PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK
PENDAHULUAN
Guru sebagai
pendidik profesional dituntut untuk memiliki kompetensi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Kompetensi tersebut terangkum dalam 4 (empat) komponen, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi
profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian. Di antara 4
(empat) kompetensi tersebut, yang secara
langsung terkait dengan kegiatan pembelajaran adalah kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik
menuntut guru untuk menguasai aspek-aspek pembelajaran seperti teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang
studi yang diampu, dan memahami karakteristik peserta didik dari berbagai
aspeknya. Sementara itu, kompetensi profesional menuntut guru untuk antara lain
menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu, di samping menguasai standar kompetensi dan kompetensi
dasar mata pelajaran tersebut.
Berdasarkan
hal itu, guru profesional bahasa Arab, terutama guru bahasa Arab tingkat dasar
dan pra sekolah yang menjadi bahasan makalah ini, juga dituntut untuk memiliki
semua kompetensi tersebut. Permasalahan muncul ketika kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa sebagian besar guru bahasa Arab tingkat dasar dan pra sekolah
(TK/TKQ/TPQ/SDI/MI) tidak dipersiapkan secara khusus atau tidak memiliki
kualifikasi untuk mengajar bahasa Arab pada satuan pendidikan tersebut.
Data
pada Kementerian Agama RI menunjukkan bahwa jumlah guru MIN di Indonesia
mencapai 11.478. Guru tersebut berstatus PNS. Sedangkan pada MIS, guru yang
berstatus PNS sebanyak 25.918. Dari data tersebut diketahui bahwa terdapat sebanyak 11.489 orang guru atau 30,7% secara
kualifikasi pendidikan tidak memenuhi syarat sebagai guru MI karena mereka
umumnya lulusan SLTA/PGA atau D1.
Hal
tersebut juga sesuai dengan pengamatan dan informasi dari para mahasiswa dan alumini Jurusan Sastra Arab Fakultas
Sastra UM, bahwa para guru bahasa Arab di TK/TPQ/SDI/MI khususnya di Malang
Raya, pada umumnya tidak memiliki latar belakang pendidikan guru bahasa Arab.
Relatif sedikit di antara mereka yang pernah mengikuti pelatihan tentang
pembelajaran bahasa Arab.
Implikasi dari
kenyataan tersebut antara lain rendahnya motivasi siswa untuk belajar bahasa
Arab, bahasa Arab dikesani sebagai pelajaran yang sulit, dan tidak maksimalnya
pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk memperluas
wawasan guru bahasa Arab mengenai: teori dan prinsip-prinsip pembelajaran, materi
pembelajaran, dan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Makalah ringkas ini
berupaya memaparkan secara garis besar strategi dan metode pembelajaran bahasa
Arab yang dapat diterapkan oleh para guru bahasa Arab dalam pembelajaran bahasa
Arab tingkat dasar dan pra sekolah. Karena terbatasnya ruang dan waktu, strategi
dan metode pembelajaran dipaparkan secara garis besar dan dibatasi pada hal-hal
yang relatif relevan dengan pembelajaran bahasa Arab pada tingkat dasar dan pra
sekolah. Semoga upaya sederhana ini dapat memberikan kontribusi bagi penciptaan
pembelajaran bahasa Arab yang efektif, efisien, dan menyenangkan.
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK
Pembelajaran bahasa
Arab untuk anak, atau Al-`Arabiyyah lil Athfal, selanjutnya disingkat ALA,
dalam bentuk verbal yang bertujuan mengajarkan kete-rampilan membaca Al-Qur’an
dan do’a-da’a serta bacaan-bacaan shalat telah lama berlangsung di Indonesia. Pembelajaran
ALA seperti ini dilaksanakan di rumah-rumah keluarga muslim, di masjid,
mushalla, madrasah diniyah, atau di taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) (Effendy,
2001). Juga pada lembaga pendidikan formal seperti Madrasah Ibtidaiyyah (MI),
atau Sekolah Dasar Islam (SDI).
Pembelajaran ALA
menduduki tempat yang strategis dalam konteks pembelajaran bahasa Arab secara
umum di Indonesia. Di samping karena jumlah lembaga pendidikan dasar -baik formal
maupun non-formal- relatif besar, juga karena anak-anak pada usia pendidikan
dasar dan pra sekolah tersebut pada dasarnya cenderung mudah belajar bahasa
terutama yang terkait dengan oral skill.
Menurut data
Kementerian Agama Republik Indonesia yang diunggah di mirror.unpad.ac.id,
jumlah MI saja di Indonesia saat ini mencapai 22.799 madrasah. Jumlah itu
terdiri atas 1.482 (6,5%) madrasah Ibtidaiyyah Negeri (MIN), dan 21.317 (93,5%)
Madrasah Ibtidaiyyah Swasta (MIS). Sedangkan jumlah TKQ/TPQ yang diperkirakan
lebih banyak, belum ada data resminya secara nasional. Sebagai gambaran
mengenai jumlah TKQ/TPQ yang lebih besar tersebut bisa dilihat data untuk Profinsi
Jawa Tengah. Menurut data Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Tengah yang
diunggah pada website Badko TPQ Jawa Tengah, jumlah TPQ di propinsi itu pada
tahun 2005 tercatat 19.119. Data tersebut terus mengalami kenaikan sehigga
sekarang diperkirakan jumlahnya mencapai 21.000.
Jumlah lembaga
pendidikan dasar dan pra sekolah yang besar tersebut merupakan modal bagi
pengembangan pembelajaran ALA pada saat ini dan pada masa-masa mendatang, terutama
pengembangan yang terkait dengan tujuan, strategi pembelajaran, dan metode. Di samping itu, jumlah yang besar
itu juga dapat menjadi lahan pengabdian bagi para guru bahasa Arab dalam
mengembangkan pembelajaran bahasa Arab di negeri ini.
Selama ini
tujuan pembelajaran ALA adalah untuk mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an
dan menulis huruf Arab dalam lingkup terbatas. Sedangkan metode yang dipakai
adalah metode hapalan. Untuk pengenalan huruf Arab dipakai metode eja atau thariqah
hajaiyyah. Pada tahun delapan puluhan dikembangkan metode baru yang
berbasis pengenalan bunyi yang dikenal dengan thariqah shautiyyah
tahliliyyah tarkibiyyah (Effendy, 2001). Pada saat ini terdapat sejumlah
madrasah ibtidaiyyah dan TPQ yang berupaya
mengembangkan pembelajaran ALA tersebut. Pengembangan diarahkan pada
pembelajaran kemampuan dasar bahasa Arab.
Agar
pembelajaran ALA dapat berlangsung efektif dan efisien serta menyenangkan,
perlu dilakukan upaya untuk membekali guru dengan pengetahuan dan pengalaman pembelajaran
ALA. Hal itu dapat diwujudkan dengan memberikan pelatihan pembelajaran ALA bagi
guru-guru bahasa Arab. Pengetahuan praktis tentang pemilihan materi, strategi,
dan media pembelajaran ALA mungkin akan membantu para guru dalam mengatasi
permasalahan pembelajaran ALA baik di lembaga pendidikan formal maupun
non-formal.
KARAKTERISTIK GURU DALAM PEMBELAJARAN ALA
Guru
dalam pembelajaran menduduki peran yang penting, terlebih lagi pada pendidikan
tingkat dasar dan pra sekolah. Dalam konteks pembelajaran ALA, di samping dituntut
memiliki kemampuan bahasa Arab yang baik, guru ALA hendaknya juga memiliki
sifat dan sikap aktif, kreatif, menyenangkan, dan terbuka. Philip (1995, dalam
Suyanto, 2000) menyatakan bahwa membantu siswa untuk belajar dan berkembang itu
lebih penting dari pada sekedar mengajarkan bahasa. Itu berarti bahwa
apabila
kegiatan atau aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa menyenangkan, pelajaran akan berkesan dan
mudah diingat oleh siswa.
Sebagaimana
dikemukakan pada bagian awal makalah ini, guru profesional pembelajaran ALA
dituntut memiliki kompetensi untuk mengajarkan bahasa Arab pada siswa taman
kanak-kanak dan sekolah dasar. Berikut dikemukakan 2 (dua) dari 4 (empat)
kompetensi yang digariskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang sekaligus menjadi karakteristik yang perlu dimiliki oleh guru,
termasuk guru bahasa Arab. Kompetensi tersebut asalah kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional.
Kompetensi
Pedagogik
Kompetensi pedagogik menyangkut
penguasaan teori belajar dan pembelajaran serta mengenal peserta didik secara
mendalam. Kompetensi ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
- Memahami karakteristik peserta didik dari aspek
fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
- Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yasng
mendidik.
- Menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang
diampu.
- Terampil melakukan kegiatan pengembangan yang mendidik.
- Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
- Menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
- Berkomunikasi secara efektif, impatik, dan santun dengan peserta didik.
- Terampil melakukan penilaian
dan ervaluasi proses dan hasil belajar.
- Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
- Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Kompetensi
Profesional
Kompetensi profesional menyangkut
penguasaan bidang ilmu yang diampu. Kompetensi ini dapat dijabarkan sebagai
berikut.
- Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
- Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasaara mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
- Mengembangkan secara kreatif materi pembelajaran yang diampu.
- Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
- Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembagkan diri.
KARAKTERISTIK ANAK DALAM PEMBELAJARAN ALA
Sebelum
melakukan kegiatan pembelajaran ALA, guru hendaknya terlebih dahulu memahami
karakteristik anak didiknya, sehingga dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan karakteristik anak tersebut. Anak-anak pada satuan pendidikan
tingkat dasar dan pra sekolah masih belajar tentang lingkungan mereka. Mereka gemar berbicara tentang diri mereka
sendiri, orang tua (bapak/ibu), mainan, dan teman bermain. Mereka senang
berlari-lari kesana kemari dan senang belajar sesuatu dengan cara langsung
mempraktekkannya seperti bernyanyi, bermain, mewarnai, dan menggunting gambar.
Anak-anak cenderung senang bertanya. Hal itu karena secara sosial, mereka perlu
mengembangkan serangkaian karakteristik yang memungkinkan mereka untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka berada. Berikut dikemukakan
karakteristik anak dalam pembelajaran bahasa menurut Krashen (1981)
1.
Anak-anak memiliki kecenderungan suka bermain dan
bersenang-senang
2.
Mereka memahami
hal-hal di sekitarnya secara holistic (utuh) tidak secara analitik (njelimet)
3.
Mereka belajar
bahasa melewati suatu masa yang disebut dengan “periode bisu” (fathratush
shumti/silent period). Pada awal belajar bahasa, anak-anak masih
hanya dapat mendengar, belum dapat berbicara.
4.
Mereka cenderung
belajar bahasa melalui pemerolehan (iktisab/acquisition), yaitu suatu
pengembangan kemampuan berbahasa dalam setting alamiah, bukan mempelajari
bahasa secara formal (learning) dengan mengkaji aturan-aturan bahasa.
5.
Pada umumnya anak-anak pada usia sekolah dasar berada
pada tahap berpikir secara kongkrit.
Sementra
itu, Scott dan Ytreberg (1990) mengemukakan berbagai karakteristik anak, di
antaranya berikut ini.
1.
Anak-anak dapat mengutarakan sesuatu yang telah mereka
kerjakan dan mereka dengarkan
2.
Anak-anak belajar sambil “bekerja” (learning by
doing)
3.
Anak-anak
memperoleh pemahaman melalui gerakan (isyarat) tangan dan mata
4.
Mereka suka
bermain dan mempelajari sesuatu yang disenangi
5.
Mereka sudah bisa “berargumentasi” (membantah)
6.
Kosa kata mereka tidak sama dengan kosa kata orang
dewasa (mereka belum bisa memahami ungkapan yang biasa digunakan oleh orang
dewasa).
7.
Anak-anak lebih cepat memahami situasi dari pada
memahami bahasa yang digunakan.
8.
Mereka dapat
bekerjasama dengan orang dewasa
STRATEGI PEMBELAJARAN ALA
Salah satu prinsip
umum pembelajaran adalah bahwa pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan
mempertimbangkan karakteristik individual siswa yang menyangkut perkembangan
emosional, perkembangan intelektual, kondisi sosial, dan lingkungan budaya. Pada dasarnya
pembelajaran ALA juga harus berpijak pada prinsip-prinsip umum tersebut. Di
samping itu, ada prinsip dasar yang perlu diperhatikan sesuai dengan
karakteristik anak. Para ahli
pembelajaran bahasa untuk anak, di antaranya Scott, Lee, dan Borridge (dalam
Rachmayanti, 2000) mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran yang perlu
diperhatikan berikut ini.
1. Pembelajaran hendaknya berpijak pada dunia
anak. Dunia anak berkisar pada keluarga, rumah, sekolah, mainan, dan teman
bermain.
2. Berangkat dari
sesuatu yang sudah diketahui dan dekat dengan atau mudah dijangkau oleh siswa ke sesuatu yang belum
diketahui atau jauh dari jangkauan mereka (dari lingkungan rumah beranjak ke luar
rumah, beralih ke teman sejawat, kemudian ke lingkungan sekolah).
3. Pembelajaran dikaitkan dengan hal-hal yang
menjadi interes anak.
4. Pokok-pokok pembelajaran yang disajikan
berangkat dari pengetahuan yang telah dimiliki
siswa, dengan menggunakan bahasa Arab sederhana.
5. Tugas-tugas diorientasikan kepada aktivitas
atau kegiatan.
6. Bahan
pembelajaran merupakan kombinasi antara sesuatu yang bersifat fiksi dan non-fiksi/konkrit.
7. Materi diorientasikan kepada pelaksanaan silabus dan
pengembangan dua komponen bahasa (kosa
kata dan struktur) dan empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis).
8. Budaya
nasional dan asing dikenalkan secara bertahap
9. Pokok-pokok
pembelajaran dan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan usia anak.
Untuk memilih dan menentukan strategi pembelajaran
ALA, guru hendaknya terlebih dahulu memahami dengan baik prinsip-prinsip
pembelajaran ALA dan karakteristik siswa
yang akan belajar. Karakteristik siswa tersebut antara lain seperti yang telah
disebutkan terdahulu, misalnya siswa (1) masih belajar dan senang berbicara
tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang mempraktekkan sesuatu
yang baru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung senang bertanya, (5) cenderung
senang mendapatkan penghargaan, dan (6) cenderung mau melakukan sesuatu karena
dorongan dari luar. Berdasarkan beberapa karakteristik tersebut, guru dapat
memilih strategi pembelajaran ALA yang sesuai. Berikut ini dikemukakan strategi
pembelajaan ALA secara umum.
Salah satu
karakteristik siswa adalah bahwa pengetahuan mereka masih terbatas pada
lingkungan hidup mereka sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka materi
pelajaran sebaiknya dipilihkan hal-hal yang terkait dengan lingkungan mereka.
Misalnya tentang diri mereka sendiri, orang tua (bapak/ibu), saudara kandung,
rumah dan isinya, binatang piaraan, mainan, lingkungan sekolah, dan teman
bermain.
Di
muka telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik anak adalah bahwa mereka
senang bertanya. Hal tersebut perlu dijadikan pertimbangan oleh guru dalam
memilih strategi pembelajaran. Dalam memulai kegiatan pembelajaran misalnya,
guru dapat merangsang lahirnya keingintahuan siswa. Dengan demikian akan timbul
pertanyaan atau komentar dari siswa yang mengarah pada substansi materi. Dengan
lahirnya pertanyaan dari siswa tersebut sangat memungkinkan terjadinya
interaksi dan kominaksi multi arah.
Untuk memotivasi agar siswa dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik, guru dapat melakukan variasi. Variasi ini bisa dilakuan dari segi materi,
metode/teknik, media, dan tempat. Motivasi juga bisa diberikan kepada siswa
dalam bentuk hadiah berupa pujian, nasihat/himbauan, nyanyian, barang, dan
pemaparan hasil karya.
METODE PEMBELAJARAN ALA
Dalam
memilih metode atau teknik pembelajaran ALA, guru juga perlu melihat salah satu
karakteristik yang menonjol pada anak, yaitu bahwa mereka senang bermain.
Melihat karakteristik seperti itu, maka metode yang relevan untuk pembelajaran
ALA adalah metode bermain dengan berbagai tekniknya. Bermain sambil belajar dan
belajar sambil bermain mungkin lebih relevan bagi mereka karena pada dasarnya
mereka cenderung menyukai aktivitas. Guru hendaknya dapat mengemas aktivitas
tersebut dalam permainan dan sekaligus pembelajaran.
Permainan
yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Arab bervariasi.
Permainan itu berupa permaian bahasa yang telah umum diketahui oleh guru dan
siswa, maupun permaian yang dikembangkan sendiri oleh guru dari permainan
tradisional yang sudah akrab dengan anak.
Dalam
makalah ini dikemukakan beberapa contoh permainan yang terangkum dalam bentuk (1) puisi
dan lagu (الشعروالقصيدة/الغناء),
(2) cerita (القصة) ,
dan (3) permainan bahasa (اللعب
اللغوي) . Ketiga bentuk permainan tersebut dikemukakan secara garis besar di
makalah ini. Sedangkan contoh-contoh permainan dan cara penerapannya dalam
pembelajaran dapat dilihat pada lampiran.
Puisi dan Lagu/Nyanyian (الشعروالقصيدة/الغناء)
Anak-anak dalam
berbagai umur pada dasarnya senang mendengarkan, menyanyikan, dan belajar
dengan puisi dan nyanyian/lagu. Oleh karena itu musik secara umum merupakan
bagian penting dari proses belajar-mengajar bagi kelas anak-anak. Hampir semua
bentuk nyanyian –dari yang tradisional sampai dengan yang pop- dapat
dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran. Hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa guru hendaknya dapat memilih/menyeleksi –atau menciptakan- lagu yang
dapat digunakan baik untuk menyanyi bersama maupun untuk menyanyi sambil
melakukan kegiatan.
Pemanfaatan puisi dan lagu dalam
pembelajaran ALA
adalah untuk tujuan berikut.
1.
Menumbuhkan sensitifitas
anak terhadap bunyi, irama, dan nada dalam bahasa Arab.
2.
Melatih pengucapan ungkapan
sederhana dalam bahasa Arab.
3.
Melatih penggunaan kosakata
bahasa Arab yang ada dalam puisi dan lagu.
4.
Mengembangkan permainan
dengan bunyi-bunyi atau ujaran-ujaran dalam bahasa Arab.
5.
Mengembangkan permainan dengan
peragaan puisi dan lagu yang dihafalkan.
6.
Memperkenalkan ejaan, kalimat berita, tanya, dan
perintah.
Di samping itu, puisi dan lagu juga dapat dimanfaatkan untuk
tujuan berikut.
1.
Membuat kaitan antara kegiatan dan benda/obyek melalui
syair puisi dan lagu.
2.
Meresapkan bunyi-bunyi bahasa Arab.
3.
Mengembangkan kepekaan ritme.
4.
Menghafal kosakata.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam memilih puisi dan lagu untuk pembelajaran ALA adalah sebagai berikut.
1.
Syair atau kata-kata dalam puisi dan lagu hendaknya jelas.
- Bahasa yang digunakan dalam puisi
dan lagu tersebut tidak terlalu sulit.
- Tema puisi dan lagu dipilih yang
sesuai dengan dunia anak.
- Puisi dan lagu tidak terlalu
panjang
- Puisi dan lagu
diupayakan memiliki keterkaitan dengan materi yang diajarkan
Beberapa
contoh lagu dapat dilihat pada bagian akhir makalah ini.
Berikut ini beberapa judul puisi dan
lagu berbahasa Arab sesuai dengan kriteria tersebut. Teks puisi dan lagu dapat dilihat pada
lampiran.
Puisi
1. البرتقال
2. التفاحة
3. القط
4. أمي
5. أبي
Lagu
Lagu untuk dinyanyikan
saja (Muhaiban, 2010)
1.
الفأر
2.
أ ب ج د
3.
ركوب القطار
4.
ركوب العربة
5.
صوت الأمطار
Lagu untuk dinyanyikan
dan diperagakan
1.
عيناي اثنتان
2.
هذا قلم وذاك كتاب
3.
لو أنت سعيد
Langkah-langkah
Penggunaan Puisi dan Lagu
Langkah-langkah yang ditempuh oleh
guru dalam menggunakan puisi dan lagu dalam pembelajaran ALA disesuaikan dengan tema, suasana kelas, dan tujuan penggunaan puisi
dan lagu tersebut. Berikut dikemukakan beberapa contoh langkah yang dapat
ditempuh oleh guru.
Contoh
1
1.
Guru menginformasikan judul
puisi atau lagu kepada siswa
2.
Guru membacakan puisi atau
menyanyikan lagu sekali sebagai contoh dan
siswa diminta mendengarkan dan memperthatikan guru
3.
Guru memberikan
kata-kata/syair puisi atau lagu kepada siswa secara tertulis
4.
Guru membacakan syair puisi
atau lagu dan siswa diminta menirukan
5.
Guru menyanyikan seluruh
syair lagu atau membacakan syair puisi dan siswa bersama-sama mengikuti secara
perlahan-lahan
6.
Guru bersama siswa
mengulangi menyanyikan lagu atau membaca puisi dengan kecepatan normal
7.
Apabila lagu atau puisi
tersebut dapat diperagakan, siswa diminta berdiri dan melakukan peragaan dengan contoh dari
guru
8.
Guru menjelaskan isi puisi
atau lagu sebagai materi pembelajaran yang diajarkan.
Contoh
2
Judul Lagu صوت
الأمطار
- Pembukaan
- Guru mengemukakan
pertanyaan tentang pohon dan bagian-bagiannya yang ada di kebun
- Guru menjelaskan
materi (lagu) dengan menggunakan kartu gambar atau benda asli yang ada di
kebun
- Guru melatihkan
pengucapan kosa kata dari kartu gambar atau benda asli
- Guru membagi siswa
dalam kelompok kecil
- Guru meminta
kelompok untuk menempelkan kartu kosa kata pada gambar atau benda asli
yang sesuai
- Kelompok yang tercepat menyelesaikan tugas mendapatkan poin
- Salah satu kelompok diminta membacakan hasil tugasnya
- Siswa kembali kepada
kelompok
- Guru memperdengarkan lagu dan kelompok diminta menuliskan kosa kata
yang dapat mereka tangkap dari lagu tersebut
- Kelompok yang paling banyak menangkap kosa kata dan menuliskannya
dengan benar mendapatkan poin
- Guru menuliskan lirik lagu di papan tulis atau membagikan fotocopy
teks lagu
- Guru memperdengarkan lagu sekali lagi dan siswa diminta menirukan
- Guru bersama siswa menyanyikan lagu dengan kecepatan normal
- Guru mengevaluasi pemahaman siswa dengan kartu yang digunakan pada
awal pelajaran
- Guru meminta 2 atau 3 orang orang untuk menyanyikan lagu
- Guru meminta siswa
untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya mengenai pembelajaran dengan
lagu tersebut.
Contoh 3
Judul Puisi البرتقال
- Pembukaan
- Guru menanyakan
kepada siswa mengenai jenis buah-buahan (yang mengarah kepada jawaban البرتقال)
- Guru mengeluarkan
buah jeruk yang telah dipersiapkan
- Guru menanyakan
warna-warna jeruk dan melatihkan pengucapan kosa kata dengan bantuan kartu
kata
- Guru menanyakan
rasa jeruk dan melatihkan pengucapan kata dengan bantuan kartu kata
- Guru menanyakan
bentuk jeruk dan melatihkan pengucapan dengan bantuan kartu kata
- Siswa dibagi dalam
kelompok kecil
- Setiap kelompok
diminta untuk mewarnai gambar sesuai dengan kosa kata yang tertulis dalam
gambar tersebut
- Siswa yang paling cepat menyelesaikan tugas mendapatkan poin
- Salah satu kelompok diminta mempresentasikan hasil kerjanya
- Guru menuliskan teks puisi di papan tulis atau membagikan fotokopy
teks puisi
- Guru memberikan
contoh cara membaca dan siswa menirukan secara bersama-sama
- Guru meminta 2 atau
3 orang siswa untuk membacakan puisi
- Guru mengevaluasi
pemahaman siswa tentang warna dan bentuk dengan bantuan kartu
- Guru melakukan
refleksi
Cerita (القصة)
Seperti halnya lagu, cerita juga
merupakan hal penting dalam pembelajaran ALA. Mendengarkan cerita yang
dibacakan atau diceritakan oleh guru merupakan kegiatan yang disenangi oleh
siswa kanak-kanak. Namun demikian, siswa yang lebih besar dapat diminta untuk
melakukan sesuatu selama mendengarkan cerita, misalnya menggambar sesuatu yang
ada dalam cerita, atau diminta membuat cerita dari rangkaian gambar atau
kartun.
Dalam membaca cerita, guru membaca
cerita dari buku dengan suara yang keras. Untuk keperluan ini
sebaiknya guru menggunakan buku besar (Big Book/ (كتاب كبير yang dapat
dilihat dengan jelas oleh semua siswa. Kegiatan dalam kelas cerita ini dapat
bervariasi sesuai dengan umur siswa. Siswa yang lebih kecil dapat diminta
untuk “mendengarkan dan melakukan”,(الاستماع
والعمل) ”mendengarkan
dan menirukan” ,(الاستماع والترديد) atau “memantomimkan” (التقليد/التهريج).
Di sisi lain, siswa yang lebih besar
dapat diminta untuk melakukan kegiatan yang lebih kompleks seperti
“mendengarkan dan menggambarkan route”
,(الاستماع
ورسم الطريق)
“melihat dan menceritakan cerita”(المشاهدة والحكاية) , atau
“mendramatisasikan cerita” (التمثيل).
Agar pembelajaran dengan menggunakan cerita dapat
berjalan dengan baik, perlu diperhatikan hal-hal berikut.
- Guru
hendaknya menyiapkan kerangka cerita.
- Guru
menyajikan cerita dengan suara yang keras dan jelas.
- Guru hendaknya menggunakan
ekspresi, mimik, gerakan, dan isyarat.
- Guru
hendaknya menggunakan kontak pandang dengan siswa.
- Guru perlu menyiapkan siswa untuk
mendengarkan cerita dengan mengemukakan beberapa
pertanyaan pancingan.
- Guru hendaknya selalu
memperhatikan waktu.
3. Permainan Bahasa (اللعب اللغوي)
Anak-anak pada umumnya memiliki
permainan favorit yang sering mereka lakukan. Guru dapat memanfaatkan permainan
mereka itu dalam pembelajaran ALA. Beberapa permainan dapat dilakukan di dalam
kelas, ada juga yang lebih baik dilakukan di luar. Adalah tugas guru untuk
memilih permainan yang sesuai dengan anak-anak dan lingkungan.
- Guru hendaknya memilih permainan yang dapat mendorong siswa untuk
menggunakan bahasa Arab
- Guru hendaknya memilih permainan yang dapat melibatkan seluruh kelas
- Guru dapat menggunakan permainan sebagai selingan, atau pancingan
- Guru hendaknya tidak memilih permainan yang dapat mendorong
siswa bersikap agresif
- Guru sebaiknya tidak menggunakan permainan untuk jam pelajaran
penuh
Sebelum
memulai permainan, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut.
- Guru menginformasikan kepada siswa bahwa kelas akan melakukan
permainan.
- Hal ini perlu agar mereka siap secara fisik dan mental untuk bermain.
- Guru mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan permainan.
- Guru perlu menjelaskan aturan permainan sejelas mungkin, dan yakin
bahwa setiap siswa sudah memahami
aturan tersebut.
- Guru perlu melatih siswa mengenai aspek-aspek kebahasaan yang akan Dimainkan.
- Guru hendaknya memberikan contoh permainan sehingga siswa mengetahui
dengan baik bagaimana permainan itu harus dilakukan.
Beberapa
bentuk permainan dan langkah-langkah pelaksanaannya dapat dilihat pada
lampiran.
PENUTUP
Metode yang dipaparkan dalam makalah ini barulah
sebagian kecil dari banyak metode pembelajaran ALA. Dalam pembelajaran ALA guru
dituntut untuk kreatif, tidak saja dalam penggunaan metode dan teknik pembelajaran,
tetapi juga dalam pengembangan aspek-aspek pembelajaran yang lain seperti
materi, media atau alat bantu
pembelajaran, dan memilih alat evaluasi dan penilaian. Juga kreatif dalam
menciptakan berbagai macam permainan yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran
ALA.
Di samping itu, guru juga perlu mengetahui dengan
baik karakteristik anak sebagai dasar untuk merancang, menetapkan, dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Ketelatenan, ketekunan, dan kesabaran guru
dalam membelajarkan anak-anak juga merupakan faktor lain yang tidak kalah
pentingnya dalam mencapai tujuan pembelajaran ALA.
DAFTAR RUJUKAN
Anugerahwati. 2000. Material Selection
and Development: Games, Songs, and
Stories. Makalah tidak diterbitkan. Malang : State University of Malang .
Badko
TPQ Jawa Tengah. 2005. Data TPQ Propinsi Jawa Tengah, (Online), (www.
nurusolah.wordpress.com,
diakses 20 Oktober 2010)
Effendy.
2001. Peta Pembelajaran Bahasa Aeab di Indonesia. Jurnal Bahasa dan Seni.
Malang:
Fakultasa Sastra UM.
E.
Suyanto. 2000. Background Knowledge on EYL: Polycy, curricullum, teacher and
Students’ Characteristics. Makalah tidak
diterbitkan. Malang Universitas
Negeri Malang
Kemenag. 2008. Data Madrasah
Ibtidaiyyah di Indonesia, (Online),
(www.mirror.unpad.ic.id, diakses 20
Oktober 2010)
Kemendiknas.2005. Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional
Pendidikan. Jakarta:
Kemendiknas
Krashen, Stephen D. 1981. Second Language
Acquisition and Second Language
Learning. New
York: Pergamon Press.
Muhaiban .2010. Tarnimatul
Athfal: Lagu-lagu Berbahasa Arab utuk siswa TK dan
MI. Malang: Markaz at-Ta`allum Adz-Dzaty, JSA FS U.
Malang: Fakultas sastra UM.
Rachmayanti.
2000. Maerial Selection and Development: Vocabulary, Structure, and
Text. Makalah tidak diterbitkan. Malang :
State University
of Malang .
Scott,
Wendy A dan Ytreberg, Lisbeth H. 1990. Teaching English to Children. New
Lampiran 1
Contoh Puisi
البرتقال
أحب
البرتقال
البرتقال
أصفر أو أخضر
البرتقال
كروي
البرتقال
حلو أو حامض
البرتقال
نافع للجسم
التفاحة
أنا
في الحديقة
الحديقة
واسعة
فيها
تفاحات كثيرة
منها
أحمر ومنها أخضر
التفاحة
كروية
التفاحة
لذيذة
أنا
أحب التفاحة
Lampiran 2
Contoh Lagu
1ـ رُكُوْبُ اْلعَرَبَة
اُشَارِِكُ أَبِي إِلَى اْلمَدِيْنَة فِي اْلأَحَد
رَكِبْتُ اْلعَرَبَة وَجَلَسْتُ فِي اْلمَقْدَمِ
جَانِبَ سَائِقِ اْلعَرَبَة يَعْمَلُ بِهَا
يَسُوْقُ اْلحِصَان لِيَجْرِيَ جَرْيًا حَسَنًا
طُك طِك طَك طِك طُك طِك طَك طِك طُك
طك طك طك طك طك صَوْتُ نَعْلِ الْحِصَان
2ـ
صَوْتُ اْلأَمْطَار
طِيك
طِيك طِيك
صَوْتُ اْلأَمْطَار
فَوْقَ اْلقِرْمِيْد
وَهِيَ تَنْزِل
غَزِيْرَة لا َتُحْصَى
اُنْظُرِِ اْلأَغْصَان وَكَذَا اْلفُرُوع
أَشْجَارُ اْلبُسْتَان
كُلٌّ يَبْتَلُّ
3ـ
عَيْنَايَ اثْنَتَانِ
عَيْنَايَ اثْنَتَانِ
وَأَنْفِي وَاحِدٌ
رِجْلاَيَ اثْنَتَانِ
بِالْحِذَاءِ الْجَدِيْد
يَدَايَ اثْنَتَانِ
يُمْنَي وَيُسْرَي
وَفَمِي وَاحِدُ
أَقْرَأ بِهِ اْلقُرْآن
4 ـ اُنْظُرْ بُسْتَانِي
اُنْظُرْ بُسْتاَنِي
مَلِيءٌ بِالزُّهُوْر
مِنْهَا أَبْيَضُ وَمِنْهَا أَحْمَرُ
أَنَا أَسْقِيْهَا
فِي كُلِّ يَوْمٍ
وَرْدَة ويَاسَمِيْن
الكُلُّ جَمِيْلُ
Lampiran 3
Contoh Permainan
Tebak Gambar
Langkah-langkah:
- Guru menjelaskan prosedur permainan
- Guru
menyiapkan gambar
- Guru tidak
memperlihatkan gambar di depan siswa
- Guru
memberikan sedikit gambaran tentang gambar tersebut
- Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang gambar
- Guru meminta
siswa menebak gambar melalui pertanyaan-pertanyaan dengan هل
- Guru dapat memberikan penghargaan kepada siswa yang benar dalam menebak
Contoh
I
م : هذه صورة رجل، هو يعمل شيئا.
ت : هل هو يمشي؟
م : لا
ت : هل هو يجري؟
م : لا
ت : هل هو يجلس؟
م : نعم، هو يجلس، فمن هو؟
Contoh II
م : هذه صورة مكان فيه نباتات
ت : هل هو واسع؟
م : من
الممكن
ت : هل هناك الرز؟
م : نعم، فما هي؟
Mendeskripsikan Gambar
Langkah-langkah
- Guru
memberikan informasi kepada siswa tentang langkah-langkah pembelajaran
yang akan dilaksanakan
- Guru
menyiapkan gambar dalam bentuk besar sehingga siswa dapat melihat dengan jelas
- Guru
memperlihatkan gambar di depan kelas
- Guru
mendeskripsikan gambar per kalimat. Kalimat yang diucapkan guru dibuat tidak selalu
sesuai dengan gambar
- Siswa diminta
memperhatikan kalimat, dan membetulkan kalimat yang tidak tepat, menjadi kalimat yang sesuai
dengan gambar, secara langsung dengan lisan atau berupa catatan
- Guru mendeskripsikan kembali dengan kalimat yang benar sesuai gambar
- Guru bersama
siswa mngoreksi hasil kerja siswa

م : هناك ثلاثة أطفال في
الصورة
ت : خطأ، هناك خمسة أطفال في
الصورة
م : هناك خمسة أطفال في الصورة،
هم يغتسلون في المطبخ
ت : خطأ، هم يغتسلون في الحمام
م : هم يغتسلون في الحمام، هم يبكون
ت : خطأ، هم يضحكون
Contoh permainan
ini merupakan sebagian tugas matakuliah ALA yang disusun oleh: Athi` Indah
Erdiyanti, Agus Tri Rai Murti, dan Azizatul Mufidah, mahasiswa angkatan 2003
JSA FS UM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar