setiap pihak yang berdebat menyatakan argumen, memberikan alasan dengan cara
tertentu agar pihak lawan berdebat atau pihak lain yang mendengarkan perdebatan
itu menjadi yakin dan berpihak kepadanya.
Macam-macam
Debat
Dalam
dunia akademik dan parlemen dikenal bermacam-macam debat, misalnya Debat Perlementer
Amerika (American Parliamentary Debate/munatharah barlamaniyyah amrikiyyah),
Debat Parlementer Asia (Asian Parliamentary Debate/munatharah barlamaniyyah
asiawiyah), Debat Proposal (Policy Debate/munatharah siyasiyyah),Debat
Lincoln-Douglas, Debat Parlementer Inggris (British Parliamentary Debate/munatharah
barlamaniyyah barithaniyyah), danDebat Parlementer Australia (Australian
Parliamentary Debate/munatharah barlamaniyyah australiyyah). Dalam makalah
ini dipaparkan terbatas satu macam debat, yaitu Debat Australia, karena debat
ini relatif terkenal di Indonesia dan kawasan Asia.
Debat Australia
Gaya
debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke
kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut
sebagai format Australian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim
beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim
mewakili Pemerintah (Government/alkhukumah) dan satu tim mewakili
Oposisi (Opposition/almu`aridhah), dengan urutan sebagai berikut:(1) pembicara
pertama pihak pemerintah selama 7 menit,
(2) pembicara pertama pihak oposisi selama 7 menit, (3) pembicara kedua pihak
Pemerintah selama 7 menit, (4) pembicara kedua pihak oposisi selama 7 menit, (5)
pembicara ketiga pihak pemerintah selama 7 menit, (6) pembicara ketiga pihak oposisi
selama 7 menit, (7) pidato penutup pihak oposisi selama 5 menit, dan (8) pidato
penutup pihak pemerintah selama 5 menit.
Pidato
penutup (reply speech/kalimah khitamiyyah) menjadi ciri dari format ini.
Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing
tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh oposisi
terlebih dahulu, baru pemerintah.Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk
pernyataan yang harus didukung oleh pihak pemerintah dan ditentang oleh pihak oposisi.Mosi
tersebut dapat didefinisikan oleh pihak pemerintah dalam batasan-batasan
tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada
aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai
bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.Tidak ada interupsi
dalam format ini.Juri (adjudicator) dalam format Australia terdiri atas satu
orang atau satu panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan votingnya
tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat
unanimous ataupun split decision.Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama
kali dikenal sehingga cukup populer terutama di kalangan universitas.(Disarikan
dari /wikimedia.foundation.org/).
Menyelenggarakan
Lomba Debat
Untuk
menyelenggarakan debat, minimal ada 3 (tiga) kegiatan yang harus dilakukan,
yaitu (1) persiapan, (2) sosialisasi dan rekrutmen, dan (3) pelaksanaan.
Persiapan
Kegiatan persiapan yang perlu
dilakukan adalah mencari dan menetapkan tema debat dan jenis debat yang akan
digunakan. Untuk mencari dan menetapkan tema debat perlu dilakukan “study”
untuk mengetahui masalah-masalah aktual yang sedang menjadi trendatau
perhatian di masyarakat melalui media massa, baik cetak maupun elektronik,
termasuk jejaring sosial. Sedangkan penetapan jenis atau model debat
yang akan digunakan dapat dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan dari sisi
tujuan, efektivitas model debat, dan subyek debat. Perlu dikaji pula kelebihan
dan kelemahan setiap model tersebut.
Disamping itu, perlu ditetapkan juga
waktu dan tempat pelaksanaan debat. Dipilih waktu yang memungkinkan masyarakat
dapat mengikuti kegiatan tanpa terkendala kegiatan lain pada waktu yang
bersamaan. Tempat debat hendaknya representatif
dan memiliki kapasitas yang membuat hadirin merasa nyaman selama
mengikuti kegiatan.
Sosialisasi dan
rekrutmen
Setelah ditetapkan tema dan model
debat yang akan digunakan, perlu disusun aturan-aturan pelaksanan debat.Aturan
tersebut meliputi tata tertib, model debat, ketentuan debat, waktu technical
meeting, akomodasi peserta, waktu pelaksanaan, ketentuan hadiah, dan waktu
serta tempat pendaftaran. Aturan pelaksanaan lomba ini disosialisasikan
bersamaan dengan pengumuman pendaftaran lomba melalui media massa atau jejaring
sosial. Contoh peraturan debat dapat dilihat pada lampiran 4.
Pelaksanaan
Sebelum pelaksanan debat, perlu
dilakukan checking terakhir kesiapan penyelenggaraan debat. Checking
tersebut sebaiknya dilakukan satu hari menjelang kegiatan. Pelaksanaan debat
hendaknya selalu mengacu kepada aturan-aturan yang telah ditetapkan sebelumnya,
disamping harus berpedoman pada rancangan atau proposal yang sudah disepakati
bersama.
------------------------
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. KALIMAT IFTITAKH KHATABAH
1ـ الحمد لله الواحد
القهار، العزيز الغفار، مكور الليل على النهار، تذكرة لأولي القلوب والأبصار،
وتبشرة لذوي الألباب والاعتبار. أشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمدا عبده ورسولهالمختار،
صلوات الله وسلامه عليه، وعلى آله وأصحابه الأبرار. قال الله تعالى في كتابه الكريم .............
أما بعد.
2ـ بسم الله الرحمن الرحيم. اَلْحَمْدُ للهِ
الْوَاحِدِ اْلأحَدِ الْمَعْبوُد. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ
مَوْجُوْد. وَأَعْظَمِ مَوْلوُد. وَأَفْصَحِ مَنْ نَطَقَ بِلُغَةِ الضَّاد.
سَيَّدِناَ مُحَمَّدٍ صلى عليه وسلم. وَعَلىَ آلِهِ وأصْحَابِهِ إِلىَ اْليَوْمِ
الْمَوْعُوْد. قال تعالى في كتابه الكريم. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. إِناَّ
أَنْزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْن. أما بعدُ.
2. FORMAT
PENILAIAN KHATABAH
KEMENTERIAN AGAMA RI
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) _________________
PANITIA
____________________________
PENILAIAN LOMBA KHATABAH
No.
|
NAMA
PESERTA
|
ASAL
MADRASAH
|
NILAI
|
||||
ISI
|
BAHASA
|
GAYA
|
JUMLAH
|
RERATA
|
|||
1
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
6
|
|
|
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jombang ,20
Juri,
______________________
3.
KISI-KISI IMATHAH
KEMENTERIAN AGAMA RI
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) _________________
PANITIA ____________________________
KISI-KISI SOAL IMATHAH
KETERAMPILAN BERBAHASA: KALAM
No.
|
KOMPETENSI
|
MATERI
POKOK
|
INDIKATOR
SOAL
|
JENIS
SOAL
|
TINGKAT
KESULITAN
|
NOMOR
SOAL
|
1
|
Menerapkan
tahiyyat liqa’
|
Attakhiyyat
wal mujamalat
|
Dapat
merespon takhiyyat liqa’ dengan benar:
1ـ كيف حالك؟،
2ـ أنا في شوق إليك
|
Subyektif
|
Mudah
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
PERATURAN LOMBA MUNATHARAH
PERATURAN LOMBA DEBAT
Peraturan peserta:
- Jenis
debat merupakan Asian Parliamentary Debate
- Setiap sekolah diwakili maksimal 2 tim debat.
- Setiap tim terdiri dari 3 orang pembicara.
- Penentuan
motion diberikan beberapa saat sebelum lomba dimulai.
- Lama
waktu untuk mempersiapkan motion yang telah dipilih adalah 30 menit
setelah motion dibagikan. Untuk tim yang mencapai tahap Grand Final akan diberikan waktu 45
menit untuk persiapan motion.
- Tim
akan dianggap WO apabila tidak hadir 10 menit setelah waktu case building.
- Peserta
yang tidak mengikuti technical meeting harus mengikuti keputusan panitia.
- Peserta
yang terlambat saat lomba akan mendapat pengurangan nilai.
- Berhubungan dengan jadwal yang ketat, peserta
diharapkan datang tepat waktu
- Setiap
sekolah boleh membawa supporter.
Sistematika
perlombaan:
1.
Kompetisi
dibagi menjadi 2 tahap:
2.
5 pre-
eliminary round
4.
Debat
menggunakan bahasa Arab
5.
Arabic Debate
GSA menggunakan sistem Asian Parliamentary Style;
6.
Giliran
berbicara :
7.
Debat dimulai
dengan adanya pernyataan dari Affirmative Team terlebih dahulu yang mendukung
motion yang telah dipilih, baru Negative Team bisa memberikan argumen.
8. Masing-masing pembicara diharapkan bisa
memperdebatkan motion dengan artikulasi yang jelas agar tim lain bisa
menanggapi.
9. Pembicara boleh menginterupsi pembicara dari
tim lain yang sedang berbicara, selama sang pembicara memperbolehkan meminta
POI.
10. Tim yang memenangkan tahap grand final akan
menjadi pemenang juara pertama. Tim yang kalah pada tahap grand final akan
menjadi juara ke 2.
11. Juara ke 3 akan ditentukan menurut pertandingan
tim yang dianggap kalah ketika semi final.
Durasi untuk
masing-masing pembicara:
1.
First Speaker
Affirmative Team – 7 menit 20 detik
2.
First Speaker
Negative Team – 7 menit 20 detik
3.
Second Speaker
Affirmative Team – 7 menit 20 detik
4.
Second Speaker Negative
Team – 7 menit 20 detik
5.
Third Speaker
Affirmative Team – 7 menit 20 detik
6.
Third Speaker
Negative Team – 7 menit 20 detik
7.
Reply Speaker
Affirmative Team – 5 menit 20 detik
8.
Reply Speaker
Negative Team – 5 menit 20 detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar