Jumat, 29 Juli 2016

ARABIC FOR YOUNG LEANERS

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK


PENDAHULUAN
           
Guru sebagai pendidik profesional dituntut untuk memiliki kompetensi sebagaimana  tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kompetensi tersebut terangkum dalam 4 (empat) komponen, yaitu: (1)  kompetensi pedagogik, (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi kepribadian. Di antara 4 (empat) kompetensi  tersebut, yang secara langsung terkait dengan kegiatan pembelajaran adalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.  Kompetensi pedagogik menuntut guru untuk menguasai aspek-aspek pembelajaran seperti teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik,  menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang studi yang diampu, dan memahami karakteristik peserta didik dari berbagai aspeknya. Sementara itu, kompetensi profesional menuntut guru untuk antara lain menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, di samping menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran tersebut.  


Berdasarkan hal itu, guru profesional bahasa Arab, terutama guru bahasa Arab tingkat dasar dan pra sekolah yang menjadi bahasan makalah ini, juga dituntut untuk memiliki semua kompetensi tersebut. Permasalahan muncul ketika kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar guru bahasa Arab tingkat dasar dan pra sekolah (TK/TKQ/TPQ/SDI/MI) tidak dipersiapkan secara khusus atau tidak memiliki kualifikasi untuk mengajar bahasa Arab pada satuan pendidikan tersebut.
Data pada Kementerian Agama RI menunjukkan bahwa jumlah guru MIN di Indonesia mencapai 11.478. Guru tersebut berstatus PNS. Sedangkan pada MIS, guru yang berstatus PNS sebanyak 25.918. Dari data tersebut diketahui bahwa terdapat  sebanyak 11.489 orang guru atau 30,7% secara kualifikasi pendidikan tidak memenuhi syarat sebagai guru MI karena mereka umumnya lulusan SLTA/PGA atau D1.
Hal tersebut juga sesuai dengan pengamatan dan informasi dari para mahasiswa  dan alumini Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra UM, bahwa para guru bahasa Arab di TK/TPQ/SDI/MI khususnya di Malang Raya, pada umumnya tidak memiliki latar belakang pendidikan guru bahasa Arab. Relatif sedikit di antara mereka yang pernah mengikuti pelatihan tentang pembelajaran bahasa Arab.
Implikasi dari kenyataan tersebut antara lain rendahnya motivasi siswa untuk belajar bahasa Arab, bahasa Arab dikesani sebagai pelajaran yang sulit, dan tidak maksimalnya pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk memperluas wawasan guru bahasa Arab mengenai: teori dan prinsip-prinsip pembelajaran, materi pembelajaran, dan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.
Makalah ringkas ini berupaya memaparkan secara garis besar strategi dan metode pembelajaran bahasa Arab yang dapat diterapkan oleh para guru bahasa Arab dalam pembelajaran bahasa Arab tingkat dasar dan pra sekolah. Karena terbatasnya ruang dan waktu, strategi dan metode pembelajaran dipaparkan secara garis besar dan dibatasi pada hal-hal yang relatif relevan dengan pembelajaran bahasa Arab pada tingkat dasar dan pra sekolah. Semoga upaya sederhana ini dapat memberikan kontribusi bagi penciptaan pembelajaran bahasa Arab yang efektif, efisien, dan menyenangkan.

PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK
Pembelajaran bahasa Arab untuk anak, atau Al-`Arabiyyah lil Athfal, selanjutnya disingkat ALA, dalam bentuk verbal yang bertujuan mengajarkan kete-rampilan membaca Al-Qur’an dan do’a-da’a serta bacaan-bacaan shalat telah lama berlangsung di Indonesia. Pembelajaran ALA seperti ini dilaksanakan di rumah-rumah keluarga muslim, di masjid, mushalla, madrasah diniyah, atau di taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) (Effendy, 2001). Juga pada lembaga pendidikan formal seperti Madrasah Ibtidaiyyah (MI), atau Sekolah Dasar Islam (SDI).
Pembelajaran ALA menduduki tempat yang strategis dalam konteks pembelajaran bahasa Arab secara umum di Indonesia. Di samping karena jumlah lembaga pendidikan dasar -baik formal maupun non-formal- relatif besar, juga karena anak-anak pada usia pendidikan dasar dan pra sekolah tersebut pada dasarnya cenderung mudah belajar bahasa terutama yang terkait dengan oral skill.
Menurut data Kementerian Agama Republik Indonesia yang diunggah di mirror.unpad.ac.id, jumlah MI saja di Indonesia saat ini mencapai 22.799 madrasah. Jumlah itu terdiri atas 1.482 (6,5%) madrasah Ibtidaiyyah Negeri (MIN), dan 21.317 (93,5%) Madrasah Ibtidaiyyah Swasta (MIS). Sedangkan jumlah TKQ/TPQ yang diperkirakan lebih banyak, belum ada data resminya secara nasional. Sebagai gambaran mengenai jumlah TKQ/TPQ yang lebih besar tersebut bisa dilihat data untuk Profinsi Jawa Tengah. Menurut data Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Tengah yang diunggah pada website Badko TPQ Jawa Tengah, jumlah TPQ di propinsi itu pada tahun 2005 tercatat 19.119. Data tersebut terus mengalami kenaikan sehigga sekarang diperkirakan jumlahnya mencapai 21.000.
Jumlah lembaga pendidikan dasar dan pra sekolah yang besar tersebut merupakan modal bagi pengembangan pembelajaran ALA pada saat ini dan pada masa-masa mendatang, terutama pengembangan yang terkait dengan tujuan, strategi pembelajaran, dan metode. Di samping itu, jumlah yang besar itu juga dapat menjadi lahan pengabdian bagi para guru bahasa Arab dalam mengembangkan pembelajaran bahasa Arab di negeri ini.
Selama ini tujuan pembelajaran ALA adalah untuk mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an dan menulis huruf Arab dalam lingkup terbatas. Sedangkan metode yang dipakai adalah metode hapalan. Untuk pengenalan huruf Arab dipakai metode eja atau thariqah hajaiyyah. Pada tahun delapan puluhan dikembangkan metode baru yang berbasis pengenalan bunyi yang dikenal dengan thariqah shautiyyah tahliliyyah tarkibiyyah (Effendy, 2001). Pada saat ini terdapat sejumlah madrasah ibtidaiyyah dan TPQ yang berupaya  mengembangkan pembelajaran ALA tersebut. Pengembangan diarahkan pada pembelajaran kemampuan dasar bahasa Arab.
Agar pembelajaran ALA dapat berlangsung efektif dan efisien serta menyenangkan, perlu dilakukan upaya untuk membekali guru dengan pengetahuan dan pengalaman pembelajaran ALA. Hal itu dapat diwujudkan dengan memberikan pelatihan pembelajaran ALA bagi guru-guru bahasa Arab. Pengetahuan praktis tentang pemilihan materi, strategi, dan media pembelajaran ALA mungkin akan membantu para guru dalam mengatasi permasalahan pembelajaran ALA baik di lembaga pendidikan formal maupun non-formal.

KARAKTERISTIK GURU DALAM PEMBELAJARAN ALA
Guru dalam pembelajaran menduduki peran yang penting, terlebih lagi pada pendidikan tingkat dasar dan pra sekolah. Dalam konteks pembelajaran ALA, di samping dituntut memiliki kemampuan bahasa Arab yang baik, guru ALA hendaknya juga memiliki sifat dan sikap aktif, kreatif, menyenangkan, dan terbuka. Philip (1995, dalam Suyanto, 2000) menyatakan bahwa membantu siswa untuk belajar dan berkembang itu lebih penting dari pada sekedar mengajarkan bahasa. Itu berarti bahwa

apabila kegiatan atau aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa  menyenangkan, pelajaran akan berkesan dan mudah diingat oleh siswa.
Sebagaimana dikemukakan pada bagian awal makalah ini, guru profesional pembelajaran ALA dituntut memiliki kompetensi untuk mengajarkan bahasa Arab pada siswa taman kanak-kanak dan sekolah dasar. Berikut dikemukakan 2 (dua) dari 4 (empat) kompetensi yang digariskan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang sekaligus menjadi karakteristik yang perlu dimiliki oleh guru, termasuk guru bahasa Arab. Kompetensi tersebut asalah kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional.

Kompetensi Pedagogik
            Kompetensi pedagogik menyangkut penguasaan teori belajar dan pembelajaran serta mengenal peserta didik secara mendalam. Kompetensi ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
  1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.
  2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yasng mendidik.
  3. Menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.
  4. Terampil melakukan kegiatan pengembangan yang mendidik.
  5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
  6. Menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.
  7. Berkomunikasi secara efektif, impatik, dan santun dengan peserta didik.
  8. Terampil melakukan penilaian  dan ervaluasi proses dan hasil belajar.
  9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
  10. Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kompetensi Profesional
            Kompetensi profesional menyangkut penguasaan bidang ilmu yang diampu. Kompetensi ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
  1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

  1. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasaara mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
  2. Mengembangkan secara kreatif materi pembelajaran yang diampu.
  3. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
  4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembagkan diri.

KARAKTERISTIK ANAK DALAM PEMBELAJARAN ALA

            Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran ALA, guru hendaknya terlebih dahulu memahami karakteristik anak didiknya, sehingga dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak tersebut. Anak-anak pada satuan pendidikan tingkat dasar dan pra sekolah masih belajar tentang lingkungan mereka. Mereka gemar berbicara tentang diri mereka sendiri, orang tua (bapak/ibu), mainan, dan teman bermain. Mereka senang berlari-lari kesana kemari dan senang belajar sesuatu dengan cara langsung mempraktekkannya seperti bernyanyi, bermain, mewarnai, dan menggunting gambar. Anak-anak cenderung senang bertanya. Hal itu karena secara sosial, mereka perlu mengembangkan serangkaian karakteristik yang memungkinkan mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka berada. Berikut dikemukakan karakteristik anak dalam pembelajaran bahasa menurut Krashen (1981)

1.      Anak-anak memiliki kecenderungan suka bermain dan bersenang-senang
2.      Mereka memahami hal-hal di sekitarnya secara holistic (utuh) tidak secara analitik (njelimet)
3.      Mereka belajar bahasa melewati suatu masa yang disebut dengan “periode bisu” (fathratush shumti/silent period). Pada awal belajar bahasa, anak-anak masih hanya dapat mendengar, belum dapat berbicara.
4.      Mereka cenderung belajar bahasa melalui pemerolehan (iktisab/acquisition), yaitu suatu pengembangan kemampuan berbahasa dalam setting alamiah, bukan mempelajari bahasa secara formal (learning) dengan mengkaji aturan-aturan bahasa.


5.      Pada umumnya anak-anak pada usia sekolah dasar berada pada tahap berpikir secara kongkrit.

Sementra itu, Scott dan Ytreberg (1990) mengemukakan berbagai karakteristik anak, di antaranya berikut ini.
1.      Anak-anak dapat mengutarakan sesuatu yang telah mereka kerjakan dan mereka dengarkan
2.      Anak-anak belajar sambil “bekerja” (learning by doing)
3.      Anak-anak memperoleh pemahaman melalui gerakan (isyarat) tangan dan mata
4.      Mereka suka bermain dan mempelajari sesuatu yang disenangi
5.      Mereka sudah bisa “berargumentasi” (membantah)
6.      Kosa kata mereka tidak sama dengan kosa kata orang dewasa (mereka belum bisa memahami ungkapan yang biasa digunakan oleh orang dewasa).
7.      Anak-anak lebih cepat memahami situasi dari pada memahami bahasa yang digunakan.
8.      Mereka dapat bekerjasama dengan orang dewasa


STRATEGI PEMBELAJARAN ALA

Salah satu prinsip umum pembelajaran adalah bahwa pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan mempertimbangkan karakteristik individual siswa yang menyangkut perkembangan emosional, perkembangan intelektual, kondisi sosial,  dan lingkungan budaya. Pada dasarnya pembelajaran ALA juga harus berpijak pada prinsip-prinsip umum tersebut. Di samping itu, ada prinsip dasar yang perlu diperhatikan sesuai dengan karakteristik anak. Para ahli pembelajaran bahasa untuk anak, di antaranya Scott, Lee, dan Borridge (dalam Rachmayanti, 2000) mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran yang perlu diperhatikan berikut ini.

1.  Pembelajaran hendaknya berpijak pada dunia anak. Dunia anak berkisar pada keluarga, rumah, sekolah, mainan, dan teman bermain.

2.  Berangkat dari sesuatu yang sudah diketahui dan dekat dengan atau mudah   dijangkau oleh siswa ke sesuatu yang belum diketahui atau jauh dari jangkauan mereka (dari lingkungan rumah beranjak ke luar rumah, beralih ke teman sejawat, kemudian ke lingkungan sekolah).
3.   Pembelajaran dikaitkan dengan hal-hal yang menjadi interes anak.
4.  Pokok-pokok pembelajaran yang disajikan berangkat dari  pengetahuan yang telah dimiliki siswa, dengan menggunakan bahasa Arab sederhana.
5.  Tugas-tugas diorientasikan kepada aktivitas atau kegiatan.
6.  Bahan pembelajaran merupakan kombinasi antara sesuatu yang bersifat fiksi dan non-fiksi/konkrit.
7. Materi diorientasikan kepada pelaksanaan silabus dan pengembangan dua komponen   bahasa (kosa kata dan struktur) dan empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis).
8.   Budaya nasional dan asing dikenalkan secara bertahap
9.  Pokok-pokok pembelajaran dan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan usia anak.
Untuk memilih dan menentukan strategi pembelajaran ALA, guru hendaknya terlebih dahulu memahami dengan baik prinsip-prinsip pembelajaran ALA  dan karakteristik siswa yang akan belajar. Karakteristik siswa tersebut antara lain seperti yang telah disebutkan terdahulu, misalnya siswa (1) masih belajar dan senang berbicara tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang mempraktekkan sesuatu yang baru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung senang bertanya, (5) cenderung senang mendapatkan penghargaan, dan (6) cenderung mau melakukan sesuatu karena dorongan dari luar. Berdasarkan beberapa karakteristik tersebut, guru dapat memilih strategi pembelajaran ALA yang sesuai. Berikut ini dikemukakan strategi pembelajaan ALA secara umum.

Salah satu karakteristik siswa adalah bahwa pengetahuan mereka masih terbatas pada lingkungan hidup mereka sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut maka materi pelajaran sebaiknya dipilihkan hal-hal yang terkait dengan lingkungan mereka. Misalnya tentang diri mereka sendiri, orang tua (bapak/ibu), saudara kandung, rumah dan isinya, binatang piaraan, mainan, lingkungan sekolah, dan teman bermain.

            Di muka telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik anak adalah bahwa mereka senang bertanya. Hal tersebut perlu dijadikan pertimbangan oleh guru dalam memilih strategi pembelajaran. Dalam memulai kegiatan pembelajaran misalnya, guru dapat merangsang lahirnya keingintahuan siswa. Dengan demikian akan timbul pertanyaan atau komentar dari siswa yang mengarah pada substansi materi. Dengan lahirnya pertanyaan dari siswa tersebut sangat memungkinkan terjadinya interaksi dan kominaksi multi arah.


            Untuk memotivasi agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, guru dapat melakukan variasi. Variasi ini bisa dilakuan dari segi materi, metode/teknik, media, dan tempat. Motivasi juga bisa diberikan kepada siswa dalam bentuk hadiah berupa pujian, nasihat/himbauan, nyanyian, barang, dan pemaparan hasil karya.



METODE PEMBELAJARAN ALA
Dalam memilih metode atau teknik pembelajaran ALA, guru juga perlu melihat salah satu karakteristik yang menonjol pada anak, yaitu bahwa mereka senang bermain. Melihat karakteristik seperti itu, maka metode yang relevan untuk pembelajaran ALA adalah metode bermain dengan berbagai tekniknya. Bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain mungkin lebih relevan bagi mereka karena pada dasarnya mereka cenderung menyukai aktivitas. Guru hendaknya dapat mengemas aktivitas tersebut dalam permainan dan sekaligus pembelajaran. 
Permainan yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Arab bervariasi. Permainan itu berupa permaian bahasa yang telah umum diketahui oleh guru dan siswa, maupun permaian yang dikembangkan sendiri oleh guru dari permainan tradisional yang sudah akrab dengan anak.
Dalam makalah ini dikemukakan beberapa contoh permainan yang terangkum dalam bentuk  (1)  puisi dan lagu  (الشعروالقصيدة/الغناء), (2) cerita (القصة) , dan (3) permainan bahasa (اللعب اللغوي) . Ketiga bentuk permainan  tersebut dikemukakan secara garis besar di makalah ini. Sedangkan contoh-contoh permainan dan cara penerapannya dalam pembelajaran dapat dilihat pada lampiran.

Puisi dan Lagu/Nyanyian  (الشعروالقصيدة/الغناء)
Anak-anak dalam berbagai umur pada dasarnya senang mendengarkan, menyanyikan, dan belajar dengan puisi dan nyanyian/lagu. Oleh karena itu musik secara umum merupakan bagian penting dari proses belajar-mengajar bagi kelas anak-anak. Hampir semua bentuk nyanyian –dari yang tradisional sampai dengan yang pop- dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa guru hendaknya dapat memilih/menyeleksi –atau menciptakan- lagu yang dapat digunakan baik untuk menyanyi bersama maupun untuk menyanyi sambil melakukan kegiatan. 
            Pemanfaatan puisi dan lagu dalam pembelajaran ALA adalah untuk tujuan berikut.
1.      Menumbuhkan sensitifitas anak terhadap bunyi, irama, dan nada dalam bahasa Arab.
2.      Melatih pengucapan ungkapan sederhana dalam bahasa Arab.
3.      Melatih penggunaan kosakata bahasa Arab yang ada dalam puisi dan lagu.
4.      Mengembangkan permainan dengan bunyi-bunyi atau ujaran-ujaran dalam bahasa Arab.
5.      Mengembangkan permainan dengan peragaan puisi dan lagu yang dihafalkan.
6.      Memperkenalkan ejaan, kalimat berita, tanya, dan perintah.

Di samping itu, puisi dan lagu juga dapat dimanfaatkan untuk tujuan berikut. 
1.      Membuat kaitan antara kegiatan dan benda/obyek melalui syair puisi dan lagu.
2.      Meresapkan bunyi-bunyi bahasa Arab.
3.      Mengembangkan kepekaan ritme.
4.      Menghafal kosakata.
            Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih puisi dan lagu untuk pembelajaran ALA adalah sebagai berikut.

1.      Syair atau kata-kata dalam puisi dan lagu hendaknya jelas.

  1. Bahasa yang digunakan dalam puisi dan lagu tersebut tidak terlalu sulit.
  2. Tema puisi dan lagu dipilih yang sesuai dengan dunia anak.
  3. Puisi dan lagu tidak terlalu panjang
  4. Puisi dan lagu diupayakan memiliki keterkaitan dengan materi yang diajarkan
Beberapa contoh lagu dapat dilihat pada bagian akhir makalah ini.
Berikut ini beberapa judul puisi dan lagu berbahasa Arab sesuai dengan kriteria tersebut.  Teks puisi dan lagu dapat dilihat pada lampiran.
Puisi
1.   البرتقال
2.  التفاحة
3.  القط
4.  أمي
5.  أبي
Lagu
Lagu untuk dinyanyikan saja (Muhaiban, 2010)
1.      الفأر
2.      أ ب ج د
3.      ركوب القطار
4.      ركوب العربة
5.      صوت الأمطار

Lagu untuk dinyanyikan dan diperagakan
1.      عيناي اثنتان
2.      هذا قلم وذاك كتاب
3.      لو أنت سعيد

Langkah-langkah Penggunaan Puisi dan Lagu

            Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru dalam menggunakan puisi dan lagu dalam pembelajaran ALA disesuaikan dengan tema,  suasana kelas, dan tujuan penggunaan puisi dan lagu tersebut. Berikut dikemukakan beberapa contoh langkah yang dapat ditempuh oleh guru.
Contoh 1
1.      Guru menginformasikan judul puisi atau lagu kepada siswa
2.      Guru membacakan puisi atau menyanyikan lagu sekali sebagai contoh dan  siswa diminta mendengarkan dan memperthatikan guru
3.      Guru memberikan kata-kata/syair puisi atau lagu kepada siswa secara tertulis
4.      Guru membacakan syair puisi atau lagu dan siswa diminta menirukan
5.      Guru menyanyikan seluruh syair lagu atau membacakan syair puisi dan siswa bersama-sama mengikuti secara perlahan-lahan
6.      Guru bersama siswa mengulangi menyanyikan lagu atau membaca puisi dengan kecepatan normal
7.      Apabila lagu atau puisi tersebut dapat diperagakan, siswa diminta berdiri  dan melakukan peragaan dengan contoh dari guru
8.      Guru menjelaskan isi puisi atau lagu sebagai materi pembelajaran yang diajarkan.

Contoh 2

Judul Lagu  صوت الأمطار
  1. Pembukaan
  2. Guru mengemukakan pertanyaan tentang pohon dan bagian-bagiannya yang ada di kebun
  3. Guru menjelaskan materi (lagu) dengan menggunakan kartu gambar atau benda asli yang ada di kebun
  4. Guru melatihkan pengucapan kosa kata dari kartu gambar atau benda asli
  5. Guru membagi siswa dalam kelompok kecil
  6. Guru meminta kelompok untuk menempelkan kartu kosa kata pada gambar atau benda asli yang sesuai
  7. Kelompok yang tercepat menyelesaikan tugas mendapatkan poin
  8. Salah satu kelompok diminta membacakan hasil tugasnya
  9. Siswa kembali kepada kelompok
  10. Guru memperdengarkan lagu dan kelompok diminta menuliskan kosa kata yang dapat mereka tangkap dari lagu tersebut
  11. Kelompok yang paling banyak menangkap kosa kata dan menuliskannya dengan benar mendapatkan poin
  12. Guru menuliskan lirik lagu di papan tulis atau membagikan fotocopy teks lagu
  13. Guru memperdengarkan lagu sekali lagi dan siswa diminta menirukan
  14. Guru bersama siswa menyanyikan lagu dengan kecepatan normal
  15. Guru mengevaluasi pemahaman siswa dengan kartu yang digunakan pada awal pelajaran
  16. Guru meminta 2 atau 3 orang orang untuk menyanyikan lagu
  17. Guru meminta siswa untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya mengenai pembelajaran dengan lagu tersebut.













Contoh 3

Judul Puisi  البرتقال
  1. Pembukaan
  2. Guru menanyakan kepada siswa mengenai jenis buah-buahan (yang mengarah kepada jawaban  البرتقال)
  3. Guru mengeluarkan buah jeruk yang telah dipersiapkan
  4. Guru menanyakan warna-warna jeruk dan melatihkan pengucapan kosa kata dengan bantuan kartu kata
  5. Guru menanyakan rasa jeruk dan melatihkan pengucapan kata dengan bantuan kartu kata
  6. Guru menanyakan bentuk jeruk dan melatihkan pengucapan dengan bantuan kartu kata
  7. Siswa dibagi dalam kelompok kecil
  8. Setiap kelompok diminta untuk mewarnai gambar sesuai dengan kosa kata yang tertulis dalam gambar tersebut
  9. Siswa yang paling cepat menyelesaikan tugas mendapatkan poin
  10. Salah satu kelompok diminta mempresentasikan hasil kerjanya
  11. Guru menuliskan teks puisi di papan tulis atau membagikan fotokopy teks puisi
  12. Guru memberikan contoh cara membaca dan siswa menirukan secara bersama-sama
  13. Guru meminta 2 atau 3 orang siswa untuk membacakan puisi
  14. Guru mengevaluasi pemahaman siswa tentang warna dan bentuk dengan bantuan kartu
  15. Guru melakukan refleksi

Cerita   (القصة)
            Seperti halnya lagu, cerita juga merupakan hal penting dalam pembelajaran ALA. Mendengarkan cerita yang dibacakan atau diceritakan oleh guru merupakan kegiatan yang disenangi oleh siswa kanak-kanak. Namun demikian, siswa yang lebih besar dapat diminta untuk melakukan sesuatu selama mendengarkan cerita, misalnya menggambar sesuatu yang ada dalam cerita, atau diminta membuat cerita dari rangkaian gambar atau kartun.
            Ada dua kegiatan yang dapat dilakukan guru dengan cerita, yaitu menceritakan cerita dan membacakan cerita. Dalam menceritakan cerita, guru tidak membawa buku dan tidak terpaku pada cerita yang akan diceritakan. Guru dapat mengimprovisasi  cerita yang sedang diceritakannya itu dengan sedikit mengubah atau menyesuaikan bahasanya dengan tingkatan anak-anak.

Dalam membaca cerita, guru membaca cerita dari buku dengan suara yang    keras. Untuk keperluan ini sebaiknya guru menggunakan buku besar (Big Book/               (كتاب كبير   yang dapat dilihat dengan jelas oleh semua siswa. Kegiatan dalam kelas cerita ini dapat bervariasi sesuai dengan umur siswa. Siswa yang lebih kecil dapat diminta untuk   “mendengarkan dan melakukan”,(الاستماع والعمل) ”mendengarkan dan menirukan” ,(الاستماع والترديد) atau “memantomimkan” (التقليد/التهريج).

            Di sisi lain, siswa yang lebih besar dapat diminta untuk melakukan kegiatan yang lebih kompleks seperti “mendengarkan dan menggambarkan route 
,(الاستماع ورسم الطريق)  “melihat dan menceritakan cerita”(المشاهدة والحكاية) , atau “mendramatisasikan cerita”  (التمثيل).
            Agar pembelajaran dengan menggunakan cerita dapat berjalan dengan baik, perlu diperhatikan hal-hal berikut.
  1. Guru hendaknya menyiapkan kerangka cerita.
  2. Guru menyajikan cerita dengan suara yang keras dan jelas.
  3. Guru hendaknya menggunakan ekspresi, mimik, gerakan, dan isyarat.
  4. Guru hendaknya menggunakan kontak pandang dengan siswa.
  5. Guru perlu menyiapkan siswa untuk mendengarkan cerita dengan mengemukakan beberapa pertanyaan pancingan.
  6. Guru hendaknya selalu memperhatikan waktu.

3. Permainan Bahasa (اللعب اللغوي)
            Anak-anak pada umumnya memiliki permainan favorit yang sering mereka lakukan. Guru dapat memanfaatkan permainan mereka itu dalam pembelajaran ALA. Beberapa permainan dapat dilakukan di dalam kelas, ada juga yang lebih baik dilakukan di luar. Adalah tugas guru untuk memilih permainan yang sesuai dengan anak-anak dan lingkungan.
            Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan dan tidak dilakukan oleh guru dalam memilih dan mengembangkan permainan untuk kelas ALA, antara lain berikut ini (Anugerahwati, 200).
  1. Guru hendaknya memilih permainan yang dapat mendorong siswa untuk menggunakan bahasa Arab
  2. Guru hendaknya memilih permainan yang dapat melibatkan seluruh kelas
  3. Guru dapat menggunakan permainan sebagai selingan, atau pancingan
  4. Guru hendaknya tidak memilih permainan yang dapat mendorong siswa bersikap agresif
  5. Guru sebaiknya tidak menggunakan permainan untuk jam pelajaran penuh  
Sebelum memulai permainan, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut.
  1. Guru menginformasikan kepada siswa bahwa kelas akan melakukan permainan. 
  2. Hal ini perlu agar mereka siap secara fisik dan mental untuk bermain.
  3. Guru mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan permainan.
  4. Guru perlu menjelaskan aturan permainan sejelas mungkin, dan yakin bahwa  setiap siswa sudah memahami aturan tersebut.
  5. Guru perlu melatih siswa mengenai aspek-aspek kebahasaan yang akan Dimainkan.
  6. Guru hendaknya memberikan contoh permainan sehingga siswa mengetahui dengan baik bagaimana permainan itu harus dilakukan.
Beberapa bentuk permainan dan langkah-langkah pelaksanaannya dapat dilihat pada lampiran.

PENUTUP
            Metode yang dipaparkan dalam makalah ini barulah sebagian kecil dari banyak metode pembelajaran ALA. Dalam pembelajaran ALA guru dituntut untuk kreatif, tidak saja dalam penggunaan metode dan teknik pembelajaran, tetapi juga dalam pengembangan aspek-aspek pembelajaran yang lain seperti materi,  media atau alat bantu pembelajaran, dan memilih alat evaluasi dan penilaian. Juga kreatif dalam menciptakan berbagai macam permainan yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran ALA.


Di samping itu, guru juga perlu mengetahui dengan baik karakteristik anak sebagai dasar untuk merancang, menetapkan, dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Ketelatenan, ketekunan, dan kesabaran guru dalam membelajarkan anak-anak juga merupakan faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mencapai tujuan pembelajaran ALA.


DAFTAR RUJUKAN
Anugerahwati. 2000. Material Selection and Development: Games, Songs, and
Stories. Makalah tidak diterbitkan. Malang: State University of Malang.
Badko TPQ Jawa Tengah. 2005. Data TPQ Propinsi Jawa Tengah, (Online), (www.
nurusolah.wordpress.com, diakses 20 Oktober 2010)
Effendy. 2001. Peta Pembelajaran Bahasa Aeab di Indonesia. Jurnal Bahasa dan Seni.
Malang: Fakultasa Sastra UM.
E. Suyanto. 2000. Background Knowledge on EYL: Polycy, curricullum, teacher and
Students’ Characteristics. Makalah tidak diterbitkan. Malang Universitas
Negeri Malang
Kemenag. 2008. Data Madrasah Ibtidaiyyah di Indonesia, (Online),
(www.mirror.unpad.ic.id, diakses 20 Oktober 2010)
Kemendiknas.2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Kemendiknas
Krashen, Stephen D. 1981. Second Language Acquisition and Second Language
Learning. New York: Pergamon Press.
Muhaiban .2010. Tarnimatul Athfal: Lagu-lagu Berbahasa Arab utuk siswa TK dan
MI. Malang: Markaz at-Ta`allum Adz-Dzaty, JSA FS U.
Malang: Fakultas sastra UM.
Rachmayanti. 2000. Maerial Selection and Development: Vocabulary, Structure, and
Text. Makalah tidak diterbitkan. Malang: State University of Malang.
Scott, Wendy A dan Ytreberg, Lisbeth H. 1990. Teaching English to Children. New
York: Longman

















Lampiran 1

Contoh Puisi

البرتقال
أحب البرتقال
البرتقال أصفر أو أخضر
البرتقال كروي
البرتقال حلو أو حامض
البرتقال نافع للجسم


التفاحة
أنا في الحديقة
الحديقة واسعة
فيها تفاحات كثيرة
منها أحمر ومنها أخضر
التفاحة كروية
التفاحة لذيذة
أنا أحب التفاحة











 

Lampiran  2

Contoh Lagu


1ـ رُكُوْبُ اْلعَرَبَة

اُشَارِِكُ أَبِي إِلَى اْلمَدِيْنَة فِي اْلأَحَد
رَكِبْتُ اْلعَرَبَة وَجَلَسْتُ فِي اْلمَقْدَمِ
جَانِبَ سَائِقِ اْلعَرَبَة يَعْمَلُ بِهَا
يَسُوْقُ اْلحِصَان لِيَجْرِيَ جَرْيًا حَسَنًا
طُك طِك طَك طِك طُك طِك طَك طِك طُك
طك طك طك طك طك صَوْتُ نَعْلِ الْحِصَان




2ـ صَوْتُ اْلأَمْطَار

  طِيك طِيك طِيك                  

صَوْتُ اْلأَمْطَار
فَوْقَ اْلقِرْمِيْد
وَهِيَ تَنْزِل
غَزِيْرَة لا َتُحْصَى
اُنْظُرِِ اْلأَغْصَان وَكَذَا اْلفُرُوع
أَشْجَارُ اْلبُسْتَان
كُلٌّ يَبْتَلُّ





3ـ عَيْنَايَ اثْنَتَانِ
عَيْنَايَ اثْنَتَانِ
وَأَنْفِي وَاحِدٌ
رِجْلاَيَ اثْنَتَانِ
بِالْحِذَاءِ الْجَدِيْد
يَدَايَ اثْنَتَانِ
يُمْنَي وَيُسْرَي
وَفَمِي وَاحِدُ
أَقْرَأ بِهِ اْلقُرْآن


  4 ـ اُنْظُرْ بُسْتَانِي
اُنْظُرْ بُسْتاَنِي

مَلِيءٌ بِالزُّهُوْر

مِنْهَا أَبْيَضُ وَمِنْهَا أَحْمَرُ
أَنَا أَسْقِيْهَا
فِي كُلِّ يَوْمٍ
وَرْدَة ويَاسَمِيْن
الكُلُّ جَمِيْلُ





Lampiran 3
Contoh Permainan

Tebak Gambar

Langkah-langkah:
  1. Guru menjelaskan prosedur permainan
  2. Guru menyiapkan gambar
  3. Guru tidak memperlihatkan gambar di depan siswa
  4. Guru memberikan sedikit gambaran tentang gambar tersebut
  5. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang gambar
  6. Guru meminta siswa menebak gambar melalui pertanyaan-pertanyaan dengan هل
  7. Guru dapat memberikan penghargaan kepada siswa yang benar dalam menebak

Contoh I
م : هذه صورة رجل، هو يعمل شيئا.
ت : هل هو يمشي؟
م  : لا
ت : هل هو يجري؟
م  : لا
ت : هل هو يجلس؟
م  : نعم، هو يجلس، فمن هو؟

Contoh II
م  : هذه صورة مكان فيه نباتات
ت : هل هو واسع؟
م  :  من الممكن
ت : هل هناك الرز؟
م  : نعم، فما هي؟



Mendeskripsikan Gambar

Langkah-langkah
  1. Guru memberikan informasi kepada siswa tentang langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
  2. Guru menyiapkan gambar dalam bentuk besar sehingga siswa dapat melihat dengan jelas
  3. Guru memperlihatkan gambar di depan kelas
  4. Guru mendeskripsikan gambar per kalimat. Kalimat yang diucapkan guru dibuat tidak selalu sesuai dengan gambar
  5. Siswa diminta memperhatikan kalimat, dan membetulkan kalimat yang tidak tepat,  menjadi kalimat yang sesuai dengan gambar, secara langsung dengan lisan atau berupa catatan
  6. Guru mendeskripsikan kembali dengan kalimat yang benar sesuai gambar
  7. Guru bersama siswa mngoreksi hasil kerja siswa

Contoh




م      : هناك ثلاثة أطفال في الصورة
ت    : خطأ، هناك خمسة أطفال في الصورة
م      : هناك خمسة أطفال في الصورة، هم يغتسلون في المطبخ
ت    : خطأ، هم يغتسلون في الحمام
م      :  هم يغتسلون في الحمام، هم يبكون
ت    : خطأ، هم يضحكون

Contoh permainan ini merupakan sebagian tugas matakuliah ALA yang disusun oleh: Athi` Indah Erdiyanti, Agus Tri Rai Murti, dan Azizatul Mufidah, mahasiswa angkatan 2003 JSA FS UM.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar