Handout/HMJ-Arab/Cerpen-18/4-2003
Muhaiban
PROSES PENUANGAN GAGASAN
Mengarang merupakan rangkaian
kegiatan seseorang mengekspresikan pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca
dan difahami oleh orang lain. Buah pikiran yang diekspresikan itu merupakan
formulasi dari pengalaman, pendapat, pengetahuan, keinginan, perasaan, dan
gejolak hati seseorang. Ekspresi
melalui bahasa tulis tersebut menjadi karya tulis yang dapat berupa karangan
apapun, baik faktawi maupun fiksi, baik prosa maupun puisi.
Dalam
menuangkan pikiran atau gagasannya, seorang pengarang sering kali menemukan
hambatan, sehingga proses penuangan gagasan tersebut terhenti, tertunda, atau
bahkan gagal sama sekali.
Hambatan
penuangan gagasan ini bisa terjadi antara lain karena faktor-faktor berikut.
1. Kemampuan berbahasa.
Bahasa merupakan media ekspresi
lisan bagi sebuah gagasan atau buah pikiran. Bahasa memiliki aturan-aturan atau
kaidah-kaidah. Segi-segi bahasa yang perlu mendapatkan perhatian dari seorang
pengarang misalnya tatabahasa, irama, dan pilihan kata. Seorang pengarang
hendaknya memiliki naluri bahasa yang kuat agar dapat memakai bahasa secara
lincah, menarik, dan efektif. Untuk dapat menyajikan gagasan yang beraneka
macam, pada diri pengarang perlu dikembangkan rasa bahasa, kemahiran pilih dan
pilah ungkapan, serta intuisi keseimbangan bertutur. Latar belakang dan kemampuan bahasa pengarang
mempunyai pengaruh terhadap kelancaran proses dan kualitas hasil karangannya.
2. Pengalaman
hidup
Pengarang
yang kaya akan pengalaman hidup secara teoritis mempunyai banyak bahan untuk
dituangkan kembali dalam karangan-karangannya. Pengalaman hidup yang penuh avountur
dan “aneh-aneh” dapat menjadi bahan yang baik bagi sebuah
karangan yang berkualitas. Pengalaman tersebut tidak saja dapat diperoleh dari
kenyataan hidup yang dialami oleh pengarang, tetapi juga dapat diperoleh
melalui apa yang dilihat dan didengarnya dalam kehidupan, termasuk apa yang
dibacanya dari buku-buku tentang kehidupan tersebut. Seseorang yang miskin
pengalaman cenderung menemui banyak hambatan dalam mengarang.
3. Motivasi
Brooks dan
Warren (dalam The Liang Gie,1992) mengemukakan bahwa motivasi seseorang untuk
mengarang dapat dibedakan menjadi dua yaitu pengungkapan (expression)
dan tatahubungan (communication). Seseorang termotivasi untuk mengarang
karena memiliki keinginan untuk mengungkapkan diri. Hal ini seperti seseorang
yang tiba-tiba menyanyi sendiri atau bersiul karena kegembiraan dalam hatinya.
Seseorang juga dapat termotivasi untuk mengarang karena adanya kebutuhan untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini seperti Anda yang mendadak ingin
menulis surat untuk kekasih Anda, atau menulis Surat Pembaca dalam sebuah surat
kabar. Kalau motivasi tersebut tidak pernah ada pada diri seseorang, mungkin
tidak akan pernah lahir sebuah karangan.
4. Kemiskinan
Kemiskinan juga dapat menggangu
kreativitas dan produktivitas pengarang. Seseorang yang perutnya lapar,
pikirannya cenderung tidak jernih. Seorang pengarang yang terbiasa menulis
sambil merokok, akan merasa terganggu apabila di tengah-tengah keasyikannya
menulis tiba-tiba rokoknya habis.
5.
Kesempatan dan waktu
Orang yang relatif sibuk dengan
kegiatan-kegiatan lain di luar karang-mengarang, cenderung tidak memiliki
kesempatan dan konsentrasi yang baik untuk mengarang. Dengan demikian
proses penuangan gagasan terhambat atau bahkan tidak dapat berjalan sama seali.
Untuk mengatasi berbagai hambatan
penuangan gagasan tersebut, banyak hal perlu dilakukan oleh pengarang, tetapi
yang paling utama dilakukan sebenarnya adalah segera memulai mengarang
dan mengarang.
Orang sering berfikir bahwa untuk bisa mengarang dengan baik dia harus
belajar terlebih dahulu teori dan teknik mengarang. Buku-buku tentang teori dan
teknik mengarang memang banyak memberikan pengetahuan bagaimana seseorang bisa
menjadi pengarang yang baik. Akan tetapi bisa jadi orang tersebut –kalau tidak
pernah mengarang- akan menjadi ahli karang mengarang yang baik tetapi tidak
pernah punya karangan. Pengalaman
menunjukkan hal itu.
Banyak sastrawan mulai mengarang sebelum mengetahui teori, dan mereka
berhasil menjadi pengarang/sastrawan ulung. Sebagai contoh: Pramoedya Ananta
Toer, Motinggo Busye yang kuliahnya di fakultas ekonomi. Atau Marga T, Taufiq
Ismail, atau Asrul Sani yang kuliahnya di fakultas kedokteran. Banyak contoh yang lain.
Bukan berarti mempelajari
teknik mengarang tidak penting, tetapi perlu disadari ahwa suatu teori
tentang karang-mengarang disusun oleh
ahlinya ketika karangan sudah lahir. Sementara itu bentuk sastra dari waktu ke
waktu berubah, dan teori lamapun tidak dipakai lagi. Oleh karena itu, mulailah
mengarang dari sekarang juga dan jangan sibuk dengan mempelajari teori.
Untuk mengatasi berbagai
hambatan penuangan gagasan, berikut ini dikemukakan beberapa saran.
1. Jangan
menunggu sampai terkumpul banyak gagasan untuk mengarang. Mulailah segera
menulis setelah gagasan lahir.
2. Begitu
kegiatan mengarang telah dimulai, teruslah mengarang. Lawanlah godaan untuk
berdiri dari tempat duduk.
3. Apabila
terjadi kemacetan ditengah-tengah karangan, bacalah kembali dua atau tiga
paragraf yang terakhir untuk menemukan alur pemikiran yang dapat menembus
kebuntuan.
4. Kalimat-kalimat permulaan biasanya merupakan
bagian yang sulit. Berilah perhatian khusu pada bagian awal ini.
5. Seringkali pembukaan alenia karangan terasa
janggal dan tidak mempunyai kaitan
dengan bagian berikutnya. Tinggalkanlah alenia tersebut karena ia sebenarnya
berfungsi sebagai pemanasan. Karangan sesungguhnya sering kali dimulai pada
alenia kedua.
6. Seorang pengarang hendaknya menyadari hal-hal yang
khas mengenai dirinya ketika mengarang.
Itulah beberapa hal tentang proses
penuangan gagasan. Manakala sebuah karangan telah selesai ditulis, simpanlah
baik-baik untuk beberapa waktu. Ketika kelak
karangan itu dibaca ulang, mungkin akan ditemukan kekurangan-kekurangan.
Pada saat itulah dilakukan penambahan atau pengubahan. Selamat berkarya!
Catatan: Tulisan ini sebagian besar diambil dari (1)
Pamusuk Eneste. 1983. Proses Kreatif, dan (2) The Liang Gie. 1992. Pengantar Dunia Karang Mengarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar