PEMBELAJARAN BAHASA ARAB UNTUK ANAK
(AL-‘ARABIYYAH LIL ATHFAL /ALA)
Muhaiban
Abstrak:
Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
pembelajaran ALA adalah karakteristik siswa. Dalam pemilihan materi, metode,
teknik, media, alat evaluasi, dan tempat pembelajaran, perlu diperhatikan
karakteristik siswa, yaitu bahwa siswa
(1) masih belajar dan senang berbicara tentang lingkungan mereka, (2) senang
bermain, (3) senang mempraktekkan sesuatu yang baru diketahui/dipelajarinya,
(4) cenderung senang bertanya, (5) cenderung senang mendapatkan penghargaan,
dan (6) cenderung mau melakukan sesuatu karena dorongan dari luar.
Kata-kata
kunci: Pembelajaran, Bahasa Arab, ALA
Pembelajaran
bahasa Arab untuk anak atau Al-‘Arabiyyah Lil Athfal (ALA) dalam bentuk
verbal yang bertujuan mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an dan do’a-da’a
serta bacaan-bacaan shalat telah lama berlangsung di Indonesia. Kegiatan
pembelajaran bahasa Arab itu diperkirakan telah berlangsung sejak awal masuknya
agama Islam ke Indonesia yaitu pada abad ke 12 (Muhaiban, 2002).
Pembelajaran ALA
seperti itu dilaksanakan di rumah-rumah keluarga muslim, di masjid, mushalla,
madrasah diniyah, atau di taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ) (Effendy, 2001).
Menurut statistik tahun 1990 (Dhofier, 1994 dalam Effendy, 2001) jumlah
madrasah diniyah saja di Indonesia mencapai 16.680 dengan 2.479.572 santri.
Sedangkan jumlah TPQ yang diperkirakan lebih banyak belum ada data resminya.
Jumlah lembaga
pendidikan dasar yang sangat besar tersebut merupakan modal bagi pengembangan
pembelajaran ALA pada saat ini dan pada masa-masa mendatang. Pengembangan yang
perlu dilakukan terutama menyangkut tujuan, metode, dan strategi pembelajaran.
Selama
ini tujuan pembelajaran ALA sebagaimana tersebut di atas adalah untuk
mengajarkan keterampilan membaca Al-Qur’an dan menulis huruf Arab dalam lingkup
terbatas. Sedangkan metode yang dipakai adalah metode hapalan. Untuk pengenalan
huruf Arab dipakai metode eja atau thariqah hajaiyyah. Pada tahun
Muhaiban adalah
dosen pada Jurusan Sastra Arab, Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang
delapan
puluhan dikembangkan metode baru yang berbasis pengenalan bunyi yang dikenal
dengan thariqah shautiyyah tahliliyyah tarkibiyyah (Effendy, 2001).
Pada saat ini
terdapat sejumlah madrasah ibtidaiyyah dan TPQ yang berupaya mengembangkan ALA tersebut. Pengembangan
diarahkan pada pembelajaran kemampuan dasar bahasa Arab.
Pembelajaran ALA
menduduki tempat yang strategis dalam konteks pembelajaran bahasa Arab secara
umum di Indonesia. Di samping karena jumlah lembaga pendidikan dasar -baik
formal maupun non-formal- sangat besar, juga karena anak-anak pada usia
pendidikan dasar tersebut pada dasarnya cenderung mudah belajar bahasa terutama
yang terkait dengan oral skill.
Permasalahan muncul karena guru kelas pada pendidikan dasar ini umumnya tidak
disiapkan untuk mengajar ALA. Di antara mereka memang ada yang memiliki latar
belakang pendidikan bahasa Arab, akan tetapi tidak secara khusus disiapkan sebagai
guru ALA.
Upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan
pembelajaran ALA bagi guru-guru bahasa Arab. Pengetahuan praktis tentang
pemilihan materi, strategi, dan media pembelajaran ALA mungkin akan membantu
para guru dalam mengatasi permasalahan pembelajaran ALA baik di lembaga
pendidikan formal maupun non-formal.
Artikel ini akan memaparkan secara garis besar
strategi yang mungkin dapat ditempuh oleh para guru bahasa Arab dalam
pembelajaran ALA.
KURIKULUM
ALA
Pembelajaran bahasa
Arab untuk pendidikan tingkat dasar, utamanya di Madrasah Ibtidaiyah, selama
ini mengacu kepada Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Tahun 1994. Dalam kurikulum
tersebut bahasa Arab disajikan mulai kelas 4.
Sebagai perbandingan, untuk Sekolah Dasar, bahasa asing tidak secara
jelas disebutkan dalam kurikulum. Dalam surat keputusan Mendiknas No.
0487/4/1992 Bab VIII disebutkan bahwa
sekolah dasar dapat memasukkan pelajaran tambahan dalam kurikulumnya sepanjang
tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Berkenaan dengan
kebijakan tersebut terbit surat keputusan lain No. 060/U/1993 yang menyatakan
bahwa bahasa Inggris dapat dikenalkan kepada siswa kelas 4 sekolah dasar.
Untuk mendukung kebijakan mengenai
pembelajaran bahasa asing di tingkat dasar tersebut beberapa daerah telah
memasukkan bahasa Inggris ke dalam muatan lokal. Sebagai contoh Depdiknas Jawa
Timur telah mengesahkan kurikulum lokal bahasa Inggris dengan surat keputusan
No. 172/104/4/94/SK. Dalam kurikulum muatan lokal tersebut antara lain
disebutkan bahwa setelah menyelesaikan pendidikan dasar, siswa diharapkan dapat
menguasai bahasa Inggris sederhana yang melipui 500 kosa kata. Kurikulum lokal
tersebut memuat tujuan pembelajaran, materi, metodologi, dan evaluasi (E.
Suyanto, 2000).
KARAKTERISTIK
GURU DAN SISWA
Peran guru dalam pembelajaran sangatlah penting, terlebih lagi pada
pendidikan tingkat dasar. Guru sebagai bagian penting dari proses pembelajaran
memiliki fungsi perencanaan (at-takhthith), implemantasi (at-tanfidz),
dan evaluasi (at-taqwim) (Cooper, 1979).
Ketiga fungsi tersebut harus dapat dijalankan oleh setiap guru termasuk
guru dalam pembelajaran ALA. Menurut
pengamatan, para guru ALA di taman kanak-kanak (TKQ/TPQ) dan sekolah dasar
(SDI/MI) umumnya tidak memiliki latar belakang pendidikan bahasa Arab. Hanya
sedikit di antara mereka pernah mengikuti pelatihan tentang pembelajaran bahasa
Arab untuk anak.
Akhir-akhir ini
perhatian masyarakat terhadap pembelajaran bahasa asing untuk anak semakin
besar. Khususnya bahasa Inggris dan Arab. Hal itu diikuti pula oleh upaya-upaya
pengembangan pembelajaran yang dilakukan
oleh para ahli dan guru-guru bahasa.
Kenyataan tersebut memberi dampak positif pada profesi pembelajaran
bahasa asing untuk anak. Dalam konteks ALA, itu berarti bahwa guru ALA dituntut memiliki keterampilan khusus
(profesional) untuk mengajarkan bahasa Arab pada siswa taman kanak-kanak dan
sekolah dasar. Di samping memiliki kemampuan bahasa Arab yang baik, guru ALA
hendaknya juga memiliki sifat dan sikap aktif, kreatif, menyenangkan, dan
terbuka. Philip (1995, dalam E. Suyanto, 2000) menyatakan bahwa membantu siswa
untuk belajar dan berkembang itu lebih penting dari pada sekedar mengajarkan
bahasa. Itu berarti bahwa apabila kegiatan atau aktivitas yang dilakukan siswa
itu menyenangkan, akan berkesan dan mudah diingat oleh siswa.
Beberapa karakteristik tersebut menjadi semakin penting untuk dimiliki
oleh guru ALA karena siswa yang akan mereka hadapi dalam pembelajaran juga
memiliki karakteristik khusus sebagai anak-anak yang perlu dihadapi dengan
strategi khusus pula oleh guru.
Pemelajar anak-anak umumnya masih belajar tentang lingkungan mereka. Mereka gemar berbicara tentang diri mereka sendiri, orang tua (bapak/ibu), mainan, dan teman bermain. Mereka senang berlari-lari kesana kemari dan senang belajar sesuatu dengan cara langsung mempraktekkannya seperti bernyanyi, bermain, mewarnai, dan menggunting gambar. Anak-anak cenderung senang bertanya. Hal itu karena secara sosial, mereka perlu mengembangkan serangkaian karakteristik yang memungkinkan mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat mereka berada (E. Suyanto, 200)
Scott dan Ytreberg (1990) mengemukakan
beberapa karakeristik anak. Menurutnya,
anak-anak (1) dapat mengutarakan sesuatau yang akan mereka kerjakan, (2) dapat mengutarakan
sesuatu yang telah mereka kerjakan dan mereka dengar, (3) belajar sambil
bekerja (learning by doing), (4) dapat berargumentasi, dan (5) dapat
menggunakan pola-pola intonasi bahasa ibu.
Sementara itu Furaidah (dalam Ainin 1999)
mengemukakan beberapa karakterisik anak sebagai pemelajar bahasa. Menurutnya,
anak-anak (1) memiliki kecenderungan suka bermain dan bersenang-senang, (2)
memahami hal-hal di sekitarnya secara holistik (utuh) tidak secara analitik,
(3) belajar bahasa melewati suatu masa yang disebut dengan periode bisu (fatrotush
shumti). Artinya, pada awal belajar bahasa, anak-anak hanya dapat
mendengar, belum dapat berbicara; (4) cenderung belajar bahasa melalui
pemerolehan (iktisab), yaitu suatu pengembangan kemampuan berbahasa
secara alamaiah, bukan mempelajari bahasa secara formal dengan mengkaji
aturan-aturan bahasa (Krashen, 1985); dan (5) pada usia sekolah dasar pada
umumnya berada pada taraf berpikir secara konkret.
Agar
pembelajaran ALA dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang telah
dicanangkan, profesionalisme guru ALA yang diwujudkan dengan pemenuhan
kriteria-kriteria tersebut sangat diperlukan. Sehingga karakteristik siswa
seperti disebutkan di atas tidak akan menjadi kendala pembelajaran bagi guru,
tetapi sebaliknya justru akan menjadi pendorong tercapainya tujuan
pembelajaran.
PRINSIP
DASAR PEMBELAJARAN ALA
Salah satu prinsip
umum pembelajaran adalah bahwa pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan
mempertimbangkan karakteristik individual siswa yang menyangkut perkembangan
emosional, perkembangan intelektual, kondisi sosial, dan lingkungan budaya.
Pada dasarnya pembelajaran
ALA juga harus berpijak pada prinsip-prinsip umum tersebut. Di samping itu, ada
prinsip-prinsip dasar yang perlu diperhatikan sesuai dengan karakteristik anak.
Para ahli pembelajaran bahasa untuk anak, di antaranya Scott, Lee, dan Borridge
(dalam Rachmayanti, 2000) mengemukakan beberapa prinsip pembelajaran yang harus
diperhatikan, yaitu sebagai berikut. Pertama, berpijak pada dunia anak.
Dunia anak berkisar pada keluarga, rumah,
sekolah, mainan, dan teman bermain. Kedua, berangkat dari sesuatu
yang sudah diketahui dan dekat dengan atau mudah dijangkau oleh siswa ke sesuatu yang belum diketahui atau jauh
dari jangkauan mereka. Misalnya dari lingkungan rumah ke lingkungan luar rumah, dilanjutkan ke
lingkungan teman sejawat, kemudian ke lingkungan sekolah. Ketiga,
pembelajaran dikaitkan dengan hal-hal yang menjadi interes anak Keempat, pokok-pokok pembelajaran yang
disajikan berangkat dari pengetahuan
yang telah dimiliki siswa, dengan menggunakan bahasa Arab sederhana. Kelima,
tugas-tugas diorientasikan kepada aktifitas atau kegiatan. Keenam, bahan
pembelajaran merupakan kombinasi antara sesuatu yang bersifat fiksi dan
non-fiksi/konkrit. Ketujuh, materi diorentasikan kepada pelaksanaan
silabus dan pengembangan dua komponen bahasa (kosa kata dan struktur) dan empat
keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) Kedelapan,
budaya nasional dan asing dikenalkan secara bertahap. Kesembilan,
pokok-pokok pembelajaran dan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan usia pembelajar
STRATEGI
PEMBELAJARAN ALA
Untuk memilih dan
menentukan strategi pembelajaran ALA, guru hendaknya terlebih dahulu memahami
dengan baik prinsip-prinsip pembelajaran ALA
dan karakteristik siswa yang akan diajar. Karakteristik siswa tersebut
antara lain seperti yang telah disebutkan terdahulu, misalnya siswa (1) masih
belajar dan senang berbicara tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3)
senang mempraktekkan sesuatu yang baru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung
senang bertanya, (5) cenderung senang mendapatkan penghargaan, dan (6)
cenderung mau melakukan sesuatu karena dorongan dari luar.
Berdasarkan beberapa
karakteristik tersebut, guru dapat memilih strategi pembelajaran ALA yang
sesuai. Salah satu karakteristik siswa adalah bahwa pengetahuan mereka masih
terbatas pada lingkungan hidup mereka sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut
maka materi pelajaran sebaiknya dipilihkan hal-hal yang terkait dengan
lingkungan mereka. Misalnya tentang diri mereka sendiri, orang tua (bapak/ibu),
saudara kandung, rumah dan isinya, binatang piaraan, mainan, lingkungan
sekolah, dan teman bermain.
Di samping itu, ada
pertimbangan lain yang perlu
diperhatikan oleh guru dalam memilih materi sebagaimana dikemukakan oleh Dick
dan Carey (1985), antara lain apakah materi pembelajaran (1) cukup menarik, (2) isinya relevan, (3)
urutannya tepat, (4) mengandung informasi
yang dibutuhkan oleh siswa, (5) berisi soal latihan, dan (6) berisi
jawaban untuk latihan yang diberikan.
Asy-Sya’ban (dalam
Ainin, 2002) mengemukakan beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh guru
dalam pemilihan materi, yaitu materi pembelajaran dimulai (1) dari hal yang
diketahui oleh siswa ke hal yang belum
diketahui, (2) dari yang paling mudah ke yang paling sulit, (3) dari yang
paling sederhana ke yang paling kompleks, (4) dari yang kongkrit ke yang
abstrak, dan (5) dari yang praktis ke yang teoritis.
Di muka telah
disebutkan bahwa salah satu karakteristik siswa usia kanak-kanak adalah bahwa
mereka senang bertanya. Hal tersebut perlu dijadikan pertimbangan oleh guru
dalam memilih strategi pembelajaran. Dalam memulai kegiatan pembelajaran
misalnya, guru dapat merangsang lahirnya keingintahuan siswa. Dengan demikian
akan timbul pertanyaan atau komentar dari siswa yang mengarah pada substansi
materi. Dengan lahirnya pertanyaan dari siswa tersebut sangat memungkinkan
terjadinya interaksi dan kuminaksi multi arah.
Untuk
memotivasi agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, guru dapat
melakukan variasi. Variasi ini bisa
dilakuan dari segi materi, metode/teknik, media, dan tempat. Motivasi juga bisa
diberikan kepada siswa dalam bentuk hadiah berupa pujian, nasihat/himbauan,
nyanyian, barang, dan pemaparan hasil karya.
Dalam memilih metode atau teknik pembelajaran ALA, guru juga perlu melihat
salah satu karakteristik yang menonjol pada anak, yaitu bahwa mereka senang
bermain. Melihat karakteristik seperti itu, maka metode yang relevan untuk
pembelajaran ALA adalah metode bermain dengan berbagai tekniknya. Bermain
sambil belajar dan belajar sambil bermain mungkin lebih relevan bagi mereka
karena pada dasarnya mereka cenderung menyukai aktifitas. Guru hendaknya dapat
mengemas aktifitas tersebut dalam permainan dan sekaligus pembelajaran. Beberapa bentuk permainan yang dapat
dilakukan dalam pembelajaran ALA misalnya (1)
lagu (al-qashidah/alghina’), (2) cerita (al-qishshah), dan
(3) permainan (al-la’b). Ketiga bentuk permainan tersebut akan
dikemukakan secara garis besar dalam artikel ini.
Lagu/Nyanyian
(Al-Qashidah/Al-Ghina’)
Anak-anak dalam
berbagai umur pada dasarnya senang mendengarkan, menyanyikan, dan belajar
dengan nyanyian/lagu. Oleh karena itu, musik secara umum merupakan bagian
penting dari proses belajar-mengajar bagi siswa kanak-kanak. Hampir semua
bentuk nyanyian –dari yang tradisional sampai dengan yang pop- dapat
dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran. Hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa guru hendaknya dapat memilih/menyeleksi –atau menciptakan- lagu yang
dapat digunakan, baik untuk menyanyi bersama maupun untuk menyanyi sambil
melakukan kegiatan.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih lagu untuk pembelajaran ALA antara lain (1) syair
atau kata-kata dalam lagu hendaknya jelas, (2) bahasa yang digunakan dalam lagu
tersebut tidak terlalu sulit, (3) tema lagu dipilih yang sesuai dengan dunia
anak, (4) lagu tidak terlalu panjang, dan
(5) lagu diupayakan memiliki keterkaitan dengan materi yang diajarkan
(Anugerahwati, 2000). Beberapa contoh lagu dapat dilihat pada bagian akhir
artikel ini.
Di antara tujuan
penggunaan lagu untuk pembelajaran ALA di dalam kelas adalah untuk (1) membuat
kaitan antara kegiatan dan obyek/benda dengan kata-kata, (2) meresapkan
bunyi-bunyi bahasa Arab, (3) mengembangkan kepekaan ritme, dan (4) menghafal kosakata tertentu.
Cerita (Al-Qishshah)
Seperti
halnya lagu, cerita juga merupakan hal penting dalam pembelajaran ALA.
Mendengarkan cerita yang dibacakan atau diceritakan oleh guru merupakan kegiatan
yang disenangi oleh siswa kanak-kanak. Namun demikian, siswa yang lebih besar
dapat diminta untuk melakukan sesuatu selama mendengarkan cerita, misalnya
menggambar sesuatu yang ada dalam cerita, atau diminta membuat cerita dari
rangkaian gambar atau kartun.
Ada
dua kegiatan yang dapat dilakukan guru dengan cerita, yaitu menceritakan cerita
dan membacakan cerita. Dalam menceritakan cerita, guru tidak membawa buku dan
tidak terpaku pada cerita yang akan diceritakan. Guru dapat mengapresiasi
cerita yang sedang diceritakannya itu dengan sedikit mengubah atau menyesuaikan
bahasanya dengan tingkatan anak-anak. Dalam membaca cerita, guru membaca cerita
dari buku dengan suara yang keras. Untuk keperluan ini sebaiknya guru
menggunakan buku besar yang dapat dilihat dengan jelas oleh semua siswa.
Kegiatan dalam kelas cerita ini dapat bervariasi sesuai dengan umur siswa.
Siswa yang lebih kecil dapat diminta untuk “mendengarkan dan melakukan” (al-istima’
wal ‘amal), “mendengarkan
dan menirukan” (al-istima’ wattardid), atau “memantomimkan” (at-taqlid/at-tahrij).
Di sisi lain, siswa yang lebih besar
dapat diminta untuk melakukan kegiatan yang lebih kompleks seperti
“mendengarkan dan menggambarkan route” (al-istima’
wa rasmuththariq), “melihat
dan menceritakan cerita” (al-musyahadah wal hikayah), atau
“mendramatisasikan cerita” (at-tamtsil).
Agar
pembelajaran dengan menggunakan cerita dapat berjalan dengan baik, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu: (1) guru hendaknya menyiapkan
kerangka cerita, (2) guru menyajikan cerita dengan suara yang keras dan jelas,
(3) guru hendaknya menggunakan ekspresi, mimik, gerakan, dan isyarat, (4) guru
hendaknya menggunakan kontak pandang dengan siswa, (5) guru perlu menyiapkan
siswa untuk mendengarkan cerita dengan mengemukakan beberapa pertanyaan
pancingan, dan (6) guru hendaknya selalu memperhatikan waktu.
Permainan (Al-la’b)
Anak-anak pada umumnya
memiliki permainan favorit yang sering mereka lakukan. Karena pada dasarnya
dunia anak adalah dunia bermain. Guru dapat memanfaatkan permainan mereka itu
dalam pembelajaran ALA. Beberapa permainan dapat dilakukan di dalam kelas, ada
juga yang lebih baik dilakukan di luar. Adalah tugas guru untuk memilih
permainan yang sesuai dengan anak-anak dan lingkungan.
Akan
tetapi perlu diingat oleh guru bahwa permaian yang dilakukan dalam pembelajaran
ALA ini bukanlah tujuan utama, akan tetapi sebagai salah satu cara untuk
mencapai tujuan pembelajaran yaitu pemerolehan bahasa Arab.
Ada beberapa hal yang sebaiknya
dilakukan dan tidak dilakukan oleh guru dalam memilih dan mengembangkan
permainan untuk kelas ALA, yaitu: (1) guru hendaknya memilih permainan yang
dapat mendorong siswa untuk menggunakan bahasa Arab, (2) guru hendaknya memilih
permainan yang dapat melibatkan seluruh kelas, (3) guru dapat menggunakan
permainan sebagai selingan, atau pancingan, (4)
guru hendaknya tidak memilih permainan yang dapat mendorong siswa
bersikap agresif, dan (5) guru sebaiknya tidak menggunakan permainan
untuk jam pelajaran penuh (Anugerahwati, 2000).
Sebelum memulai permainan, guru perlu memperhatikan hal-hal berikut:
(1) menginformasikan kepada siswa bahwa
kelas akan melakukan permainan. Hal ini perlu agar mereka siap secara fisik dan
mental untuk bermain, (2) mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan
permainan, (3) menjelaskan aturan permainan sejelas mungkin, dan yakin
bahwa setiap siswa sudah memahami aturan
tersebut, (4) melatih siswa mengenai aspek-aspek kebahasaan yang akan disajikan
dalam permainan, dan (5) memberikan contoh permainan sehingga siswa mengetahui
dengan baik bagaimana permainan itu harus dilakukan.
SIMPULAN
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran ALA sangatlah strategis bagi pengembangan bahasa Arab secara umum
di Indonesia, terutama karena besarnya jumlah lembaga pendidikan tingkat dasar,
baik formal maupun non-formal.
Agar
pembelajaran ALA dapat berjalan effektif dan effisien, diperlukan pemahaman
yang baik oleh guru mengenai berbagai aspek pembelajaran ALA seperti strategi
pembelajaran, pemilihan dan pengembangan materi, metode dan teknik, media, dan
evaluasi.
Disamping itu, guru
juga perlu mengetahui dengan baik karakteristik anak sebagai siswa.
Karakteristik siswa tersebut misalnya, siswa (1) masih belajar dan senang
berbicara tentang lingkungan mereka, (2) senang bermain, (3) senang
mempraktekkan sesuatu yang baru diketahui/dipelajarinya, (4) cenderung senang
bertanya, (5) cenderung senang mendapatkan pengharagaan, dan (6) cenderung mau
melakukan sesuatu karena dorongan dari luar.
Di antara teknik pembelajaran yang relevan dengan karakteristik anak
tersebut adalah (1) lagu/nyanyian, (2) cerita/dongeng, dan (3) permainan. Untuk
dapat menerapkan dengan benar ketiga teknik tersebut dalam pembelajaran ALA, guru
dituntut untuk kreatif, tidak saja dalam penciptaan dan penggunaan strategi
pembelajaran, tetapi juga dalam pemanfaatan berbagai macam permainan dalam
pembelajaran ALA.
DAFTAR
RUJUKAN
Ainin. 2002. Pemilihan
Materi Pembelajaran Bahasa Arab untuk Anak-anak. Makalah
tidak
diterbitkan. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Anugerahwati.
2000. Material Selection and Development: Games, Songs, and
Stories.
Makalah tidak diterbitkan. Malang: State University of Malang.
Cooper, James M. 1979. The Teacher as Decision Maker.
Classroom Taching Skills;
A Handbook. Massachsetts: D.C Heath
ang Company
Dick, Walter dan
Carey, Lou. 1985. The Systemic Design of Instruction. London:
Scott,
Foresman and Company.
Effendy. 2001. Peta Pembelajaran Bahasa Aeab di Indonesia.
Jurnal Bahasa dan Seni.
Malang: Fakultasa Sastra UM.
E. Suyanto. 2000. Background Knowledge on EYL: Polycy,
curricullum, teacher and
Students’ Characteristics. Makalah
tidak diterbitkan. Malang
Universitas
Negeri Malang
Muhaiban .2002. Pembelajaran
Bahasa Arab untuk Anak. Makalah Tidak diterbitkan.
Malang: Fakultas sastra UM.
Rachmayanti. 2000. Maerial Selection and Development:
Vocabulary, Structure, and
Text. Makalah tidak diterbitkan.
Malang: State University of Malang.
Scott, Wendy A dan Ytreberg, Lisbeth H. 1990. Teaching
English to Children. New
York: Longman
Lampiran:
Contoh Lagu
1ـ ا ب ج د
ا
ب ج د هـ و ز
ط ي ك ل م ن
س
ع ف ص ق ر ش
ت
ث خ ذ ض ظ غ
عرفتُ
ا ب ج
د
رغم
أني صغير
2ـ إذا أنت مسرور
إذا أنت سعيد صفِّق بيديك
إذا
أنت سعيد صفِّق بيديك
إذا
أنت سعيد وقلبك مسرور
إذا أنت سعيد صفِّق بيديك
إذا
أنت سعيد طأطئ رأسك
إذا
أنت سعيد طأطئ رأسك
إذا أنت سعيد وقلبك مسرور
إذا
أنت سعيد طأطئ رأسك
إذا أنت سعيد دُس برجليك
إذا أنت سعيد دُس برجليك
إذا أنت سعيد وقلبك مسرور
إذا أنت سعيد دُس برجليك
3ـ الفأر
الفأر
حيوان ضارّ قذر
حادّ
الأسنان يتلف ما يصل
إليه
من الطعام أو المتاع 2 X
القط هو عدو الفيران
الفأر دائما يخرج في الليل
Tidak ada komentar:
Posting Komentar