PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAHASA ARAB
DI SEKOLAH MENENGAH UMUM (SMU) DAN MADRASAH ALIYAH (MA)
Muhaiban
Abstrak: Pembelajaran kontekstual
sebagai suatu konsep pembelajaran yang mengkaitkan isi mata pelajaran dengan
situasi dunia nyata bertujuan membekali siswa dengan pengatahuan yang secara
fleksibel dapat ditransfer dari satu permasalahan ke permasalahan yang lain.
Hal itu dapat dicapai dengan strategi: relating, experiencing, applying, cooperating, dan transfering. Strategi
itu akan efektif apabila didukung oleh: pembelajaran bermakna, penerapan
pengetahuan, berfikir tingkat lebih tinggi, kurikulum yang dikembangkan
berdasarkan standar, responsifitas terhadap budaya, dan penialaian autentik.
Kata-kata kunci: Bahasa Arab SMU, Bahasa
Arab MA,
Pembelajaran Kontekstual.
Pendekatan pengajaran dan pembelajaran bahasa asing di Indonesia
dari waktu ke waktu mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan pemikiran
para ahli pengajaran bahasa. Pada tahun tujuhpulahan para pengajar bahasa asing
di SMU dan MA banyak menerapkan
pendekatan audiolingual. Hal itu sesuai dengan amanat kurikulum yang berlaku
saat itu. Keadaan tersebut berlangsung sampai tahun sembilanpuluhan. Dengan
ditetapkannya kurikulum SMU/MA tahun 1994, yang mengamanatkan penggunaan
pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa asing, maka berkembanglah
sejak saat itu pendekatan komunikatif di sekolah dan madrasah. Penggunaan
pendekatan komunikatif dalam pembelajaran bahasa asing tersebut masih
berlangsung sampai sekarang.
Di Indonesia saat ini tengah
dikenalkan dan dikembangkan sebuah pendekatan pengajaran dan pembelajaran yang
dikenal dengan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pengembangan tersebut dilakukan oleh
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional.
Pendekatan pembelajaran ini
diupayakan untuk dikembangkan dalam rangka menjawab berbagai persoalan
pembelajaran. Misalnya, bagaimana cara terbaik untuk menyampaikan berbagai
konsep yang diajarkan dalam mata pelajaran tertentu sehingga siswa dapat
menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana seorang
Muhaiban adalah dosen
pada Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (FS-UM).
guru dapat
berkomunikasi secara efektif dengan siswanya yang selalu bertanya tentang
alasan dari sesuatu, arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang mereka
pelajari. Bagaimana cara membuka wawasan berpikir yang beragam dari para siswa,
sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan mengaitkannya dengan
kehidupan nyata (Depdiknas (2002). Itu semua adalah persoalan dan sekaligus
tantangan pembelajaran yang menuntut para guru untuk melakukan inovasi-inovasi
baru dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran kontekstual dicoba untuk
diperkenalkan sebagai salah satu jawaban dari persoalan-persoalan tersebut.
Pendekatan
pembelajaran kontekstual ini sebenarnya bukanlah hal baru. John Dewey telah
memperkenalkan pendekatan ini untuk pertama kali pada awal abad ke 20 di
Amerika Serikat (Depdiknas, 2002:7). Pendekatan ini telah berkembang di
berbagai negara maju dengan nama yang
berbeda. Di Amerika Serikat pendekatan ini berkembang dengan nama Contextual
Teaching and Learning (CTL). Di
negeri Belanda berkembang apa yang disebut dengan Realistik
Mathematics Education (RME) dalam pembelajaran matematika (Depdiknas,
2002:3).
Sebagai sebuah pendekatan pengajaran dan
pembelajaran, CTL dapat diterapkan dalam pengajaran dan pembelajaran berbagai
mata pelajaran, termasuk bahasa Arab.
Artikel ini berupaya memaparkan
hal-hal yang terkait dengan CTL dan penerapannya dalam pengajaran dan
pembelajaran BA di SMU dan MA.
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Pengajaran dan pembelajaran
kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu
konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengkaitkan isi mata pelajaran
dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara
pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga,
warga negara, dan tenaga kerja (Nur, 2001).
Blanchard (dalam Nur, 2001)
menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi
dalam hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual
menekankan adanya proses berpikir tingkat lebih tinggi, alih pengetahuan lintas
disiplin, pengumpulan, analisis dan sintesa informasi dan data dari berbagai
sumber dan pandangan.
Pembelajaran kontekstual bertujuan
membekali siswa dengan pengatahuan yang secara fleksibel dapat diterapkan atau
ditransfer dari satu permasalahan ke permasalahan yang lain dan dari satu
konteks ke konteks lainnya (Depdiknas, 2002:4).
Pembelajaran kontekstual mrupakan
konsep yang didukung oleh berbagai penelitian aktual dalam ilmu kognitif dan
teori-teori tentang tingkah laku yang secara bersaaama-sama mendasari konsepsi
dan proses pembelajaran kontekstual (Depdiknas, 2002:5).
Untuk dapat
menerapkan pendekatan pengajaran dan pembelajaran kontekstual ini dengan baik,
perlu diperhatikan 6 (enam) unsur kunci dalam pendekatan tersebut (Depdiknas,
2002:11—12). Enam kunci itu adalah sebagai berikut.
Pertama, pembelajaran bermakna. Siswa dilibatkan secara aktif dalam
pengalama dunia nyata yang dapat memotivasi mereka untuk menghubungkan
persepsi, nilai, dan makna pribadi dengan materi yang dipelajari.
Kedua, penerapan pengetahuan.
Diupayakan agar siswa dapat menerapkan materi yang dipelajarinya dalam tatanan
dan fungsi lain pada masa sekarang dan mendatang.
Ketiga, berfikir tingkat
lebih tinggi. Siswa dilatih untuk berfikir secara kritis dan kreatif dalam
mengumpulkan data, memahami suatu issu, atau memecahkan suatu masalah.
Keempat, kurikulum yang
dikembangkan berdasarkan standar. Materi pengajaran berhubungan dengan beragam
standar lokal, regional, nasional, industri, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dunia kerja.
Kelima, responsif terhadap
budaya. Pengajar hendaknya memahami dan menghormati nilai, keyakinan, dan
kebiasaan siswa, sesama pengajar, dan masyarakat tempat mereka mengajar.
Keenam, penialaian autentik.
Perlu diupayakan penggunaan berbagai macam strategi penilaian yang secara valid
mencerminkan hasil belajar yang diharapkan dari siswa (misalnya penialaian
proyek/tugas terstruktur, kegiatan siswa, rubrik, daftar cek, atau pedoman observasi).
Dengan uraian tersebut dapat
diketahui bahwa pola pembelajaran kontekstual
berbeda dengan pola pembelajaran konvensional. Perbedaan tersebut secara
umum dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1 Perbedaan antara pola pembelajaran kontekstual dan konvensional
Kontekstual |
Konvensional |
· Menyandarkan
pada memory
Spasial
|
· Menyandarkan
kepada hapalan
|
· Pemilihan
informasi berdasarkan
Kebutuhan individu individu siswa
|
· Pemilihan
informasi dilakukan oleh
Guru
|
· Cenderung
mengintegrasikan
Beberapa bidang (disiplin)
|
· Cenderung
terfokus pada satu
bidang (disiplin) tertentua
|
· Selalub
mengkaitkan informasi
Dengan dengan pengetahuan awal
yang telah dimiliki siswa
|
· Memberikan
tumpukan informasi
kepada siswa sampai pada saatnya
diperlukan
|
· Menerapkan
penilaian autentik
melalui penerapan praktis dalam
pemecahan masalah
|
· Penilaian
hasil belajar hanya
melalui kegiatan akademik berupa
ujian/ulangan
|
(Depdiknas, 2002)
STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Untuk menerapkan pengajaran dan
pembelajaran kontekstual, telah diperkenalkan beberapa strategi oleh
Universitas Washington (dalam Nur, 2001). Berikut ini diuraikan secara singkat
strategi tersebut.
Pengajaran Autentik
Pengajaran autentik adalah
pengajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam konteks bermakna. Strategi ini
mengutamakan keterampilan berfikir dan pemecahan masalah yang merupakan
keterampilan penting dalam tatanan kehidupan nyata.
Pembelajaran Berbasis Inquiri
Pembelajaran berbasis inquiri ini
merupakan strategi pembelajaran yang berpola metode sains. Strategi ini
memberikan kesempatan siswa untuk belajar dalam suasana penuh kebermaknaan.
Suatu masalah diajukan dan metode ilmiah digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah adalah
suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar berfikir kritis dan terampil memecahkan
masalah, dan untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial.
Pembelajaran Berbasis Kerja
Pembelajaran berbasis kerja adalah
suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat
kerja untuk mempelajari isi mata pelajaran
berbasis sekolah dan bagaimana isi pelajaran tersebut digunakan dalam
tempat kerja.
Sementara itu, Blanchard (dalam Nur,
2001) mengemukakan 6 (enam) strategi CTL yaitu: (1) penekanan pada pemecahan
masalah, (2) kesadaran mengenai perlunya dilakukan kegiatan pengajaran dan
pembelajarn dalam berbagai konteks
seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja; (3) pembimbingan siswa untuk
memantau dan mengarahkan pembelajaran mereka agar mereka dapat belajar secara
mandiri, (4) penekanan pada pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa yang
berbeda-beda, (5) dorongan kepada siswa untuk belajar dari dan bersama
teman-temannya, (6) penggunaan penialaian autentik
Sementara itu, untuk
menerapkan pembelajaran kontekstual, Center for Occupational Research and
Development (CORD) (dalam Depdiknas, 2002) mengenalkan 5 strategi
pembelajaran yang disingkat REACT, yaitu: (1) Relating, maksudnya adalah
belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata, (2) Experiencing,
yaitu belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan ( invention); (3) Applying,
yaitu belajar di mana pengetahuan dipresentasikan di dalam konteks
pemanfaatannya, (4) Cooperating, yaitu belajar melalui konteks
komunikasi interpersonal dan pemakaian bersama, (5) Transfering, yaitu
belajar melalui pemanfaatan pengetahuan dalam situasi dan konteks baru.
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
Seperti telah dikemukakan di muka, penilaian dalam
pembelajaran kontekstual didasarkan pada penilaian autentik, yaitu penilaian
melalui penerapan praktis dalam pemecahan masalah. Pola penilaian dalam
pembelajaran kontekstual ini, sebagaimana juga tampak dalam tabel 1, berbeda dengan penilaian dalam pembelajaran
tradisional atau konvensional. Dalam strategi penilaian pembelajaran
kontekstual tidak dikenal kriteria benar atau salah. Pokok permasalahn
penilaian pembelajaran kontekstual ini terletak pada kemampuan guru memilih
cara penilaian untuk menentukan apa yang telah siswa ketahui dan apa yang dapat
dia lakukan. Suatu alat ukur atau strategi penilaian dalam pembelajaran
kontekstual dapat dikatakan baik apabila memempunyai kaitan yang signifikan
dengan tujuan dan dampak nyata dari materi pelajaran. Penilaian autentik dengan demikian adalah penilaian yang dapat mengukur penerapan
pengetahuan di dalam berbagai konteks autentiks.
Penilaian autentik bertujuan untuk menyediakan informasi
yang benar dan akurat mengenai apa yang diketahui dan dapat dilakukan oleh
siswa, atau tentang kualitas program pendidikan. Penilaian mengenai apakah
pengetahuan dan keterampilan telah dipelajari dengan baik, termasuk juga
penilaian mengenai pemanfaatannya dalam konteks kehidupan nyata yang bermakna
(Depdiknas, 2002).
Berdasarkan pengertian dan kriteria penilaian
pembelajaran kontekstual yang telah diuraikan, maka strategi penilaian yang
cocok tampaknya merupakan gabungan antara berbagai teknik penilaian berikut
(Depdiknas, 2002).
Pertama, penilaian kinerja. Penilaian ini
dikembangkan untuk mentes kemampuan mendemonstrasikan pengetahuan dan
keterampilan siswa pada berbagai situasi nyata dfan dalam konteks tertentu.
Penilaian kinerja ini dapat berbentuk pertanyaan terbuka atau pilihan ganda.
Penilaian ini dapat berupa membaca, menulis, proyek, proses, pemecahan masalah,
tugas analisis, atau tugas-tugas lain yang memungkinkan siswa
mendemonstrasi-kan kemampuannya untuk mewujudkan tujuan dan dampak nyata
tertentu.
Kedua, obervasi sistematik. Penialaian ini
bermanfaat untuk memperoleh informasi tentang dampat nyata kegiatan
pembelajaran terhadap sikap siswa. Secara berkala siswa diobservasi dan
hasilnya dicatat untuk menginterpretasikan apakah petunjuk siswa sesuai dengan
tujuan dan dampak nyata pembelajaran yang telah ditentukan.
Ketiga, portfolio. Portfolo adalah kumpulan
berbagai keterampilan, ide, minat, dan keberhasilan atau prestasi siswa selama
jangka waktu tertentu (Hart, 1994 dalam Depdiknas, 2002) yang memberikan
gaambaran perkembangan siswa setiap saat. Portfolio tidak selalu dalam bentuk
tulisan. Siswa yang memiliki keterbatasan dalam menulis dapat menyampaikan hasil
belajarnya dengan menggunakan gambar, model fisik atau alat peraga.
Keempat, jurnal sains. Jurnal sains merupakan
media bagi siswa untuk merefleksikan atau mengkaitkan pemikirannya dengan
pemikiran sebelumnya. Dengan jurnal siswa dapat menuliskan ide-ide, minat, dan
pengalaman yang didapatnya selama proses belajar.
PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB DI SMU DAN MA
Bahasa Arab (BA) telah diberlakukan
di SMU sejak tahun 1975 dengan diberikannya tempat bagi BA pada Kurikulum SMU
Tahun 1975. Sejak saat itu eksistensi BA di SMU semakin mantap. Pada Kurikulum SMU Tahun 1984, BA sebagai bahasa asing pilihan disajikan
untuk Jurusan A3 dan A4 selama 4 (empat) semester, dan pada kurikulum SMU Tahun
1994 BA untuk Jurusan Bahasa dengan alokasi waktu 9 (sembilan) jam per minggu
selama 2 (dua) semester (Muhaiban, 2001).
Data secara nasional mengenai jumlah
SMU yang menyajikan BA belum didapatkan, namun untuk Jawa Timur, BA adalah
bahasa asing pilihan yang paling banyak disajikan di SMU (60%), yaitu 40 SMU Negeri
dan 310 SMU Suasta (Effendy, 2001).
Pendekatan pengajaran dan
pembelajaran BA di SMU dari waktu ke waktu
mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan pengajaran dan
pembelajaran bahasa pada umumnya. Kurikulum SMU Tahun 1994 mengamanatkan agar
pendekatan dan metode pengajaran dan pembelajaran BA di SMU menggunakan
pendekatan audiolingual dan pendekatan komunikatif (Effendy, 2001).
Sementara itu, BA merupakan mata
pelajaran wajib di MA dan menjadi mata pelajaran pilihan bagi Program
Bahasa. Data secara nasional mengenai
jumlah MA yang menyajikan BA adalah 381 madrasah negeri dan 2.027 madrasah
suasta (Dhofier, 1994 dalam Effendy, 2001).
Adapun pendekatan pengajaran dan
pembelajaran BA yang diterapkan di MA tidak berbeda dengan pendekatan yang
digunakan di SMU, yaitu pendekatan audiolingual dan pendekatan
komunikatif.
Penelitian yang dilakukan oleh Fithratin Nufus (2000) tentang Penerapan
Pendekatan Komunikatif dalam Pengajaran Bahasa Arab pada Madrasah Aliyah
Keagamaan (MAK) se Kabupaten Gresik menunjukkan bahwa mayoritas guru BA di MA
telah menerapkan pendekatan komunikatif tersebut dalam proses belajar mengajar
BA.
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAHASA ARAB DI SMU DAN MA
Untuk dapat menerapkan
pendekatan pembelajaran kontekstual dengan baik, guru bahasa Arab SMU maupun MA
terlebih dahulu perlu memahami konsep pembelajaran kontekstual tersebut. Konsep
yang dimaksud meliputi pengertian, tujuan, prinsip-prinsip pembelajaran,
strategi, dan sistem evaluasi pembelajaran. Dengan pemahaman yang baik mengenai
konsep pembelajaran tersebut, guru tidak akan terjebak pada pembelajaran
konvensional atau tradisional yang banyak mewarnai pembelajaran di dalam kelas
selama ini.
Setelah konsep pembelajaran kontekstual tersebut difahami dengan baik,
agar pembelajaran dapat dilaksanakan dengan efektif, guru hendaknya melakukan
langkah-langkah seperti diuraikan berikut ini.
Telaah Konsep Materi Pembelajaran
Sebelum guru memulai proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar
kelas, guru hendaknya terlebih dahulu menelaah konsep atau teori yang berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa. Materi yang akan dipelajari oleh
siswa tersebut secara umum telah tergambar pada kurikulum. Guru perlu
mencermati materi tersebut dari sisi konsep atau teori. Dengan pemahaman yang
baik tentang konsep materi pelajaran, guru akan mempunyai gambaran mengenai
langkah-langkah yang harus dilakukan selanjutnya seperti pemilihan materi
pembelajaran, penetapan metode dan pendekatan pembelajaran, penentuan media
atau alat bantu pembelajaran, strategi yang akan dipilih dalam pembelajaran,
dan bentuk evaluasi yang akan digunakan.
Materi pembelajaran bahasa Arab MA
program bahasa dan meteri bahasa Arab SMU, dilihat dari Garis-garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) nya, sebenarnya tidak berbeda. Guru dapat menelaah
konsep materi yang relevan untuk disajikan dengan pendekatan kontekstual
tersebut melalui pokok bahasan atau tema dan anak tema yang telah tertuang
dalam GBPP.
GBPP bahasa Arab kurikulum SMU dan
MA program bahasa Arab tahun 1994 disamping menyajikan tema dan anak tema,
telah pula memuat keterampilan fungsional dan contoh-contoh ungkapan
komunikatif yang harus dikuasai siswa. Sebelum guru menerapkan pembelajaran
kontekstual di dalam kelas, teori mengenai tema, anak tema, dan keterampilan
fungsional tersebut hendaknya telah benar-benar dikuasai oleh guru.
Pemahaman
Latar Belakang Siswa
Guru hendaknya juga berupaya untuk mengetahui dan memahami latar belakang
dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. Pemahaman
latar belakang dan pengalaman hidup siswa oleh guru ini penting karena dalam
pembelajaran kontekstual, latar belakang dan pengalaman siswa merupakan “modal”
bagi guru dalam pembelajaran. Guru dapat mengkaitkan“modal” itu dengan konsep
baru yang dipelajari siswa. Dengan pengkaitan seperti itu konsep baru yang
dipelajari siswa akan lebih mudah diterima, di samping akan terjadi pula proses
asimilasi dan asosiasi.
Proses asimilasi dianggap berhasil apabila konsep baru yang dipelajari
dapat menambah atau memperkaya pemikiran dan pengalaman yang telah dimiliki
siswa sebelumnya. Sedangkan proses asosiasi akan terjadi apabila konsep baru
tersebut dapat mengubah atau memperbaiki pemikiran dan pengalaman yang sudah
ada sebelumnya (Depdiknas, 2002).
Pemahaman latar belakang itu termasuk latar belakang pengetahuan bahasa
Arab siswa. Dalam konteks pembelajaran bahasa Arab di SMU dan MA perlu disadari
oleh guru bahwa latar belakang pengetahuan bahasa Arab siswa relatif
bervariasi. Para siswa SMU atau MA yang berasal dari Madrasah Tsanawiya (MTs),
apalagi MTs di lingkungan pondok pesantren, kemampuan bahasa Arabnya relatif
baik bila dibanding mereka yang berasal dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP). Hiteroginitas latar belakang
pengetahuan bahasa Arab siswa ini perlu mendapatkan perhatian secara khusus
dari guru, agar guru dapat menetapkan strategi pembelajaran sesuai dengan
kondisi siswa tersebut.
Di samping itu, perlu juga disadari bahwa guru di dalam kelas mungkin
sekali akan mengajar siswa dengan berbagai keragaman latar belakang sosial dan
budaya yang kompleks. Misalnya latar belakang suku bangsa, agama, status
sosial-ekonomi, dan juga bahasa. Hal
tersebut hendaknya difahami oleh guru dan menjadi perhatiannya sebelum dia
melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian guru akan dapat memanfaatkan
kompleksitas keragaman tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran
Pemahaman Lingkungan
Dalam pembelajaran kontekstual, pemahaman mengenai lingkungan belajar dan
tempat tinggal siswa perlu dimiliki oleh guru. Guru hendaknya juga bisa
mengkaitkan lingkungan belajar dan
tempat tinggal siswa itu dengan konsep atau teori yang akan dipelajari.
