Jumat, 29 Juli 2016

DEBAT

PENYIAPAN LOMBA
KHATABAH, IMATHAH, DAN MUNATHARAH








Makalah
Disajikan pada Training of Trainer
Lomba Khatabah, Imathah, dan Munatharah
yang Diselenggarakan oleh MGMP Bahasa Arab Jombang
pada Tanggal  22 Oktober 2013
di MAN Tambakberas Jombang










Oleh
MUHAIBAN











KEMENTERIAN AGAMA RI
MADRASAH ALIYAH  NEGERI KABUPATEN JOMBANG
MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) BAHASA ARAB
KABUPATEN JOMBANG
OKTOBER, 2013






PENYIAPAN LOMBA
KHATABAH, IMATHAH,DANMUNATHARAH


PENDAHULUAN
            Salah satu upaya yang banyak dilakukan oleh sekolah/madrasah atau lembaga pendidikan lain untuk memotivasi dan meningkatkan kemampuan bahasa Arab para siswa adalah dengan menyelenggarakan musabaqah atau lomba berbahasa Arab dengan berbagai nama dan bentuknya.Lomba tersebut umumnya menyangkut  4 (empat) keterampilan berbahasa Arab yaitu istima`, kalam, qiraah dan kitabah. Disamping itu, juga menyangkut ilmu bahasa Arab yaitu Nahwu dan Sharaf.Penguasaan mufradat juga menjadi bagian dari materi lomba tersebut.Maka muncullah berbagai cabang lomba bahasa Arab, mulai dari lomba kaligrafi Arab (al-khath al-`arabiy), cerdas cermat bahasa Arab (imathah), pidatoberbahasa Arab (khatabah), debat berbahasa Arab (munatharah/jidal), bercerita dalam bahasa Arab (taqdimul qishshah), menulis cerpen berbahasa Arab (kitabatu qishshah qashirah), membaca berita berbahasa Arab (qiraatul akhbar), sampai pada drama berbahasa Arab (tamtsiliyyah/mashrakhiyyah).
            Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa menjadi juara dalam lomba berbahasa Arab tersebut tidaklah mudah. Meskipun “menjadi juara” bukanlah tujuan utama, karena tujuan utamanya adalah memotivasi, menyalurkan bakat, minat, dan mengembangkan kemampuan siswa dalam berbahasa Arab, raihan kejuaraan tersebut  tetap saja diburu para peserta lomba maupun lembaga yang mengirimkan peserta.Hal itu bisa dimaklumi karena raihan kejuaraan merupakan bagian dari motivasi siswa dan lembaga. Disamping itu, raihan kejuaraan dapat dijadikan  barometer prestasi dan kompetensi, sekaligus prestise.
            Kesulitan meraih kejuaraan dalam berbagai lomba berbahasa Arab tersebut bisa jadi karena peserta kurang mempersiapkan diri dengan baik karena tidak tahu bagaimana cara mempersiapkannya, atau karena panitia lomba terlalu tinggi mematok kriteria kejuaraan, atau soal yang disusun relatif sulit dan tidak sesuai dengan latar belakang kemampuan berbahasa Arab peserta. Yang terakhir ini bisa terjadi mungkin karena kriteria kejuaraan ditetatapkan dengan sembarangan, atau soal-soal dalam lomba disusun tanpa kisi-kisi yang jelas.
            Makalah ringkas ini berupaya menyajikan hal-hal yang terkait dengan penyiapan 3 (tiga) jenis lomba berbahasa Arab yaitu khatabaah, imathah, dan munatharah, baik dari sisi calon panitia penyelenggara lomba, maupun dari sisi calon peserta lomba. Diharapkan makalah ringkas ini dapat memberikan pemahaman yang bermakna bagi peserta workshop mengenai pengembangan kemampuan berbahasa Arab siswa secara umum, maupun mengenai penyiapan 3 (tiga) jenis lomba tersebut.Semoga.

PENYIAPAN LOMBA  KHATABAH, IMATHAH,DAN MUNATHARAH

KHATABAH
Pengertian Khatabah
Khatabahatau pidato adalah penyampaian dan penanaman pikiran, informasi, atau gagasan dari pembicara kepada pendengar dengan tujuan mempengaruhi  mereka  agar dengan suka rela mau mengikuti atau memahami  pikiran yang disampaikan.

Menulis Naskah Khatabah
Menulis naskah khatabah dapat dilakukan melalui tiga kegiatan yaitu, (1) mengumpulkan bahan,  (2) membuat kerangka, dan  (3) menguraikan isi naskah khatabah secara rinci.

Mengumpulkan bahan
Sebelum bahan dikumpulkan,  perlu  diketahui terlebih dahulu persoalan/masalah yang terkait dengan topikkhatabah. Kemudian,dirurumuskan tujuan khatabah serta dilakukan analisis pendengar/audien. Setelah itu, penulisan naskah khatabahsiap dilakukan. Penulisan naskah dapat dilakukaan  denganmemanfaatkan hal-hal  yang telah  diketahui mengenai persoalan yang akan  dibicarakan/disampaikan. Jika hal ini dianggap belum  cukup,  perlu dicari bahan-bahan tambahan yang berupa fakta, ilustrasi, cerita, atau hal-hal penting  yang konkret untuk mengembangkan khatabah. Tidak ada salahnya ditanyakan  kepada orang/pihak yang mengetahui persoalan yang akan  dibicarakan. Buku-buku, perturan-peraturan, majalah-majalah, dan surat kabar, serta laman internet  merupakan sumber informasi yang kaya yang dapat digunakan sebagai bahan dalam rangka menguraikan isi khatabah.


Membuat kerangka  khatabah
Kerangka dasar dapat  dibuat sebelum bahan-bahan dikumpulkan, yaitu dengan menentukan pokok-pokok yang akan dibicarakan. Sedangkan kerangka yang  lebih rinci baru dapat  disusun setelah bahan-bahan selesai  dikumpulkan. Dengan bahan-bahan itu dapatdisusun pokok-pokok yang paling penting dalam tata urut yang baik, di bawah pokok-pokok utama. Kerangka ini hendaknya dapat menggambarkan adanya kesatuan dan koherensi antarbagian.Kerangka khatabah secara umum terdiri atas tiga hal, yaitu (1) pendahuluan, (2) isi, dan (3) penutup. Bagian pendahuluan memuat salam pembuka, iftitakh, ucapan terima kasih (bila perlu), dan kata pengantar untuk menuju kepada isi khatabah. Bagian isi memuat uraian pokok yang terdiri atas topik utama dan sub-subtopik yang memperjelas atau menghubungkan dengan topik utama.Sedangkan  bagian penutup memuat kesimpulan, harapan/doa, dan salam penutup.

Menguraikan isi khatabah
Dengan kerangka yang telah  dibuat, ada dua hal yangdapat  dilakukan, yaitu (1) menggunakan  kerangka tersebut untuk  menyampaikan khatabah, yaitu berkhatabah dengan menggunakan metode ekstemporan atau irtijaliyyan, dan (2) menulis atau meyusun naskah khatabah secara lengkap yang akan dibacakan atau dihafalkan.Bagian-bagian yang terdapat dalam kerangka khatabah di atas dijelaskan lebih lanjut pada uraian berikut ini.

Pendahuluan
Bagian pendahuluan, seperti dikemukakan di atas, memuat salam pembuka, iftitakh yang berisi basmalah, khamdalah dan  shalawat; ucapan terima kasih (bila perlu), dan kata pengantar untuk menuju kepada isi khatabah.Dalam pendahuluan ini, setelah shalawat, dapat dimuat ayat Al-Qur`an, atau Hadits, atau kata-kata hikmah yang sesuai dengan topik khatabah.Contoh iftitakh dapat dilihat pada lampiran 1.

Isi khatabah
Khatabah memiliki struktur isi, yaitu rangkaian isi khatabah dari awal hingga akhir. Rangkaian ini disusun agar khatabahdapat disampaikan  denganmenarik dan tujuan khatabahdapat tercapai. Ada 2 (dua)  cara merangkai isi khatabah, yaitu (1) mengikuti alur dasar khatabah, dan (2) mengikuti pola organisasi khatabah.
Alur dasar khatabah, yaitu rangkaian isi khatabah yang mengikuti alur yang bergerak melalui 3 (tiga) tahap, yaitu (a) tahap perhatian  yang merupakan  tahap pertama yang dilakukan pembicara untuk menarik perhatian audien; (b) tahap kebutuhan, yaitu tahap yang dilakukan pembicara untuk menjelaskan pentingnya masalah yang dibicarakan sehingga pendengar akan berusaha memahami masalah atau hal-hal penting yang disampaikan pembicara;dan (c) tahap penyajian, yaitu merupakan tahap pembicara menyajikan materi khatabah yang telah dipersiapkan melalui naskah kerangka khatabah.
Pola organisasi khatabahdapat digolongkan kedalam 3 (tiga) tipe besar, yaitu (a) pola uraian; (b) pola sebab, dan (c) pola topik.
Pola uraianmemilikidua macam urutan yang digunakan   untuk menyusun/menulis isi khatabah, yaitu: urutan kronologis dan urutan ruang. Urutan kronologisadalah susunan isi yang dimulai dari periode atau data tertentu, bergerak maju atau mundur secara sistematis dan kronologis. Sementara itu, urutan ruang adalah susunan isi yang berurutan berdasarkan kedekatan fisik sesuatu dengan yang lainnya.
Pola sebab,  sebagaimana terlihat dari namanya adalah khatabah yang menggunakan pola sebab yang bergerak dari satu analisis sebab di saat ini  dan bergerak ke arah analisis akibat di masa yang akan datang, atau dari deskripsi kondisi di saat ini yang bergerak ke arah analisis sebab-sebab yang memunculkannya.
Pola topik adalahkhatabah yang materinya lebih dari satu periode atau kelompok. Oleh Karena itu, di dalam isi khatabahakan terdapat beberapa subtopik  atau sub-sub topik.

Teknik Menulis Naskah Khatabah
Ada beberapa tahap yang bisa  dilakukan dalam menulis naskah khatabah yaitu  (1) memilih subjek dan membatasi  tujuan umum khatabah, (2) membatasi subjek untuk mencocokkan waktu yang tersedia, menjaga kesatuan dan kepaduan khatabah, (3) menyusun ide pokok menurut tahap-tahap urutan alur dasar khatabah (perhatian, kebutuhan, penyajian) atau menurut salah satu pola organisasi, (4) memasukkan dan menyusun submateri yang berhubungan dengan topik, (5) mengisi materi pendukung yang dapat memperkuat atau membuktikan ide, (6) memeriksa draft kasar untuk meyakinkan bahwa subjek telah cukup terekam dan mencerminkan tujuan khusus khatabah.

Menyampaikan Khatabah
Untuk menyampaikan khatabah, ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu (1) metode hafalan/thariqatul khifthi, (2) metode naskah/thariqatun nushush, dan (3) metode ekstemporan/thariqah irtijaliyyah.Metode hafalan/thariqatul khifthidapat digunakan untuk khatabah pendek dalam situasi yang resmi.Metode ini sedikit merepotkan karena pembicara  harus menghafalkan teks khatabahkata demi kata. Kelemahan dari metode ini adalah ketika pembicara lupa akankalimat yang harus dikemukakan. Apalagi kalau kemudian pembicara lupa akanide pokok yang harus disampaikan dengan kalimat tersebut. Lebih runyam lagi kalau pembicara “terlalu percaya diri” sehingga tidak membawa catatan yang berisi kerangka isi khatabah. Kalau hal itu terjadi, maka pembicara akan mengalami kepanikan dan khatabah mencadi kacau.
Metode naskah/thariqatun nushushdilakukan dengan pembacaan  naskahkhatabah.  Kelemahan metode ini akan tampak kalau pembicara belum terbiasa membaca naskah khatabah. Khatabahakan berjalan monoton dan dirasakan oleh audiens sebagai khatabah yang membosankan. Apalagi jika pandangan mata pembicara terfokus hanya pada naskah, sedangkan pendengar terabaikan, maka khatabah menjadi tidak menarik.
Metode ekstemporan/thariqah irtijaliyyahdianggap metode yang ideal. Dalam metode ini pembicara menyiapkan sebuah naskah yang lengkapuntuk disampaikan dalam pidato, akan tetapi pada pelaksanaannya naskah tersebut tidak dibaca seperti pada metode naskah/thariqatun nushush, akan tetapi pembicara cukup membawa catatan berupa kerangka isi naskah khatabah dan catatan penting lain yang diperlukan. Dalam konteks ini naskah pidato berfungsi sebagai catatan materi yang disampaikan.

Penilaian
            Untuk dapat memberikan apresiasi dan penghargaan secara tepat kepada  peserta yang  berkualitas, perlu ditetapkan  juara dalam lomba khatabah.  Untuk itu, perlu dilakukan penilaian yang adil dan obyektif.Agar penilaian adil dan obyektif  perluan disusun dan ditetapkan aspek-aspek  khatabahyang dinilai dan kriteria penilaiannya.   
            Aspek-aspek khatabah yang dinilai pada umumnya adalah al-madhmun/isi khatabah yang meliputi  kebaruan tema, relevansi ide dengan tema atau topik khatabah; al-lughah/bahasa yang digunakan, yang meliputi uslub/gaya bahasa, retorika, dan kesakhikan;  al-hindam/gaya penyampaian, yang meliputi suara, mimik, dan bahasa tubuh; danal-adab/adab.
            Apabila aspek-aspek khatabah yang dinilai telah ditetapkan, perlu ditetapkan pula bobot setiap aspek.Isi dan bahasa biasanya diberi bobot tinggi.Berapapun bobot setiap aspek, jumlah skor dari masing-masing aspek tersebut adalah 100 (seratus). Apabila penilai/juri  lebih dari 2 (dua) orang, maka skor akhir dari masing-masing juri tersebut digabung dan dibagi dengan jumlah juri. Apabila jumlah juri terbatas 2 (dua) orang, biasanya gabungan skor dari mereka tidak perlu dibagi dua, cukup dijumlahkan.Contoh format penilaian dapat dilihat pada lampiran 2.

IMATHAH
Pengertian
Imathah adalah jenis lomba yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama Cerdas Cermat. Disebut imathah, yang berarti memungut, karena biasanya dalam lomba itu peserta diminta untuk mengambil atau memungut amplop yang berisi soal yang harus dijawab oleh peserta. Sebagaimana Cerdas Cermat, Imathah juga berisi berbagai bentuk pertanyaan dan permintaan yang harus dijawab oleh peserta.

Menyusun Soal Imathah
Menyusun naskah soal imathahdapat dilakukan melalui tiga kegiatan yaitu, (1) mengumpulkan bahan,  (2) membuat kisi-kisi soal, dan  (3) merumuskan soal.

Mengumpulkan bahan
            Kegiatan mengumpulkan bahan imathahdimulai dari studi literatur atau referensi berupa kurikulum dan bahan ajar dari satuan pendidikan yang menjadi subyek lomba imathah.Dalam konteks ini adalah kurikulum dan bahan ajar Madrasah Aliyah (MA). Dari kurikulum dan bahan ajar tersebut dapat diidentifikasi bahan dasar yang akan diolah menjadi soal-soal imathah. Identifikasi tersebut dilakukan dengan mengelompokkan bahan berdasarkan 4 (empat) keterampilan berbahasa, ilmu bahasa, serta kosa kata.Disamping itu, bahan imathah juga dapat diambil dari suplemen materi yang tidak tertuang dalam kurikulum maupun bahan ajar, tetapi merupakan bagian atau tema penting bahasa Arab yang harus dikuasai siswa.Misalnya menyangkut tema ayyamul usbu` dan syuhurussanah, a`dha-ul jism, attakhiyyat wal mujamalat,allibas waz zinah.Pola kalimat/anmathul jumal dan ungkapan khusus bahasa Arab juga dapat menjadi bahan imathah.

Membuat kisi-kisi
            Kisi-kisi perlu dibuat untuk mengetahui sebaran soal dari segi kompetensi, jenis materi, indikator soal, jenis soal, jumlah soal, dan tingkat kesukaran soal.Dengan kisi-kisi ini dapat dihindari penumpukan kesulitan atau jumlah soal pada suatu aspek bahasa tertentu.Di samping itu, dengan kisi-kisi dapat dihindari bentuk atau jenis soal yang monoton.Dengan kisi-kisi dapat dirancang berbagai bentuk variasi soal.
            Kisi-kisi imathah ini hampir sama dengan kisi-kisi soal ujian sekolah yang sering dibuat oleh guru. Kisi-kisi imathah bahasa Arab ini ditampilkan dalam bentuk tabel yang berisi keterampilan berbahasa, materi pokok, indikator soal, jenis soal, tingkat kesulitan, dan nomor soal.Kisi-kisi tersebut dapat disederhanakan untuk memudahkan dan mempercepat penyelesaian penulisan soal.Contoh kisi-kisi imathah dapat dilihat pada lampiran 3.

Menyusun Soal
            Setelah bahan imathah terkumpul dan kisi-kisi penyusunan soal siap, maka kegiatan berikutnya adalah menyusun soal.Soal disusun berdasarkan kisi-kisi tersebut.Dalam menyusun soal perlu diperhatikan kejelasan pertanyaan atau perintah sehingga tidak menimbulkan multi tafsir pada para peserta lomba.Tingkat kesulitan soal dan variasi jenis dan bentuk soal hendaknya selalu terjaga, sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat.
            Dalam menyusun soal, kesulitan bahasa perlu dipertimbangkan sesuai dengan pengetahuan bahasa Arab peserta.Digunakan bahasa Arab yang lugas sehingga soal mudah difahami oleh peserta. Perlu dihindari pertanyaan yang terlalu panjang dan bercabang, karena hal itu akan relatif sulit dicerna dalam waktu yang singkat.


Aturan Pelaksanaan
            Agar lomba imathah dapat berjalan dengan tertib, perlu dibuat aturan pelaksanaan lomba imathah.Aturan tersebut berisi tata tertib, ketentuan lomba, waktu technical meeting, waktu pelaksanaan, ketentuan hadiah, dan waktu serta tempat pendaftaran.Aturan pelaksanaan lomba ini disosialisasikan bersamaan dengan pengumuman pendaftaran lomba.

MUNATHARAH
Pengertian
Munatharah, yang dalam bahasa Indonesia berarti debat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:242) adalah pembahasan atau pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Dipodjojo (1982:59) mendefinisikan debat sebagai proses komunikasi lisan yang dinyatakan dengan bahasa untuk mempertahankan pendapat. Setiap pihak yang berdebat menyatakan argumen, memberikan alasan dengan cara tertentu agar pihak lawan berdebat atau pihak lain yang mendengarkan perdebatan itu menjadi yakin dan berpihak kepadanya.

Macam-macam Debat
            Dalam dunia akademik dan parlemen dikenal bermacam-macam debat, misalnya Debat Perlementer Amerika (American Parliamentary Debate/munatharah barlamaniyyah amrikiyyah), Debat Parlementer Asia (Asian Parliamentary Debate/munatharah barlamaniyyah asiawiyah), Debat Proposal (Policy Debate/munatharah siyasiyyah),Debat Lincoln-Douglas, Debat Parlementer Inggris (British Parliamentary Debate/munatharah barlamaniyyah barithaniyyah), danDebat Parlementer Australia (Australian Parliamentary Debate/munatharah barlamaniyyah australiyyah). Dalam makalah ini dipaparkan terbatas satu macam debat, yaitu Debat Australia, karena debat ini relatif terkenal di Indonesia dan kawasan Asia.

Debat Australia
Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government/alkhukumah) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition/almu`aridhah), dengan urutan sebagai berikut:(1) pembicara pertama pihak pemerintah  selama 7 menit, (2) pembicara pertama pihak oposisi selama 7 menit, (3) pembicara kedua pihak Pemerintah selama 7 menit, (4) pembicara kedua pihak oposisi selama 7 menit, (5) pembicara ketiga pihak pemerintah selama 7 menit, (6) pembicara ketiga pihak oposisi selama 7 menit, (7) pidato penutup pihak oposisi selama 5 menit, dan (8) pidato penutup pihak pemerintah selama 5 menit.
Pidato penutup (reply speech/kalimah khitamiyyah) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh oposisi terlebih dahulu, baru pemerintah.Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak pemerintah dan ditentang oleh pihak oposisi.Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.Tidak ada interupsi dalam format ini.Juri (adjudicator) dalam format Australia terdiri atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan votingnya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat unanimous ataupun split decision.Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer terutama di kalangan universitas.(Disarikan dari /wikimedia.foundation.org/).

Menyelenggarakan Lomba Debat
Untuk menyelenggarakan debat, minimal ada 3 (tiga) kegiatan yang harus dilakukan, yaitu (1) persiapan, (2) sosialisasi dan rekrutmen, dan (3) pelaksanaan.

Persiapan
            Kegiatan persiapan yang perlu dilakukan adalah mencari dan menetapkan tema debat dan jenis debat yang akan digunakan. Untuk mencari dan menetapkan tema debat perlu dilakukan “study” untuk mengetahui masalah-masalah aktual yang sedang menjadi trendatau perhatian di masyarakat melalui media massa, baik cetak maupun elektronik, termasuk jejaring sosial. Sedangkan penetapan jenis atau model debat yang akan digunakan dapat dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan dari sisi tujuan, efektivitas model debat, dan subyek debat. Perlu dikaji pula kelebihan dan kelemahan setiap model tersebut.
            Disamping itu, perlu ditetapkan juga waktu dan tempat pelaksanaan debat. Dipilih waktu yang memungkinkan masyarakat dapat mengikuti kegiatan tanpa terkendala kegiatan lain pada waktu yang bersamaan. Tempat debat hendaknya representatif  dan memiliki kapasitas yang membuat hadirin merasa nyaman selama mengikuti kegiatan.

Sosialisasi dan rekrutmen
            Setelah ditetapkan tema dan model debat yang akan digunakan, perlu disusun aturan-aturan pelaksanan debat.Aturan tersebut meliputi tata tertib, model debat, ketentuan debat, waktu technical meeting, akomodasi peserta, waktu pelaksanaan, ketentuan hadiah, dan waktu serta tempat pendaftaran. Aturan pelaksanaan lomba ini disosialisasikan bersamaan dengan pengumuman pendaftaran lomba melalui media massa atau jejaring sosial. Contoh peraturan debat dapat dilihat pada lampiran 4.

Pelaksanaan
            Sebelum pelaksanan debat, perlu dilakukan checking terakhir kesiapan penyelenggaraan debat. Checking tersebut sebaiknya dilakukan satu hari menjelang kegiatan. Pelaksanaan debat hendaknya selalu mengacu kepada aturan-aturan yang telah ditetapkan sebelumnya, disamping harus berpedoman pada rancangan atau proposal yang sudah disepakati bersama.     


------------------------

           













LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.    KALIMAT IFTITAKH KHATABAH
1ـ  الحمد لله الواحد القهار، العزيز الغفار، مكور الليل على النهار، تذكرة لأولي القلوب والأبصار، وتبشرة لذوي الألباب والاعتبار. أشهد أن لا إله إلا الله، وأشهد أن محمدا عبده ورسولهالمختار، صلوات الله وسلامه عليه، وعلى آله وأصحابه الأبرار.  قال الله تعالى في كتابه الكريم .............
أما بعد.

2ـ  بسم الله الرحمن الرحيم. اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ اْلأحَدِ الْمَعْبوُد. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ مَوْجُوْد. وَأَعْظَمِ مَوْلوُد. وَأَفْصَحِ مَنْ نَطَقَ بِلُغَةِ الضَّاد. سَيَّدِناَ مُحَمَّدٍ صلى عليه وسلم. وَعَلىَ آلِهِ وأصْحَابِهِ إِلىَ اْليَوْمِ الْمَوْعُوْد. قال تعالى في كتابه الكريم. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. إِناَّ أَنْزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْن. أما بعدُ.

























2. FORMAT PENILAIAN KHATABAH

KEMENTERIAN AGAMA RI
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) _________________
PANITIA ____________________________


PENILAIAN LOMBA KHATABAH

No.
NAMA PESERTA
ASAL MADRASAH
NILAI
ISI
BAHASA
GAYA
JUMLAH
RERATA
1







2







3







4







5







6







7
















Jombang ,20
Juri,
           
                                                                                                                                                                                                                                                                                ______________________







3.        KISI-KISI IMATHAH
KEMENTERIAN AGAMA RI
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) _________________
PANITIA ____________________________

KISI-KISI SOAL IMATHAH

KETERAMPILAN BERBAHASA:  KALAM
No.
KOMPETENSI
MATERI POKOK
INDIKATOR SOAL
JENIS SOAL
TINGKAT KESULITAN
NOMOR SOAL
1
Menerapkan tahiyyat liqa’
Attakhiyyat wal mujamalat
Dapat merespon takhiyyat liqa’ dengan benar:
1ـ كيف حالك؟،
2ـ أنا في شوق إليك
Subyektif
Mudah
5
















  
4.        PERATURAN LOMBA MUNATHARAH

PERATURAN LOMBA DEBAT
Peraturan peserta:
  1. Jenis debat merupakan Asian Parliamentary Debate
  2. Setiap sekolah diwakili maksimal 2 tim debat.
  3. Setiap tim terdiri dari 3 orang pembicara.
  4. Penentuan motion diberikan beberapa saat sebelum lomba dimulai.
  5. Lama waktu untuk mempersiapkan motion yang telah dipilih adalah 30 menit setelah motion dibagikan. Untuk tim yang mencapai tahap Grand Final akan diberikan waktu 45 menit untuk persiapan motion.
  6. Tim akan dianggap WO apabila tidak hadir 10 menit setelah waktu case building.
  7. Peserta yang tidak mengikuti technical meeting harus mengikuti keputusan panitia.
  8. Peserta yang terlambat saat lomba akan mendapat pengurangan nilai.
  9. Berhubungan dengan jadwal yang ketat, peserta diharapkan datang tepat waktu
  10. Setiap sekolah boleh membawa supporter.

Sistematika perlombaan:
1.      Kompetisi dibagi menjadi 2 tahap:
2.      5 pre- eliminary round
3.      Eliminary Round ( Quarterfinals, Semi Finals, Grand finals)
4.      Debat menggunakan bahasa Arab
5.      Arabic Debate GSA menggunakan sistem Asian Parliamentary Style;
6.      Giliran berbicara :
7.      Debat dimulai dengan adanya pernyataan dari Affirmative Team terlebih dahulu yang mendukung motion yang telah dipilih, baru Negative Team bisa memberikan argumen.
8.      Masing-masing pembicara diharapkan bisa memperdebatkan motion dengan artikulasi yang jelas agar tim lain bisa menanggapi.
9.      Pembicara boleh menginterupsi pembicara dari tim lain yang sedang berbicara, selama sang pembicara memperbolehkan meminta POI.
10.  Tim yang memenangkan tahap grand final akan menjadi pemenang juara pertama. Tim yang kalah pada tahap grand final akan menjadi juara ke 2.
11.  Juara ke 3 akan ditentukan menurut pertandingan tim yang dianggap kalah ketika semi final.

Durasi untuk masing-masing pembicara:
1.      First Speaker Affirmative Team – 7 menit 20 detik
2.      First Speaker Negative Team – 7 menit 20 detik
3.      Second Speaker Affirmative Team – 7 menit 20 detik
4.      Second Speaker Negative Team – 7 menit 20 detik
5.      Third Speaker Affirmative Team – 7 menit 20 detik
6.      Third Speaker Negative Team – 7 menit 20 detik
7.      Reply Speaker Affirmative Team – 5 menit 20 detik
8.      Reply Speaker Negative Team – 5 menit 20 detik





Tidak ada komentar:

Posting Komentar