Guru bahasa Arab SMU dan MAN hendaknya menyadari bahwa pembelajaran
kontekstual menuntut adanya lingkungan belajar yang kondusif sesuai dengan
prinsip-prinsip pendekatan ini. Guru hendaknya memahami betul lingkungan itu
sehingga dapat memanfaatkannya dengan baik dalam pembelajaran. Lingkungan yang
dimaksud tidaklah terbatas pada ruangan kelas, tetapi meliputi berbagai aspek lingkungan
belajar seperti laboratorium bahasa, laboratorium komputer, tempat bekerja,
masjid, ladang, sawah, studio, dan tempat-tempat lain yang dapat mendukung
proses pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual mendorong para guru untuk memilih dan mendesain
lingkungan belajar yang memungkinkannya untuk mengkaitkan berbagai bentuk
pengalaman dan latar belakang siswa dengan konsep yang akan dipelajari.
Lingkungan yang telah dipilih atau didesain oleh guru tersebut
memungkinkan siswa untuk mendapatkan hubungan yang bermakna antara
pikiran-pikiran yang abstrak dan penerapan yang praktis dalam dunia nyata.
Konsep dapat dipahami oleh siswa melalui proses penemuan dan pengkaitan..
Penyusuan Rancangan Pembelajaran
Langkah terakhir yang harus dilakukan guru sebelum melaksanakan
pembelajaran kontekstual di dalam kelas adalah menyusun rancangan pembelajaran.
Dalam menyusun rancangan ini, hendaknya guru mempertimbangkan dan mengkaitkan
konsep atau teori yang akan dipelajari dengan pengalaman yang dimiliki siswa
dan lingkugan hidup mereka.
Di samping itu, guru dalam menyusun rancangan pembelajaran perlu
menyesuaikan dengan perkembangan mental siswa. Pemilihan materi dan metode yang
akan diterapkan dalam pembelajaran hendaknya didasarkan pada kondisi sosial,
emosional, dan perkembangan intelektual siswa. Dengan demikian karakteristik
individual, kondisi sosial, dan lingkungan budaya siswa hendaknya menjadi
perhatian guru dalam merencanakan pembelajaran.
Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam mengimplemantasikan
pembelajaran kontekstual di dalam kelas, guru hendaknya dengan tak
henti-hentinya mendorong siswa untuk mengkaitkan apa yang sedang dipelajari
dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Di
samping itu, hendaknya guru juga mengkaitkan apa yang sedang dipelajari itu
dengan fenomena kehidupan sehari-hari.
Implementasi pembelajaran
kontekstual di dalam kelas dapat dimulai dengan melemparkan suatau permasalahan
yang terkait dengan kehidupan nyata siswa. Guru melibatkan siswa dalam
pengamatan dan penelitian untuk pemecahan masalah. Hal itu dapat dilakukan
dengan mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai materi
pembelajaran.
Untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pembelajaran, guru dapat membentuk kelompok-kelompok belajar yang
saling memiliki ketergantungan antara satu dengan yang lain. Dengan
kelompok-kelompok tersebut siswa dapat belajar dan memecahkan masalah bersama teman-temannya di dalam kelompok. Di
samping itu, mereka juga dapat berlatih bekerjasama dengan kelompok atau teman
yang lain.
Dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual, guru hendaknya menggunakan
teknik-teknik bertanya yang efektif yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran, mempercepat proses pemecahan masalah, dan meningkatkan keterampilan
berfikir siswa.
Untuk itu perlu dicari dan dirancang berbagai jenis dan tingkatan
pertanyaan yang dapat menghasilkan
tingkat berfikir, tanggapan, dan tindakan yang diperlukan siswa dalam proses
pembelajaran.
Guru hendaknya juga memotivasi siswa untuk dapat menarik kesimpulan dari
apa yang telah dipelajarinya. Kesimpulan yang diambil oleh siswa tersebut
merupakan akumulasi dari pemahaman siswa terhadap meteri yang dipelajari.
Penggunaan Penilaian Autentik
Untuk mengetahui apa yang telah siswa ketahui dan apa yang dapat
dilakukannya, guru melakukan penilaian terhadap proses pembelajaran yang tengah
berlangsung. Karena salah satu tujuan pembelajaran kontekstual adalah membangun
pengetahuan dan keterampilan dengan cara yang bermakna melalui pengikutsetaan
siswa ke dalam kehidupan nyata, maka bentuk penilaian yang digunakanpun
hendaknya didasarkan pada metode dan tujuan pembelajaran itu sendiri, yaitu
penilaian autentik. Pembelajaran kontekstual memerlukan penilaian interdisiplin
yang dapat mengukur pengetahuan dan ketrampilan lebih dalam dan dengan cara
yang bervariasi (Ananda, 2001 dalam Depdiknas, 2002:17).
Guru dapat mengkombinasikan berbagai strategi penilaian sebagaimana telah
disebutkan di muka, yaitu: (1) penilaian kinerja, (2) observasi sistematik, (3)
portfolio, dan (4) jurnal sains (Depdiknas, 2002). Penggunaan strategi
penilaian tersebut hendaknya disesuaikan dengan tujuan dan jenis materi
pembelajaran.
Untuk memudahkan guru melihat apakah proses pembelajaran
lontekstual yang dilaksanakannya telah sesuai dengan kriteria strategi
pembelajaran kontekstual, guru dapat membuat model evaluasi yang antara lain
berisi indikator pelaksanaan pembelajaran berikut: (1) konsep baru disajikan
dalam situasi dan pengalaman nyata, (2) konsep dalam contoh-contoh dan latihan
disajikan dalam konteks yang digunakan oleh siswa, (3) konsep baru disajikan
berdasarkan pengalaman siswa sebelumnya, (4) latihan dan contoh berisisituasi
nyata dan situasi yang diyakini berisi pemecahan masalah yang bermanfaat bagi siswa
saat ini dan di masa mendatang, (5) contoh-contoh dapat mengembangkan sikap
positif siswa, (6) siswa mengumpulkan dan menganalisis data mereka sendiri
seperti ketika mereka dibimbing oleh guru dalam menemukan konsep, (7) siswa
diberi kesempatan untuk mengumpulkan dan menganalisis data untuk pembelajaran dan pengembangan, (8)
aktifitas pembelajaran mendorong siswa menerapkan konsep dan informasi dalam
konteks yang bermanfaat untuk masa depan siswa, (9) siswa berpartisipasi dalam
diskuwsi kelompokdengan cara saling berkomunikasi dan menanggapi konsep dan
keputusan, dan (10) pembelajaran dan latihan-latihan meningkatkan keterampilan
siswa dalam berkomunikasi (Kasihani, 2001).
SIMPULAN
Berbagai permasalahan pembelajaran
yang muncul di sekolah utamanya yang terkait dengan efektifitas dan efisiensi
pendekatan pembelajaran bahasa Arab selalu dihadapi oleh para guru bahasa Arab
di SMU dan MA.. Untuk menjawab persoalan tersebut perlu adanya inovasi-inovasi
baru dalam pendekatan pembelajaran bahasa Arab.
Pembelajaran berbasis kontekstual merupakan salah satu jawaban dari
persoalan tersebut yang perlu diketahui, difahami, dan diaplikasikan dalam
proses pembelajaran bahasa Arab oleh para guru.
Pembelajaran kontekstual yang
bertujuan membekali siswa dengan pengatahuan yang dapat diterapkan atau
ditransfer dari satu permasalahan ke permasalahan yang lain dan dari satu
konteks ke konteks lainnya itu memiliki berbagai strategi. Strategi tersebut
meliputi: (1) penekanan pada pemecahan masalah, (2) kesadaran mengenai perlunya
dilakukan kegiatan pengajaran dan pembelajarn dalam berbagai konteks seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja;
(3) pembimbingan siswa untuk memantau dan mengarahkan pembelajaran mereka agar
mereka dapat belajar secara mandiri, (4) penekanan pada pembelajaran dalam
konteks kehidupan siswa yang berbeda-beda, (5) dorongan kepada siswa untuk
belajar dari dan bersama teman-temannya, dan (6) penggunaan penialaian
autentik.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas,
2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Effendy,
Ahmad Fuad. 2001. Peta Pengajaran Bahasa Arab di Indonesia. Bahasa dan Seni
Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya. Tahun 29, Edisi Khusus,
Oktober 2001.
Kasihani dan Astinin. 2001. Contextual
Teaching and Learning dalam Pembelajaran Bahasa Inggris. Makalah
Pelatihan Calon Pelatih Guru SLTP, Juni 2001.
Muhaiban.
2001. Problematika Pengajaran Bahasa Arab di SMU dan Pemecahannya.
Makalah Seminar Pengajaran Bahasa Arab Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra UM,
Oktober 2001.
Nur, Muhammad. 2001. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs, Juni 2001.
Nufus, Fitrotin.2000. Penerapan Pendekatan
Komunikatif Dalam Pengajaran Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) Se
Kabupaten Gresik Tahun 1999-2000. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang:
Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar